Episode 69 AIR MATA ABU-ABU Scenario by Agus Adriansyah - TopicsExpress



          

Episode 69 AIR MATA ABU-ABU Scenario by Agus Adriansyah Fade in Fade out EXT. HALAMAN RUMAH HAROON YANG BESAR BERGAYA BETAWI . SIANG “ TAK ! “ Sebuah pukulan keras dengan sebuah gagang pistol di tangkasnya dengan sebuah gagang golok berikut dengan gerakan yang sekejap Haroon berhasil mencengkeram pergelangan lengan Bang Teke’ yang mengepal kuat menggenggam sepucuk pistol berkaliber 38’ . Tetapi Bang Teke’ tak kehilangan akal , secepat kilat ia menyambar pistol di tangan kanannya dengan tangan kirinya , ia menodongkan pistolnya tepat di arah kepala Haroon dalam sejengkal jarak , sedangkan Haroon tak mau kalah , Haroon dengan gerakan reflek yang cepat bersamaan dengan gerakan lengan kirinya Bang Teke’ , berhasil menempelkan mata goloknya yang tajam tepat di urat navas leher Bang Teke’ . BANG TEKE’ : ( dengan nada datar mengancam ) Jangan macem-macem , Roon !! Gue bisa nge-beng elo beneran nih … HAROON : Gue juga bisa bikin urat navas berikut batang leherlo putus !! BANG TEKE’ : bener nih , Roon ?!! HAROON : Lo mao coba-coba … ?! Lalu dalam gerakan lambat ( low shot ) , Bang Teke’ tanpa aba-aba dan dalam keadaan full emosi tiba-tiba menarik pelatuknya … “ DAR !! “ sambil menangkis tangan Haroon yang kuat menggenggam sebilah golok yang menempel di batang lehernya dan langsung menjatuhkan dirinya menghindar ke arah kiri lalu berguling-guling , sedangkan Haroon yang telah membaca gerakan Bang Teke’ bersamaan ketika pelatuk melepas peluru menampar pistol dari genggaman tangan Bang Teke’sambil menghindar dari arah todongan moncong pistol Bang Teke’ sambil mencoba menggesekkan mata goloknya yang menempel di leher Bang Teke’ , tetapi bersamaan itu pula di tepak oleh lengan kanan Bang Teke’ yang membuat Haroon terhuyung dan terpelanting ke arah kiri secara bersamaan ( gerakan ini dalam waktu sekali gebrak berbarengan ) . Masing-masing dari mereka terhempas dan jatuh bergedebug di tanah lalu saling berguling-guling , saling menjauh menjaga jarak . Haroon dengan gerakannya yang sangat tangkas lalu melompat ke atas di mana kebetulan di atasnya terdapat sebuah pohon besar yang rindang , dari lompatannya , tubuh Haroon terlihat seperti seringan angin tanpa menimbulkan bunyi sedikitpun , sedangkan Bang Teke’ yang melihat itu langsung melepaskan tembvakannya bertubi-tubi ke arah Haroon walau Haroon dengan gerakannya yang sangat cepat dapat menghindari tembakan-tembakan Bang Teke’ dengan melompat-lompat dan berlindung pada batang-batang tangkai pohon besar itu , sampai pada suatu ketika Haroon melompat ke atas atap sebuah rumah dan berlari laksana angin dengan ilmu meringankan tubuh yang menakjubkan , atap yang di jejaknya tak roboh atau rusak sedikitpun . Bang Teke’ yang bernafsu bangkit dari jatuhnya terus menerus menembaki Haroon yang berkelit-kelit laksana seorang ninja . Haroon akhirnya merasa kewalahan juga menghindari tembakan-tembakan Bang Teke’ yang bertubi-tubi , ia menjejakkan keras sebuah atap genting terbuat dari tanah liat itu dengan gebrakan kaki yang di sengaja yang membuat atap itu roboh dan membuat tubuh Haroon ikut tertelan dalam robohan runtuhan genting-genting dan eternity rumah itu … “ BRAK !! “ … “ GABRUK !! “ … melihat itu Bang Teke’ segera mengejarnya , ia menghampiri sebuah rumah bergaya betawi yang pintunya lowong tak terkunci , Bnag Teke’ langsung menghambur masuk ke dalam … CUT TO INT. RUMAH HAROON . SIANG Dengan gerakan yang siaga dan agak tegang Bang Teke’ memeriksa tiap-tiap ruangan … CUT TO INT. KAMAR TIDUR . SIANG Haroon membersihkan tubuhnya dari ngebul debu-debu eternity , lalu ia menghampiri sebuah lemari kayu jati dan mengambil sebuah batu berwarna merah delima sebesar dua kali jempol ibu jari dan juga berikut beberapa batu akik lainnya termasuk sebuah azimat berupa kalung yang terbungkus dari kain hitam dari sebuah kotak. Haroon memasukkan benda-benda itu kedalam sebuah kantong berwarna hitam dan di selipkannya di dalam kantong ikat pinggangnya , lalu Haroon mengambil sebuah kapur tulis dan menuliskan lafadz “ ALLAH “ dalam tulisan huruf hijaiyyah / tulisan arab gundul pada dinding , Haroon berkomat-kamit membaca dua kalimat syahadat beserta dzikir-dzikir hikmah … HAROON : Asyhhadualla-ilaahaillallah wa-asyh-hadu annamuhammadorrosuulullaah … allahummasholli’alasayyidinaamuhammad – wa’ala-ali sayyidinaamuhammad …al fatihata-ila-hadroti sayyidina muhammadin sallallahu’alaihi wasallam , khususon ila arwahi assyeikh abdul Qodir al jaelani … wa ila arwahi … dll ( lalu membaca fatihah 1 x , dan setelahnya membaca dzikir hikmah ) Ya Allah yaa hayyu ya Qoyyuum Ya Adziimu Ya Robbal’alamiin , Qoyyumu Yardzukumayyasyaa-ul Quwwah … ilaahil antal maksuudi … “ YA ALLAH JADIKANLAH DINDING INI SEBAGAI PINTU “ Waridhokal mathluubi wa-ufawwidhu amri ilallaah … “ ALLAH … ALLAH … ALLAH … ( berulang-ulang ) Allah Maha Besar , kejadian yang sulit di terima akal ataupun logika , lafadz Allah secara tak masuk akal huruf-hurufnya seperti melebar membesar , dan di setiap-tiap rongga hurufnya yang membesar di selubungi oleh lapisan cahaya cahaya , menampakkan ruang di balik tembok , seperti lubang jendela yang besar dan dapat di terobos oleh tubuh manusia … dan tak acap banyak waktu Haroon segera menerobos dinding itu sambil mengucap dzikir-dzikir memohon idzin dan keredho’an Allah untuk menyeberangi lubang itu . HAROON : Bismillahi yaa Allah … ( sambil melangkah menyeberangi lubang pada dinding ) CUT TO EXT. BELAKANG RUMAH HAROON . SIANG Suatu karomah bagi Haroon , ia dapat menembus dinding itu seperti tak ada penghalangnya … HAROON : Alhamdulillah ya Allah … Lalu ia kembali melangkahkan kakinya pergi dari tempat itu , dari langkah yang terlihat tidak tergesa-gesa , tetapi lambat laun semakin menapak langkahnya semakin terlihat seperti berbayang dan berkelebat , sosok Haroon laksana bayangan semakin terlihat menjauh … jauuh … jauuuh di ujung setapak jalan , bahkan hampir terlihat sirna tertelan warna matahari sore … CUT TO INT. KAMAR TIDUR HAROON . SIANG Bang Teke’ tiba-tiba mendobrak pintu kamar tidur Haroon hingga daun pintu itu pun ambrol , terlebih todongan senjatanya yang siap melepas peluru … Subjecktive mata Bang Teke’ Bang Teke’ sempat melihat langit-langit eternity yang jebol berantakan , lalu berkeliling memeriksa seluruh ruangan … BANG TEKE’ : ( bergumam di dalam hati ) Kemane tuh orang ? hilang lenyap … Tetapi , tiba-tiba sekejap insting dan nalurinya terlihat seperti menangkap sesuatu , Bang Teke’ spontan berhambur keluar lewat dapur … Subjective mata Bang Teke’ . long ( focus shot ) Dari ujung jalan setapak di dapatinya sosok Haroon yang yang terus melangkah santai tetapi terlihat bagai Flasher lampu dioda … Bang Teke’ mengudaknya sambil berteriak … BANG TEKE’ : HAROON … !!! JANGAN LARI LO , ROON … !!! Langkah Haroon tertahan , beberapa saat ia terdiam dengan kepala tertunduk … lalu berbalik badan searah Bang Teke’ yang mulai mendekat di belakangnya dengan hawa yang berbaur emosi dan terlihat tergesa-gesa , Bang Teke’ terus menodongkan moncong senjatanya ke arahg Haroon yang ikut membalikkan badan sehadapan dengan Bang Teke’ … BANG TEKE’ : ( dengan nada geram ) Lo pelaku terror Bom itu , Roon ! suara dalam telephon itu suara elo kan ?!! Ngaku , Roon !!! HAROON : ( dengan nada dingin ) hme’ … ! Jangan pernah berharap gue mao ngaku !! BANG TEKE’ : Kalau begitu … Lo harus gue penjarakan ! HAROON : He’ … nggak semudah itu , Ke’ … tuduhan lo nggak beralasan … BANG TEKE’ : Inget Roon … !! Polisi-Polisi itu cari elo … Polisi-polisi melacak aksi-aksi lo yang mencurigakan … HAROON : Lo salah Orang , Ke’ … ! itu fitnah … !! BANG TEKE’ : kalau begitu , terpaksa , Roon … hidup atau mati , gue harus menangkap elo … bukti-bukti otentik udah ada … sekali lagi Roon … lo mao ikut gue hidup-hidup atau mati gue Dor duluan ?!! HAROON : langkahin dulu mayat gue ! BANG TEKE’ : Kurang Ajar !! “ DAR !! “ sebutir peluru hinggap di dada Haroon yang membuat tubuh Haroon bergetar , tetapi sangat luar biasa Haroon tidak mengerang kesakitan sedikitpun , justru dari tempat tepatnya peluru itu di muntahkan di tubuh Haroon mengeluarkan asap yang kemudian menjalar ke seluruh tubuhnya , Haroon seperti menahan peluru itu dengan tubuhnya yang menegang menampakkan otot-otot di sekujur badannya . Melihat itu Bang Teke’ menembakkan kembali berkali-kali ke arah tubuh Haroon yang berdiri tegang , keadaan Haroon tetap sama , sedikitpun ia tidak bergeser dari posisinya . HAROON : Habisin peluru lo !! sebelom gue kedet leherlo ame nih golok … ketegangan dan cemas mulai hinggap di wajah Bang Teke’ … BANG TEKE’ : SIAL !! ( sambil membuang pucuk senjatanya yang kehabisan peluru ) Sedangkan Haroon yang mulai naik pitam tak pelak lagi ia mencabut goloknya yang terselip di pinggang , Haroon berkelebat cepat hendak membacok tubuh Bang Teke’ . Mata golok yang siap menyabet leher Bang Teke’ dalam kejapan mata saja … “ TAK !! “ , tiba-tiba terhentak dan terlempar keras dari tangan Haroon , “ Ops ! “ hampir saja , tetapi tangan Haroon sisa kelebatannya sempat menampar wajah Bang Teke’ , yang membuat Bang Teke’ terhuyung keras ke sebelah kanan . Haroon kaget bukan alang kepalang , wajahnya celingak-celinguk searah pandangan pada ujung jalan mencari-cari “ siapa gerangan pelaku yang berani menghalaunya untuk membacok Bang Teke’ ? , searah pada ujung jalan Haroon bertambah kaget lagi … Insert Subjective mata Haroon . long shot Seorang berpakaian putih-putih dan bersorban melangkah mendekatinya , orang tua berjanggut putih itu menampakkan wajah yang penuh elas sambil berjalan melangkah mendekati Haroon , ia berujar … SYEIKH QODIR : Yaa Tuhan kami … ufuk bumi memar dari terbit … menggarang perapian pagi di gunung … melesak dari sempit seorang putera sulung … close sampai disini tampak setitiok air mata close menetes di wajahnya … focus shot air mata orang tua itu menetes sampai jatuh di bumi … ( dalam gerakan lambat / low shot ) lalu ia melanjutkan kata-katanya … SYEIKH QODIR : Apa masih terlalu pagi mengigau namamu ? … yang melepas diri dari jemu … menyebar seruan dan do-a … menjelajah malam dan siang fana ? Haroon kaget dan raut wajahnya seketika mulai berubah , terharu … ia langsung menghambur ke arah orang tua itu dan menciuminya … HAROON : ( bergetar ) Ss … Syeikh … ?! Orang tua itu mengusap dan membelai-belai lembut kepala Haroon … SYEIKH QODIR : Haroon anakku … ?! mengapa … ?! di Tanya seperti itu Haroon langsung histeris dan berteriak-teriak … HAROON : YAHDIIIQ … ALLAAH YAHDIIIQ … !! insert Bang Teke’ mulai agak segar , ia bangkit setelah lama melongo menyaksikan pertemuan antara Haroon dan orang tua itu . BANG TEKE’ : maafkan saya orang tua … Haroon itu seorang yang radikal … kami memiliki bukti-bukti otentik tentang keterlibatan Haroon yang telah melakukan aksi-aksi pengancaman pada sebuah gedung instansi kepolisian dan beberapa bangunan sarana jaqlan umum milik pemerintah … kami menyadap telephonnya … dan kebetulan kami punya saksi mata … Orang tua itu mengernyingkan matanya pertanda ia sedang berfikir … SYEIKH QODIR : tetapi … untuk menangkap sosok recidivis seperti Haroon adalah tugas yang berbahaya … mengapa anda hanya datang seorang diri ? saya heran , Cuma itu … BANG TEKE’ : Kebetulan saya kenal waktu saya ngopi di warung jalan besar tadi … SYEIKH QODIR : itu berarti anda telah main hakim sendiri … ?! BANG TEKE’ : saya polisi jalanan … tugas saya memang seperti itu … sewaktu Haroon ingin saya borgol , ia melawan saya … SYEIKH QODIR : bahkan sewaktu saya menyelamatkan anda dari sabetan goloknya … ? Bang Teke’ terdiam , orang tua itu meneruskan kalimatnya … SYEIKH QODIR : saya fikir … Haroon tak bersalah … anda terlalu sembrono sehingga terjadi salah tangkap … BANG TEKE’ : baik … kali ini saya akui kesalahan saya … tapi , Haroon masih dalam tahap penyelidikan saya … saya akan kembali lagi bersama sepasukan polisi malam ini untuk menginterogasikan setegasnya kasus ini bersama Haroon … Syeikh Qodir baru memahami kalimat Bang Teke’ yang belakangan , akhirnya ia dengan anggukan kepala membenarkan kata-kata Bang Teke’ juga … SYEIKH QODIR : Hya … ya … ya … Haroon dan saya akan membicarakan ini lebih lanjut secara empat mata … BANG TEKE’ : baiklah … saya permisi … Bang Teke’pun berlalu dari kediaman rumah Haroon yang masih banyak terdapat pohon-pohon besar dan agak terpencil dari pemukiman penduduk umumnya , Marunda memangsatu daerah di lokasi utara Jakarta yang masih menyimpan lagenda pesilat Betawi bersejarah , Tokoh pitung yang masih menyimpan misteri hingga kini . CUT TO
Posted on: Thu, 20 Jun 2013 15:33:45 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015