Bismillah, Qs Al Jatsiah 22: Dan Allah menciptakan langit dan - TopicsExpress



          

Bismillah, Qs Al Jatsiah 22: Dan Allah menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar, agar tiap-tiap diri dibalasi dengan apa yang dikerjakannya, dan mereka tidak dirugikan sedikitpun. Qs Al Baqarah 255:...Kursi Allah meliputi langit dan bumi, dan Allah tidak merasa berat untuk memelihara keduanya. Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. Tahun cahaya (light year/ly) yang populer dikalangan saintis astronomi sebagai unit jarak benda-benda alam semesta, sebenarnya adalah rahasia Allah dalam mengukur kecepatan cahaya/kecepatan malaikat yang turun dari langit membawa kebaikan serta membawa amal umat manusia sampai ke langit ke-7. Pengukuran empirik kecepatan cahaya tersebut adalah 299,9 ribu km/detik, sehingga tahun cahaya setara dengan 9,46xe15 m atau 9,46 trilyun km. Qs Al Mursalat 1: Demi malaikat-malaikat yang diutus untuk membawa kebaikan, Qs Al Mursalat 2: dan (malaikat-malaikat) yang terbang dengan kencangnya, Qs An Nasiat 3: dan (malaikat-malaikat) yang turun dari langit dengan cepat, Qs An Nasiat 4: dan (malaikat-malaikat) yang mendahului dengan kencang, Qs An Naba 12: dan Kami bangun di atas kamu tujuh buah (langit) yang kokoh, Malaikat adalah makhluk Allah yang terbuat dari cahaya. Cahaya yang dapat terlihat oleh mata manusia hanyalah cahaya dengan panjang gelombang sekitar 380 sampai 700 nm (nanometer), sehingga di luar kisaran tersebut, cahaya sebenarnya sudah tidak dapat lagi terlihat oleh mata manusia. Cahaya dalam Ilmu Fisika adalah radiasi partikel elektromagnetik yang memiliki energi serta frekuensi tertentu. Sifat-sifat cahaya ini konsisten dengan tidak terlihatnya malaikat meski dua malaikat selalu ada pada setiap jiwa manusia untuk mencatat amal baik atau amal buruknya. Malaikat juga bertugas menurunkan ayat-ayat Allah dari Sidrathal Muntaha (langit ke-7) kepada para rasul/nabi, serta membawa amal-amal manusia naik ke langit. Qs Al Mursalat 3: dan (malaikat-malaikat) yang menyebarkan (rahmat Tuhannya) dengan seluas-luasnya, Qs Al Mursalat 4: dan (malaikat-malaikat) yang membedakan (antara yang hak dan yang batil) dengan sejelas-jelasnya, Qs Al Mursalat 5: dan (malaikat-malaikat) yang menyampaikan wahyu, Qs Al Mursalat 6: untuk menolak alasan-alasan atau memberi peringatan, Qs An Nasiat 5: dan (malaikat-malaikat) yang mengatur urusan (dunia). Apa yang terungkap dalam dialog Nabi Musa a.s dengan Allah, sebuah dialog yang sangat khusus yang membenarkan mukjizat Nabi Musa a.s, untuk melihat wajah Allah, lalu nampak cahaya/sinar Allah dari Bukit Tsur yang mengakibatkan bukit itu hancur serta Nabi Musa a.s jatuh tersungkur, sebenarnya juga konsisten dengan sifat cahaya. Cahaya dengan frekuensi tinggi adalah sinar seperti sinar alpha, sinar gamma. Sinar Allah yang maha dahsyat itulah yang menghancurkan Bukit Tsur serta Nabi Musa a.s jatuh tersungkur. Dalam pandangan ini, Zat Allah adalah Zat Cahaya. wallahu alam. Adanya Zat Cahaya Allah di Bukit Tsur pada zaman Nabi Musa a.s, sekitar 2 Millenium Sebelum Masehi atau 4 Millenium dari sekarang, konsisten dengan Qs Al Baqarah 255. Qs Al Araf 143: Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau. Tuhan berfirman: Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku. Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musapun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman. Qs Al Araf 144: Allah berfirman: Hai Musa sesungguhnya Aku memilih (melebihkan) kamu dari manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara langsung dengan-Ku, sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur. Jika Allah berada di Sidrathal Muntaha ketika berdialog dengan Nabi Musa a.s yang berada di Bukit Tsur, jika Cahaya Allah yang muncul di Bukit Tsur sebelum Nabi Musa a.s berpindah tempat, jika Cahaya Allah itu adalah komponen dari Zat Cahaya Allah, maka zat Allah bergerak jauh melampaui kecepatan cahaya/malaikat. Dalam pandangan ini, meski Zat Allah juga Cahaya namun Zat Cahaya Allah berbeda dengan zat cahaya malaikat, yang konsisten bahwa Allah berbeda dengan makhlukNya (sifat Mukhallafatu lil khawaditsi). Cahaya Allah bergerak minimal 10.800 kali dari kecepatan cahaya malaikat (jika jarak Sidrathal Muntaha 3 jam perjalanan dari bumi, jika masa doa Nabi Musa a.s terkabulkan dalam 1 detik). Qs Al Ikhlas 4: dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia. Adanya pergerakan makhluk Allah yang super cepat, secepat kilat (cahaya) juga konsisten dengan ayat Allah yang menceritakan peristiwa bergeraknya/berpindahnya Istana Ratu Bilqis dari Negeri Saba (Etopia) ke Istana Nabi Sulaiman a.s di Palestina hanya dalam masa sekejap, sebelum mata berkedip, sebagai mukhjizat Nabi Sulaiman a.s. Allah mendalilkan bahwa urusan amal manusia naik ke langit selama 1 hari perhitungan Allah, yang setara dengan 1000 tahun perhitungan manusia. Sehingga jarak yang Allah maksud adalah jarak pada 9,46xe15 km dari bumi, sebuah jarak yang melampaui sistem tatasurya atau melewati Planet Pluto (40x150 juta km), namun masih dalam jarak kluster bintang Bimasakti (Milky Way galaxy) yang berjarak 100-120 ribu ly, atau belum melewati kluster bintang terdekat, Andromeda, yang berjarak 1 juta ly. Ini adalah estimasi pertama untuk jarak maksimum terjauh. Estimasi kedua adalah berdasarkan masa perjalanan semalam Nabi Muhammad S.A.W dalam peristiwa Isra-Miraj, yakni sekitar 3,2292xe8 km atau 0.33 milyar km, sebuah jarak disekitar Planet Uranus, dengan asumsi masa tempuh perjalanan 3 jam menuju ke langit. Qs Al Hajj 47: Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu. Mungkin saja pada kisaran jarak 0,33 milyar km hingga 9,46xe15 km inilah tempat kursi tertinggi (Arsy) Allah, tempat Allah mengatur urusan makhluk-makhluk Allah (Sidhratal Muntaha) karena amal umat manusia sampai pada jarak tersebut, termasuk urusan tetap berlakunya hukum-hukum alam semesta, serta tempat kehidupan surga langit ke-7. Adanya kehidupan surga di langit sebagaimana ayat-ayat Allah menyatakan bahwa sebelum nabi Adam a.s serta istrinya Siti Hawa a.s turun menetap ke bumi, sebagai tempat hidup, tempat mati serta tempat dibangkitkan, keduanya menetap dulu di surga. Ruh manusia yang Allah cabut pada setiap jiwa yang mengalami perpisahan dengan jasad (tubuh) pun naik ke langit. Sangat mungkin ruh-ruh manusia tersebut Allah kumpulkan pada tempat amal-amal manusia tersebut. Allah juga mendalilkan bahwa jasad kembali akan bersatu dengan ruh untuk mengalami perhitungan amal dalam kehidupan yang kedua (akhirat). Qs An Nasiat 1: Demi (malaikat-malaikat) yang mencabut (ruh) dengan keras, Qs An Nasiat 2: dan (malaikat-malaikat) yang mencabut (ruh) dengan lemah-lembut, Adanya kehidupan surga langit juga sesuai dengan kesaksian pribadi perjalanan semalam nabi Muhammad S.A.W pada 27 Rajab 621 Hijrah, dari Masjid Haram, Mekkah (Arab Saudi) ke Masjid Aqsa (Palestina), lalu menuju ke langit yang berlapis 7 hingga Sidrathal Muntaha. Allah pun membenarkan peristiwa Isra (perjalan bumi) serta Miraj (perjalanan langit) tersebut sebagaimana dalam ayat Allah dalam Surah Al Isra:1. Ahli Fisika, Albert Einstein, mendefinisikan gelap secara sederhana saja, kondisi tidak adanya berkas cahaya (photon). Ayat-ayat Allah pun sebenarnya menyebutkan istilah terang-gelap seiring dengan muncul tidaknya matahari sebagai sumber cahaya yang menyebabkan terjadinya pergantian siang-malam secara kontinu. Qs Al Hajj 61: Yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah (kuasa) memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan bahwasanya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Qs At Takwir 17: demi malam apabila telah hampir meninggalkan gelapnya, Qs At Takwir 18: dan demi subuh apabila fajarnya mulai menyingsing, Qs Al Anbiya 33: Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya. Namun yang menarik dalam karya-karya Einstein sebagai Ahli Fisika khususnya Astrofisika adalah prediksinya tentang lubang hitam (black hole) yang beberapa tahun setelahnya terbukti dengan observasi teleskop Hubble pada tahun 1924. Lubang tersebut menyerap semua materi di sekitarnya termasuk cahaya, sehingga cahaya pun tidak ada, benar-benar gelap. Lubang hitam itu pun memiliki karakter seperti dalam ayat-ayat Allah tentang adanya jurang gelap tidak bertepi, yang membenarkan adanya kehidupan neraka di langit. Qs Al Mulk 5: Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaitan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala. Qs Al Mulk 6: Dan orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, memperoleh azab Jahannam. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali. Qs Al Mulk 7: Apabila mereka dilemparkan ke dalamnya mereka mendengar suara neraka yang mengerikan, sedang neraka itu menggelegak, Jika ruh naik ke langit serta amal perbuatan manusia juga demikian, maka ruh adalah zat, demikian juga amal perbuatan. Kesimpulan ini nampak berbeda dengan pandangan umum atau sejumlah filosof tentang ruh bahwa ruh adalah sesuatu yang tidak disebut sebagai zat (immatterial/incorporeal) seperti Plato (324/323 SM-348/347 SM), Socrates (469 SM-339 SM), Aristotle (384 SM-322 SM), Thomas Aquinas (1225-1274 M), Immanuel Kant (1224 M-1805 M), Richard Swinburne (Filosof Nasrani, Oxford University). Sementara itu, pandangan bahwa ruh tidak mati (immortal), bersifat kekal (eternal) adalah pandangan yang diyakini kebenarannya oleh hampir semua filosof-filosof maupun dalam pandangan agama-agama. Ruh dalam berbagai literatur adalah kata yang sinomim/saling dipertukarkan dengan kata-kata seperti jiwa, jiva, nyawa, soul, spirit, anigma, self, mind, psyche, chaya, atman, dsb. Meski sejumlah nama/kata tersebut tidak sepenuhnya makna yang hak untuk ruh. Socrates maupun Plato mendefinsikan ruh sebagai esensi (essence) dari seseorang, bukan materi (incorporeal), kekal (eternal). Menurutnya ketika seseorang meninggal, ruhnya terlahir kembali secara kontinu ke dalam tubuh berikutnya. Sementara Aristotle mengemukakan bahwa ruh adalah hal pertama yang bertindak (first actuality) dalam tubuh yang terorganisasi secara alamiah (naturally organized body); tubuh itulah sebagai bentuknya (its form) atau esensinya (its essence); ruh tidak dapat menjadi zat (matter) karena ruh dalam nilai kebajikanya darinya sejumlah hal memiliki kehidupan. Sementara zat menurut Aristotle hanya ada dalam potensi (matter is only being in potency). Ruh menurut Aristotle berasal dari hati, seperti hanya dengan keyakinan Filosof Muslim Avicenna (Ibn Sina). Ibn Sina membedakan soul dengan spirit yang lalu mempengaruhi filosof-filosof/intelektual di Barat yang terkenal dengan kaum Skolastik seperti Thomas Aquinas sekitar tahun 1100-1200 M. Ibn Sina juga meyakini bahwa ruh tidak mati (immaterial) karena sifat alamiahnya (its nature). Namun, Ibn Sina berbeda dengan Ibn Nafis dalam hal keterkaitan ruh dengan organ tubuh. Ibn Nafis menyimpulan bahwa ruh tidaklah terkait dengan spirit atau organ apa saja, tapi keseluruhan zat yang dengannya watak dipersiapkan dengan ruh tersebut; ruh tidak lain dan tidak bukan adalah apa yang seseorang katakan sebagai I. Thomas Aquinas yang mengelobarasi pemikiran Aristotle, Ibn Sina, Ibn Nafis, juga meyakini bahwa ruh bukanlah zat (incoporeal), tidak mati (immortal); ruh memiliki suatu operasi yang tidak tergantung pada organ sehingga dapat hidup sendiri tanpa tubuh (subsist without body). Kunci untuk memahami ruh sebenarnya adalah adanya dua kata yang berbeda, meski saling terkait, dalam ayat-ayat Allah, yakni kata ruh serta nafs. Allah tidak mempertukarkan kedua kata/istilah tersebut dalam ayat-ayatNya untuk mendalilkan sesuatu hal, sebagaimana manusia-manusia mempertukarkan kata-kata ruh dengan sinonimnya seperti jiwa, jiva, soul, spirit, anigma, dsb. Haji Muhammad Alwy, almarhum orang tua saya, mengajari sesuatu yang sangat fundamental ketika saya masih remaja bahwa ketika manusia meninggal, maka terpisahlah komponen yang halus (ruh) dengan yang kasar (tubuh). Dalam Ilmu Fisika, zat adalah sesuatu yang memiliki energi. Ruh adalah zat Allah yang jika Allah masukkan ke dalam tubuh akan memunculkan energi kehidupan berjiwa, sehingga keberadaan ruh pasti ada pada setiap makhluk yang berjiwa. Ruh-lah yang membuat makhluk berjiwa. Tidak ada jiwa jika ruh tidak bertemu dengan jasad (tubuh). Jika tidak ada ruh, maka tidak ada energi kehidupan yang memungkinkan setiap makhluk memiliki kesadaran, hasrat, rasa, pikiran, keinginan, cita-cita, tindakan-tindakan, dsb. Definisi ruh yang saya ungkap tidak sekedar menguak tabir perdebatan umat manusia tentang zat ruh, tetapi juga mengungkap tentang definisi kematian serta konsistensinya dengan pertanggungjawaban setiap jiwa atas amal perbuatannya. Definisi ruh ini juga membedakan energi kehidupan yang berjiwa dengan energi kehidupan tidak berjiwa dalam fase kehidupan manusia dalam alam rahim. Dalam pandangan Ilmu Biologi, kehidupan adalah pertumbuhan sel-sel, sehingga bertumbuhnya janin setelah terjadinya pertemuan sperma dengan sel telur adalah kehidupan. Namun, kehidupan yang sebenarnya baru muncul beberapa minggu setelah itu, yakni setelah adanya ruh dalam janin, sehingga janin memiliki kesadaran serta dapat memunculkan ekspresi kehidupan, seperti senyum, tertawa, dsb. Fase munculnya ruh dalam janin adalah fase jiwa, fase persaksian jiwa dengan Allah. Qs Al Hajj 6: Yang demikian itu, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang haq dan sesungguhnya Dialah yang menghidupkan segala yang mati dan sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala suatu, Qs Al Hajj 66: Dan Dialah Allah yang telah menghidupkan kamu, kemudian mematikan kamu, kemudian menghidupkan kamu (lagi), sesungguhnya manusia itu, benar-benar sangat mengingkari ni`mat. Apa yang terungkap dalam surat Al Hajj 6, 66 bahwa Allah-lah, bukan ibu bapak, saudara-saudara, kerabat, jin taat, setan jin, setan manusia, bukan siapapun, yang mengintervensi suatu zat sehingga berubah dari kondisi yang disebut mati menjadi kondisi yang disebut hidup. Adanya ruh Allah yang Allah masukkan dalam diri setiap makhluk berjiwa dalam alam rahim membenarkan adanya intervensi awal dalam bentuk ruh Allah dalam setiap makhluk, yang dengannya kehidupan fase awal mulai berlangsung. Meski sel-sel terus bertumbuh ketika sperma bertemu dengan sel telur sebelum adanya ruh, namun bukanlah itu yang disebut sebagai kehidupan awal, fase ini masih disebut sebagai fase kematian. Intervensi ruh Allah kedalam tubuh makhluk sehingga dengannnya energi kehidupan berjiwa muncul serta berlangsung terus menerus hingga kematiannya memiliki konsekuensi taat bagi setiap makhluk kepada Allah. Bukan itu saja, dalam fase kehidupan awal ini, ada persaksian (kesepakatan) setiap ruh/jiwa dengan Allah yang membenarkan Allah sebagai tuhan, tuhan satu-satunya. Dalam pandangan ini bahwa setiap mahkluk, kecuali setan, yang hadir dimuka bumi yang telah membawa ruh/jiwanya masing-masing dalam setiap tubuhnya memiliki sifat fitrah yang taat kepada Allah, namun lingkungannya-lah yang menjadikannya tetap taat atau mendustakan Allah, mengingkari nikmat Allah. Beruntunglah makhluk-makhuk yang tetap memelihara persaksian/kesepakatan ruh/jiwanya dengan Allah selama menjalani fase kehidupan lahirnya di muka bumi, sehingga ruh/jiwanya akan memiliki kehidupan kekal akhirat yang penuh kenikmatan surga, namun merugilah yang merusak persaksian/kesepakatan ruh/jiwanya dengan Allah selama menjalani kehidupan lahir di muka bumi, sehingga ruh/jiwanya akan memiliki kehidupan kekal neraka yang penuh siksaan. Qs Al Maidah 1: Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu... Jika kehidupan mahkluk berawal dari adanya ruh dalam tubuh yang dengannya energi kehidupan berawal, maka kehidupan makhluk pasti berakhir ketika ruh sudah tidak ada dalam tubuh, sehingga tidak ada lagi energi kehidupan berjiwa, yang disebut sebagai kematian. Inilah definisi kematian yang konsisten dengan dalil-dalil Allah. Dalam pandangan ini bahwa hanyalah Allah yang bersifat kekal, tidak mengalami fase yang disebut kematian. Siapapun atau apapun makhluk berjiwa pasti mengalami fase kematian. Manusia, malaikat, jin taat, setan jin, binatang, tumbuh-tumbuhan, serta semua yang ada di alam semesta; bumi, bulan, planet-planet lain, matahari serta semua bintang-bintang, komet serta seluruh benda-benda asteroid akan mengalami kematian. Kematian tiap-tiap jiwa dalam masa yang berbeda-beda inilah yang populer dengan istilah kematian, sementara kematian serentak alam semesta yang mengakhiri seluruh kehidupan yang populer dengan kiamat. Qs AL Anbiya 34: Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad), maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal? Qs Al Anbiya 35: Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. Apa yang saya ungkap ini membantahkan pandangan Filosof Spinoza, filosof yang paling terkemuka di Eropa yang menginspirasi Albert Einstein dalam menyimpulkan realitas alam serta tuhan, Karl Marx dalam menyimpulkan fenomena kehidupan sosial, serta munculnya sejumlah filsafat-filsafat Eropa seperti materiaslism, atheism, pantheism, panentheism, yang bertentangan dengan ayat-ayat Allah. Filosof Spinoza mengemukakan pandangan-pandangan bahwa tuhan ada, bukan zat (immaterial), menyatu atau identik dengan alam semesta, tuhan adalah alam, alam adalah tuhan. Pandangan bahwa tuhan menyatu dengan alam semesta juga adalah pandangan Filosof-filosof Hindu sejak abad 9-5 sebelum masehi, serta Filosof-filosof Yunani, seperti Plato, abad 5-4 sebelum masehi. Spinoza serta Descartez lah (abad 16-17 Masehi) yang banyak mempengaruhi kehidupan filsafat Eropa hingga kini. Spinoza, serta sejumlah Filosof Hindu serta Yunani salah karena mengidentikkan/menyatukan alam semesta dengan tuhan, padahal fakta-fakta alamiah bahwa setiap setiap jiwa mengalami kematian, alam semesta pun akan mengalami kiamat. Dapatkah zat yang disebut tuhan memiliki sifat demikian?. Jika alam semesta menyatu dengan tuhan, maka tidak zat ada yang mencipta, tidak ada zat yang tercipta, padahal ada realitas kehidupan, realitas alam semesta. Zat yang mencipta pasti terpisah dari yang zat tercipta (Dalil/Kesimpulan Universal Mustafa Haji Alwy untuk bantahan pandangan kesatuan tuhan dengan alam semesta (the unity of all that exist)). Jika definisi Ilmu Biologi dipakai sebagai definisi kehidupan yang sebenarnya, maka pasti membatalkan dalil-dalil tentang penciptaan manusia pertama, Nabi Adam a.s, yang terbuat dari tanah, terciptanya manusia tanpa bapak, Nabi Isa Al Masih a.s, mukhjizat Nabi Isa Al Masih a.s yang membuat burung dari tanah liat, serta dalil-dalil pertanggungjawaban setiap jiwa. Dalam pandangan ini, juga membatalkan definisi ruh oleh Aristotle, Ibn Sina bahwa ruh berasal dari hati. Ruh Nabi Adam a.s, serta burung yang tercipta oleh mukhjizat Nabi Isa Al Masih a.s bukanlah berasal dari hati dirinya, tapi sesuatu yang berasal dari luar dirinya (tubuhnya) (Dalil/Kesimpulan Universal Mustafa Haji Alwy untuk Bantahan Ruh Berasal dari Tubuh). Konsistensi logik tentang ruh, Zat Allah serta sifat-sifatNya, serta sejumlah fakta-faktanya juga membantahkan teologi sebagian besar umat nasrani tentang Trinitas (Trinity), serta yang menganggap Nabi Isa Al Masih a.s serta malaikat sebagai Anak Allah. Nabi Isa Al Masih a.s bukanlah tuhan, bukan pula Anak Allah, ruhnya juga tidak menyatu dengan Allah. Nabi Isa Al Masih a.s cuma manusia nabi, seperti halnya dengan Nabi Muhammad S.A.W (Dalil/Kesimpulan Universal Mustafa Haji Alwy untuk Bantahan Ruh Allah Menyatu dengan Ruh Makhluk). Qs Al Anbiya 22: Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai `Arsy daripada apa yang mereka sifatkan. Qs Al Anbiya 26: Dan mereka berkata: Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai) anak, Maha Suci Allah. Sebenarnya (malaikat-malaikat itu), adalah hamba-hamba yang dimuliakan, Apa yang terungkap dalam Teologi Trinitas bahwa sungguh bukanlah berasal dari Nabi Isa Al Masih a.s, bukan pula dari Kitab Injil yang masih asli, tetapi Trinitas berasal dari Filosof-filosof Nasrani, seperti Augustinus (sekitar abad ke-5 Masehi), Theopillus Antioch (akhir abad ke-2 Masehi), yang mengada-adakan tafsir yang tidak konsisten dengan ayat-ayat Allah. Filsafat Trinitas yang menyatukan ruh Allah, ruh Isa Al Masih a.s, ruh Malaikat Jibril a.s yang disebut sebagai satu kesatuan dalam tiga entitas berbeda, ketiga-tiganya adalah tuhan, jelas-jelas tidak konsisten dengan Sifat-Sifat Allah yang Satu, Tunggal, Berbeda dengan mahlukNya, Terpisah ZatNya dengan makhluk-makhlukNya. Filsafat Trinitas nampak terpengaruh oleh Filsafat-filsafat Yunani serta Hindu tentang unity sejak awal munculnya, serta bertahan hingga kini karena terpengaruh kuat oleh Filosof Spinoza. Begitu kuatnya pengaruh Filosof Spinoza hingga Albert Einstein pun ketika mendapat telegram dari Rahib Yahudi menanyakan keyakinannya kepada tuhan, Einstein menjawab: saya meyakini tuhannya Spinoza yang memperlihatkan dirinya sendiri dalam harmonisasi secara teratur apa yang ada, tapi bukan tuhan yang peduli dirinya sendiri dengan takdir dan tindakan-tindakan manusia. Sementara itu, amal/perbuatan makhluk-makhluk Allah juga adalah zat. Amal/perbuatan dalam konteks ini juga meliputi niat, hasrat, pikir, dsb. Bukti-bukti empirik dalam eksprimen-eksprimen ilmiah nampak mendukung kesimpulan ini. Apa yang terungkap dalam sains bahwa energi yang masuk ke dalam suatu sistem akan menambah massa/berat sistem tersebut. Jika tidak ada satu amal perbuatan yang tidak melibatkan jiwa, tidak ada jiwa tanpa ada ruh, sementara definisi ruh adalah zat Allah yang dengannya energi kehidupan berjiwa muncul, maka amal/perbuatan apapun pasti melibatkan energi yang memiliki massa. Hal ini konsisten dengan dalil-dalil Allah bahwa amal/perbuatan naik ke langit, amal perbuatan memiliki massa meski seberat dzarrah (partikel terkecil) yang dengannya menentukan kehidupan akhir setiap jiwa. Dalam pandangan ini, seluruh definisi yang meyakini bahwa ruh bukan zat, tapi sesuatu yang bukan zat (immaterial/incorporeal) tidak konsisten dengan adanya pertanggungjawaban setiap amal/perbuatan (Dalil/Kesimpulan Universal Mustafa Haji Alwy untuk Bantahan Ruh adalah Bukan Zat). Jika ruh benar adanya, sebagaimana semua filosof-filosof, agama-agama serta umat manusia meyakininya, apa sebenarnya yang paling hakekat dalam misteri ruh, khususnya ruh manusia?. Pertanyaan yang saya ungkap ini nampaknya belum pernah terungkap dalam berbagai literatur. Kunci atas pertanyaan saya ini sebenarnya bahwa ada zat dalam setiap makhluk berjiwa yang dengannya energi kehidupan berjiwa muncul serta berlangsung terus menerus hingga pada suatu titik yang disebut kematian; kehilangannnya menjadi kematian setiap jiwa, namun tidak satupun manusia dapat melihatnya. Demikianlah bahwa ada zat dalam alam semesta yang dengannya seluruh kehidupan muncul, berlangsung terus menerus hingga kini, hingga alam semesta hancur yang disebut kiamat, namun tidak satupun manusia dapat melihat zat tersebut, itulah Zat Allah. Jika manusia meyakini bahwa tubuh manusia yang begitu kompleks, namun hanya dapat berfungsi jika ada ruh bersamanya, maka begitupula alam semesta yang kompleksitasnya tak terbantahkan oleh siapapun, termasuk saintis atheis sekalipun seperti Richard Dawkins, hanya dapat muncul serta berfungsi jika ada zat yang menciptanya meskipun tidak terlihat, Dialah Allah yang menciptanya, memelihara dengan hukum-hukumnya serta juga akan mengakhirinya. Dalil/Kesimpulan Universal Mustafa Haji Alwy tentang Hakekat Ruh sebagai Bukti Adanya Allah. Qs Al Anbiya 49: (Yaitu) orang-orang yang takut akan (azab) Tuhan mereka, sedang mereka tidak melihat-Nya, dan mereka merasa takut akan (tibanya) hari kiamat. Qs Al Hajj 65: Apakah kamu tiada melihat bahwasanya Allah menundukkan bagimu apa yang ada di bumi dan bahtera yang berlayar di lautan dengan perintah-Nya. Dan Dia menahan (benda-benda) langit jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya? Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada Manusia. Hukum Termodinamika-1 dalam Ilmu Fisika sebenarnya konsisten dengan ruh yang bersifat kekal serta adanya kehidupan kedua (akhirat) setelah kiamat. Hukum itu sebenarnya mendalilkan hukum kekekalan energi, serta adanya transformasi energi dari satu bentuk ke bentuk lain. Dalam konteks ini, kiamat serta kehidupan setelah kiamat sebenarnya ketetapan yang pasti yang konsisten dengan sains, yaitu cara Allah mentransformasi serta mengekalkan energi pada makhluk-makhluk Allah, termasuk alam semesta. Jika jiwa makhluk energi baiknya lebih berat daripada energi buruknya, maka Allah akan tempatkan dalam semesta surga. Namun, jika jiwa makhluk energi baiknya lebih ringan daripada energi buruknya, maka Allah akan tempatkan dalam semesta neraka. Inilah hakekat ayat Allah dalam Surah Al Jatsiah diatas, serta Surah Al Anbiya berikut: Qs Al Anbiya 16: Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main. Apa yang dimaksud kiamat, bagaimana berlangsungnya serta kehidupan setelah kiamat (akhirat) dalam kaitannya dengan pertanggungjawaban setiap jiwa serta kehidupan kekal akhirat kelak, Allah telah menerangkannya secara rinci sebagai berikut: Qs Al Qariah 1: Hari Kiamat, Qs Al Qariah 2: apakah hari Kiamat itu? Qs Al Qariah 3: Tahukah kamu apakah hari Kiamat itu? Qs Al Qariah 4: Pada hari itu manusia seperti anai-anai yang bertebaran, Qs Al Qariah 5: dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan. Qs Al Qarriah 6: Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan) nya, Qs Al Qariah 7: maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. Qs Al Qariah 8: Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan) nya, Qs Al Qariah 9: maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. Qs Al Qiyamah 1: Aku bersumpah dengan hari kiamat, Qs Al Qiyamah 2: dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri). Qs Al Qiyamah 3: Apakah manusia mengira, bahwa kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya? Qs Al Qiyamah 4: Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna. Qs Al Qiyamah 5: Bahkan manusia itu hendak membuat maksiat terus menerus. Qs Al Qiyamah 6: Ia bertanya: Bilakah hari kiamat itu? Qs Al Qiyamah 7: Maka apabila mata terbelalak (ketakutan), Qs Al Qiyamah 8: dan apabila bulan telah hilang cahayanya, Qs Al Qiyamah 9: dan matahari dan bulan dikumpulkan, Qs Al Qiyamah 10: pada hari itu manusia berkata: Ke mana tempat lari? Qs Al Qiayamah 11: Sekali-kali tidak! Tidak ada tempat berlindung! Qs Al Qiyamah 12: Hanya kepada Tuhanmu sajalah pada hari itu tempat kembali. Qs Al Qiyamah 13: Pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya. Qs Al Qiyamah 14: Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri, Qs Az Zumar 67: Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan. Qs Az Zumar 68: Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing). Qs Az Zumar 69: Dan terang benderanglah bumi (padang mahsyar) dengan cahaya (keadilan) Tuhannya; dan diberikanlah buku (perhitungan perbuatan masing-masing) dan didatangkanlah para nabi dan saksi-saksi dan diberi keputusan di antara mereka dengan adil, sedang mereka tidak dirugikan. Qs Az Zumar 70: Dan disempurnakan bagi tiap-tiap jiwa (balasan) apa yang telah dikerjakannya dan Dia lebih mengetahui apa yang mereka kerjakan. Qs Az Zumar 71: Benar (telah datang). Tetapi telah pasti berlaku ketetapan azab terhadap orang-orang yang kafir.Orang-orang kafir dibawa ke neraka Jahannam berombong-rombongan. Sehingga apabila mereka sampai ke neraka itu dibukakanlah pintu-pintunya dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: Apakah belum pernah datang kepadamu rasul-rasul di antaramu yang membacakan kepadamu ayat-ayat Tuhanmu dan memperingatkan kepadamu akan pertemuan dengan hari ini? Mereka menjawab: Qs Az Zumar 72: Dikatakan (kepada mereka): Masukilah pintu-pintu neraka Jahannam itu, sedang kamu kekal di dalamnya. Maka neraka Jahannam itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri. Qs Az Zumar 73: Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya dibawa ke dalam surga berombong-rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu! maka masukilah surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya. Qs Az Zumar 74: Dan mereka mengucapkan: Segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janji-Nya kepada kami dan telah (memberi) kepada kami tempat ini sedang kami (diperkenankan) menempati tempat dalam surga di mana saja yang kami kehendaki. Maka surga itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal. Qs Az Zumar 75: Dan kamu (Muhammad) akan melihat malaikat-malaikat berlingkar di sekeliling `Arsy bertasbih sambil memuji Tuhannya; dan diberi putusan di antara hamba-hamba Allah dengan adil dan diucapkan: Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Apa yang terungkap oleh sains yang baru nampak sekitar tahun 1960-an yang paling mencengangkan adalah bahwa alam semesta bukanlah dalam bentuk yang tetap (steady state), tetapi alam semesta tumbuh mengembang dengan kecepatan tertentu. Albert Einstein pun sebenarnya meyakini sifat tetap alam semesta, namun sempat mengubah keyakinannya itu yang membawa saintis astrofisika terbelah menjadi dua kutub (polar) keyakinan (stady state vs non-steady state). Akhirnya, observasi teleskop Hubble yang membenarkan teori non-stady state, yang juga konsisten dengan ayat Allah. Teori non-steady state yang populer dengan teori Ledakan Besar (Big Bang) adalah satu-satunya teori yang kokoh bagi saintis astrofisika hingga kini. Prinsip dasar teori ini bahwa jka alam semesta terus tumbuh mengembang, maka alam semesta sebenarnya memiliki awal dari suatu zat yang kecil. Hal ini pun konsisten dengan dalil-dalil Allah bahwa bumi dan langit dulunya satu. Qs Al Anbiya 30: Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman? Apa yang terjadi menurut teori Big Bang adalah adanya ledakan besar dari suatu zat kecil yang maha panas yang berenergi maha dahsyat. Peristiwa yang terjadi sekitar 13.7 milyar tahun lalu. Teori ledakan maha dahsyat sebenarnya adalah teori ledakan nuklir Einstein untuk zat atom, yang populer dengan rumus E=mc2; E:energi, m:massa, c:kecepatan cahaya). Jika teori ledakan nuklir zat janin alam semesta ini benar adanya, maka pasti ada Zat yang mencipta zat itu yang dengannya memungkinkan memiliki energi yang maha dahsyat sehingga terus tumbuh mengembang seperti sekarang. Kesimpulan saya ini konsisten dengan Hukum Termodinamika 1 bahwa harus ada energi dari luar yang memungkinkan sistem berjalan terus menerus (non-perpetual movement). Zat yang mencipta zat itu, Zat asal energi itu adalah Allah, yang terungkap berulang-ulang dalam ayat-ayat Allah. Qs Al Insyiqaq 13: Sesungguhnya Dia-lah Yang menciptakan (makhluk) dari permulaan dan menghidupkannya (kembali). Qs Al Hadid: 3: Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. Qs Al Hadid 4: Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa; Kemudian Dia bersemayam di atas `Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. Qs Al Hadid 5: Kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi. Dan kepada Allah-lah dikembalikan segala urusan. Qs Al Hadid 6: Dialah yang memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam. Dan Dia Maha Mengetahui segala isi hati. Begitu jelas bahwa Allah-lah yang mencipta dari permulaan, menjadi awal serta akhir dari seluruh alam semesta beserta isinya, menciptakannya dalam 6 masa (4 masa bumi, 2 masa langit), mencipta hukum-hukumnya sehingga terjadi rotasi siang malam secara kontinu, mengetahui kehidupan makhluknya hingga ke hatinya, serta menghidupkan kembali, lalu mengadili urusan-urusannya. Allah-lah yang memiliki segalanya, kerajaan langit maupun bumi. Jika tidak ada Zat yang menciptakan zat janin alam semesta, maka zat itu harus tercipta dengan sendirinya. Kesimpulan ini jelas mustahil karena fakta-fakta empirik memperlihatkan bahwa tidak pernah ada suatu ledakan zat di alam semesta ini, selain ledakan janin alam semesta, setelah Big Bang yang dengannya memungkinkan berjalan hukum-hukum alam semesta seperti sekarang. Alam semesta sekarang hanya tercipta sekali, tidak ada proses ulangannya. Jika saja terbelahnya Laut Merah sebagai jalan bagi Nabi Musa a.s serta pengikutnya lolos dari kejaran Firaun 2 millenium sebelum masehi adalah peristiwa alam biasa, bukan sebagai Mukhjizat dari Allah, maka mengapa peristiwa itu tidak berulang dalam rentang 4 millenium? Kebenaran bahwa Firaun dan tentaranya tenggelam di Laut Merah bukan sekedar ada dalam ayat-ayat Allah, tapi terverifikasi menjelang awal abad 20 Masehi. Qs Al Baqarah 50: Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan (Fir`aun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan. Qs Al Araf 136: Kemudian Kami menghukum mereka, maka Kami tenggelamkan mereka di laut disebabkan mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka adalah orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami itu. Stephen Hawking dalam bukunya Grand Design mengemukakan suatu premis serta kesimpulan berkaitan dengan keterlibatan Tuhan dalam penciptaan alam semesta, sebagai berikut: ...adalah masuk akal untuk mepertanyakan siapa atau apa yang menciptakan alam semesta. Jika jawabannya adalah Tuhan, maka siapa yang menciptakan Tuhan?. Dalam pandangan ini bahwa beberapa entitas ada tanpa perlu pencipta, dan entitas itu adalah Tuhan.... Richard Dawkins, seorang Saintis Biologi yang atheis dalam bukunya The God Delusion, buku best-seller ke-2 tahun 2006 versi Amazon, juga membantah adanya zat yang mencipta seluruh kehidupan dengan mengemukakan hal yang serupa dengan Stephen Hawking bahwa hipotesis pencipta segera memunculkan problem yang lebih besar tentang siapa yang mencipta pencipta (the designer hypothesis immediately raises the larger problem of who designed the designer). Saya telah membantah kesimpulan Stephen Hawking tersebut, termasuk kebingungan Richard Dawkins yang terungkap dalam hipotesisnya, bahwa kesimpulan itu nampak salah dari asumsinya. Kesimpulan itu hanya benar jika antara Pencipta atau pencipta-pencipta dengan ciptaan-ciptaannya tidaklah berbeda, namun fakta-fakta empirik jelas keduanya berbeda. Zat yang mencipta pasti berbeda dengan zat yang tercipta (Dalil/Kesimpulan Universal Mustafa Haji Alwy untuk bantahan pandangan tidak adanya tuhan yang mencipta alam semesta (atheism)) Albert Einstein sebenarnya menyakini adanya tuhan, tapi bukan Allah yang zat serta sifat-sifatnya ada dalam ayat-ayat Allah, seperti menentukan takdir, mengutus rasul/nabi, menurunkan kitab suci, mencipta makhluk gaib seperti malaikat, jin, setan jin, mengadili amal perbuatan manusia, dsb. Einstein serta sejumlah sainstis menentang personifikasi Allah. Dalam pandangan ini, Einstein salah karena membantahkan kesimpulannya sendiri tentang keterkaitan energi dengan massa (zat). Hanya karena ada zat maka ada energi, termasuk energi intrinsik/energi diam (massa). Akhirnya, kesimpulan saya bahwa ada zat yang mengawali, mencipta, mengatur serta akan mengakhiri alam semesta, zat itu adalah Allah. Allah adalah Zat, Zat yang pasti Ada, Zat yang pasti memiliki Energi, Zat yang memiliki Ruh, Zat yang memiliki Sifat-Sifat yang denganNya ada kehidupan, nyata maupun gaib, Zat yang hanya Satu sehingga kehidupan terus berjalan dalam keteraturan, yang konsisten dengan ayat-ayat Allah. Kesimpulan ini juga membantahkan beragam keyakinan umat manusia mengenai zat yang disebut tuhan, seperti tuhan bukan materi (immaterialism), tuhan tidak ada (atheism), ragu tuhan ada (agnocisim), tuhan ada tapi banyak (polytheism), tuhan ada tapi tidak mengintervensi makhluk (deism), tuhan identik dengan alam semesta (pantheims), tuhan mengandung alam semesta tapi tidak identik (panentheism), tuhan tidak sepenuhnya baik karena adanya setan (dystheism). Apa yang saya ungkap ini (termasuk juga tentang zat dan sifat-sifat setan), nampaknya menjadi kunci atas misteri kehidupan tentang kehidupan gaib, khususnya kehidupan akhirat, sebuah kehidupan yang selalu misteri pada setiap masa perjalanan hidup setiap umat manusia di muka bumi. Namun demikian, Dialah Allah yang membenarkan adanya kehidupan gaib. sebagaimana eksplisit dalam Surah Al Baqarah ayat 3: Alladzina yuminuuna bil ghaibi (Orang-orang yang beriman kepada yang gaib)... Kunci itu adalah bahwa Allah-lah yang selalu ada dibalik kehidupan, nyata maupun gaib, yang ada sejak awal sebelum ada sesuatu yang disebut kehidupan, yang mencipta serta memelihara hukum-hukum alam semesta yang dengannya menjadi obyek ilmu pengetahuan manusia serta sumber-sumber kehidupan sepanjang masa, serta yang akan mengakhiri kehidupan nyata dengan kiamat untuk memulai kehidupan gaib, yakni kehidupan kedua (akhirat), kehidupan yang sebenarnya juga membenarkan berlakunya hukum-hukum alam semesta. Akhirnya, semuanya nampak begitu jelas, logik, konsisten, memiliki fakta-fakta empirik, yang membenarkan kebenaran mutlak Allah. Wallahuallam. Referensi/Bacaan Al Quran Wikipedia 2013 Mustafa Haji Alwy, Founder Islamic Paradigm, Founder, Owner & Executive Director Global Institute for Sustainable-Balanced Development; individual consultant for international/national institutes
Posted on: Thu, 21 Nov 2013 03:16:21 +0000

Recently Viewed Topics




© 2015