Adalah Dewi Gangga, seorang putri yang luar biasa cantik. - TopicsExpress



          

Adalah Dewi Gangga, seorang putri yang luar biasa cantik. Kecantikannya sungguh tak tertandingi. Tidak Tamara Blezinski, tidak Artika Sari Devi, Nadine Chandra Winata, ataupun putri kecantikan sejagat sekalipun. Kecantikan Dewi Gangga tak terkira, membuat jakun setiap laki-laki yang melihatnya bergerak naik turun. (Ingin rasanya menggambarkan kecantikannya sejengkal demi sejengkal, rambut, leher, turun ke bawah dan ke bawah lagi. Tapi tentu akan terkesan tidak sopan. Eksploitatif dan membangkitkan imaji sensual). Lalu apa jadinya jika seorang putri yang cantik tak terkira, dengan wajah yang sempurna dan bentuk tubuh tanpa cela telanjang di depan umum? Tentu ada dua kemungkinan. Memalingkan wajah dan menganggap sesuatu yang tidak pantas dilihat. Kedua, tentu menatapnya lekat-lekat, mencoba mengamati setiap detail tubuh dan coba mematrinya dalam memori. Mumpung ada kesempatan, meski ada resiko akan terjadi rangsangan seksual. (Umumnya bagi laki-laki yang dianggap normal). Tapi itulah yang terjadi di khayangan, saat tengah berlangsung persembahyangan agung. Tiba-tiba Dewi Gangga telanjang bulat di tengah peserta persembahyangan yang mayoritas adalah para dewa, alias laki-laki. Tentu saja penguasa khayangan, Sang Hyang Manikmaya marah bukan kepalang. Bukan saja persembahyangan tidak jadi khusuk, malah geger dibuatnya. Ah Gangga....., Gangga....! Apa yang terjadi? Singkat cerita, dipanggilah Dewi Gangga menghadap Sang Hyang Manikmaya untuk diinterogasi. “Dewi Gangga, kenapa engkau berbuat tidak sopan? Kenapa engkau telanjang bulat di depan para lelaki, saat berada di persembahyangan agung?” tanya Sang Manikmaya dengan suara geram tertahan. Sementara Dewi Gangga yang lemah lembut menjawab dengan kalem, “Ampun beribu ampun Hyang Manikmaya. Hamba telanjang bukan atas kemauan hamba sendiri. Saat itu hamba berpakain sangat sopan sesopan sopannya. Namun tiba-tiba Dewa Bayu (dewa Angin) berlari sangat cepat. Angin pun betiup dengan kencang. Akibatnya pakaian yang hamba pakai terbang meninggalkan tubuh hamba.” “Jadi Dewa Bayu yang menyababkan semua ini?” “Ampun beribu ampun. Bukan hamba mengadu, tapi menurut hamba demikian.” Maka Dewa Bayu dipanggil Sang Hyang Manikmaya menjadi tersangka selanjutnya. “Dewa Bayu, apa benar engkau yang menimbulkan angin, sehingga pakain Dewi Gangga terlepas saat di persembahyangan Agung?” “Ampun Pikulun. Semua benar adanya. Tapi hamba berlari cepat dan mengakibatkan lepasnya pakain Dewi Gangga, bukan tanpa sebab. Malam itu, bulan bersinar sangat indah. Tidak pernah hamba lihat keindahan bulan pada malam-malam sebelumnya. Karena keasyikan menikmati cahayanya, sampai-sampai hamba tidur menjelang pagi. Akibatnya saya telat datang ke persembahyangan. Untuk memperpendek waktu, hamba berlari sekuat tenaga. Dan karena itulah terjadi angin tornado yang menerbangkan pakaian Dewi Gangga.” “Jadi yang salah Sang Hyang Chandra (Dewa Bulan)?” “Demikianlah adanya, Pikulun.” Maka datanglah Sang Hyang Chandra menjadi terdakwa selanjutnya. “Hai Sang Hyang Chandra! Kenapa malam itu engkau bersinar terlampau indah, hingga Dewa Bayu tak dapat tidur dibuatnya? “Ampun Pikulun. Malam itu hamba melihat perhiasan: emas, perak, berlian, intan dan segala macamnya yang sangat banyak. Semua harta benda itu begitu indah, bersinar menyilaukan mata dan begitu memikat hati hamba. Karena itulah maka hamba bersinar terang untuk menandingi keindahannya.” “Jadi yang salah Dewa Kekayaan?” “Menurut hamba demikian.” Maka Sang Hyang Kuwera, Dewa Kekayaan datang menjadi terdakwa selanjutnya. “Sang Hayng Kuwera, kenapa engkau memamerkan semua harta yang kau punyai, hingga Sang Hyang Chandra terpesona dibuatnya? Sampai akhirnya memaksa dia bersinar terang untuk menandinginya?” “Ampun kan hamba Pikulun. Malam itu hamba melihat Dewi Gangga. Kecantikannya luar biasa, tak mampu hamba lukiskan. Hamba pikir tidak ada yang secantik dia di bumi maupun di khayangan. Untuk itulah hamba mengeluarkan segala harta yang hamba punyai, berusaha menandingi kecantikan Dewi Gangga.” “Jadi karena kecantikan Dewi Gangga, engkau mengeluarkan semua hartamu?” “Ampun Pikulun. Benar demikian adanya.” Maka putusan pun segera diambil Sang Hyang Manikmaya. “Dewi Gangga, engkau tentu mendengar semuanya. Hal ikhwal engkau telanjang di persembahyangan agung semua adalah kesalahanmu. Kecantikanmu tak terukur kiranya. Susah ditandingi di langit dan di bumi. Karena kecantikanmu itulah kekacauan khayangan ini terjadi. Maka tidak ada pilihan lain, engkau harus diusir dari khayangan, dan tinggal di bumi.” sejak saat itulah, Dewi Gangga dibuang ke bumi dan hidup seperti manusia biasa. (Diceritakan ulang dari lakon Dewi Gangga yang dibawakan dalang Slamet Gundono, Pada festival wayang internasional 2006) “Jadi yang salah siapa? Apakah karena pakaian cewek yang seksi? Atau emang bawaan otak kita yang kotor, hingga para lelaki tergerak batang kelaminnya?”
Posted on: Tue, 30 Jul 2013 18:11:39 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015