Risalah Dari Nusa Kambangan (Bagian 5) : Tholabun An-Nushrah, - TopicsExpress



          

Risalah Dari Nusa Kambangan (Bagian 5) : Tholabun An-Nushrah, Dari mana, Kepada Siapa Dan Untuk Siapa ? Written by Azza Jamilah | March 28, 2013 | 0 Azza Jamilah Untuk Al-Mustaqbal.net Saudara-saudariku, para muwahhid-mujahid Revolusioner… Kalian tumpuan ummat, bahan bakar dan tumbal bagi dien dan penegakan khilafah. Kalian pulalah yang di atas pundak ada persaksian dan janji setia !! Syahadah kita. Begitupun atas jeritan orang-orang lemah, orang-orang yang dihadapkan dalam mahkamah iblis, mahkamah yang merampok kebenaran dan keadilan langit dan merobek hak idiologi dan kebebasan para hamba Allah dengan dalih keutuhan NKRI dan idiologi iblisnya. Itulah kaum yang kalian dengar seruannya. “Dan mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang yang lemah, baik laki-laki, perempuan maupun anak-anak yang berdoa, “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang penduduknya zalim. Berilah kami pelindung dari sisi-Mu, dan berilah kami penolong dari sisi-Mu.”(QS.4:75) Derita dan jeritan kaum lemah terus menggema, sejalan dengan arus kedzoliman makin subur, seakan tidak ada henti dan habisnya, tidak di timur, tidak di barat dan merata di mana-mana termasuk di negara iblis yang mengusung “Ketuhanan Yang Maha Esa, Keadilan dan kesejahteraan bagi rakyat” dll. Sungguh sejarah kedzoliman di negara yang ditopang dan di-back-ing oleh Jama’ah dan ormas sekaliber NU, Muhammadiyah, Persis, Al-Irsyad, dan lain-lain, tidak akan hilang kedzolimannya selama dominasi afiliasi ormas-ormas tersebut tidak mencabut “akar kekafirannya” dari Pancasilais dan Nasionalisme butanya. Jika tidak, sungguh ini ironi dan andil kedzoliman secara tidak langsung yang dibuat oleh ormas-ormas tersebut terhadap kaum lemah “muwahhid-mujahid” pengusung tauhid dan penegak syari’at… Fakta memang membuktikan mati rasa akibat terlalu lama dalam dekapan idiologis iblis sehingga tidak peka lagi terhadap hak-hak pembelaan kaum lemah tersebut. Percaya atau tidak, begitulah realita sesungguhnya ormas-ormas afiliasi tersebut. Persekutuan iblis bukanlah tempat untuk tholabun nushroh haqqan… Saudaraku Mujahid, sang Revolusioner sejati.. Kalian sudah tahu bahwa persekutuan iblis bukanlah tempat untuk thalabun nushrah sebagaimana yang dipraktekkan oleh jama’ah banci, jama’ah yang berharap “Khilafah gratis” dari Abu Jahal dll. Oleh karena itu, kalian dan siapapun di atas tauhid wal jihad adalah afiliasi dan persekutuan atas nama Allah, persekutuan hidup dan mati untuk agama Allah, untuk kaum lemah, kaum yang kalian sulit untuk makan dan tidur nyenyak karena teringat kepedihan dan kesengsaraan, baik diburu (DPO), ditangkap, disiksa, dan dipenjara. Derita mereka memanggil kita untuk andil dan ambil bagian solidaritas sejati, solidaritas nyanyian kita di mimbar, di forum kajian, dan di segala tempat di mana kita membawa Al-Qur’an dan sangat hafal ayatnya ; “Innamal mu’minuuna ikhwah.” “Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara.” Begitupun hadits Nabi saw yang populer dan tidak asing bagi kita, “Seorang mu’min bagi mu’min lain seperti bangunan yang satu sama lain saling menguatkan.” Dan banyak lagi dalil-dalil lainnya. Persaudaraan iman, solidaritas hakiki bukan saja wacana dan teori mimbar dan arena forum kajian saja karena tidak mungkin sebuah bangunan rumah bisa terbangun dengan baik, rumah itu berdiri tegak tanpa realisasi proyek dari sang pemenang tender dll, adanya batu, pasir, semen dan komponen-komponen lainnya hanyalah pemandangan kosong, begitupun dalil-dalil ukhuwah dan solidaritas yang kita hapal dan berwacana dengannya hanyalah bualan kosong, tidak lebih…Itulah pemandangan umum kaum Muslimin hari ini, kaum yang tidak peka dan masa bodoh atas jeritan muwahhid, mujahid, mathlub, masjun, dll…Inna lillaahi wa-inna ilaihi raaji’uun. Wahai kaum yang bagaikan bangunan kokoh…Kaum yang mendengar seruan Allahuyarham, Asy-Syahid (InsyaAllah) Syekh Usamah bin Ladin, sang ikon perlawanan… “Bahwasanya darah anak-anak kalian adalah darah anak-anak kami, darah dibalas dengan darah, dan kehancuran dibalas dengan kehancuran, dll…” Wahai kaum yang membaca shiroh perjalanan ukhuwah, solidaritas hakiki assabiqunal-awwalun, solidaritas yang tidak membiarkan Bilal bin Robah terkelepak begitu saja di padang pasir bagaikan pelepah kurma yang tidak ada harganya, solidaritas yang tidak membiarkan terpenjaranya Rasulullah saw dan shahabat beliau selama 3 tahun karena diboikot. Solidaritas tidak membiarkan seorang muslimah di pasar Yahudi diganggu, solidaritas yang tidak membiarkan Madinah terkepung Al-Ahzab (PBB kala itu). Begitupun solidaritas hakiki masa-masa setelahnya, seorang Al-Mu’tashim billah, atas panggilan ukhuwah dan solidaritasnya yang agung, harus mengirim pasukan dalam jumlah besar hanya karena terdengar di negeri penyembah sapi (India) ada seorang muslimah diperkosa. Di era kita, era jihad global, seorang pemuda gagah berani, ksatria umat ini di negeri Rofidhain (Iraq) dengan tekad solidaritas yang tinggi atas ternodainya kesucian seorang muslimah (Fathimah) di penjara “penyembah kemaluan” Syi’ah, sang Ksatria tersebut dengan niat untuk melamar Fathimah maka “penyembah kemaluan” pun tercabik-cabik dengan bom istisyhadiyahnya. Subhanallah wallahu Akbar. Sungguh contoh solidaritas yang agung… Saudara-saudariku, para ksatria ummat, generasi yang akan dicatat dalam lembaran sejarah anak cucu… Hari ini, di era kita, era jihad global yang cemerlang, sungguh dari balik jeruji, gubuk derita untuk orang-orang lemah dari ummat ini, terdengar riuh suara tangisan baik di timur maupun barat. Itulah suara “waa Islama” dari saudari kita, ibunda ikon jihad global hari ini, Dr Afiah Sidique, suara “waa Islama” dari balik gubuk derita Syekh dan ulama kita yang ada di AS, Syekh Al-Maqdisi dll, di Mesir, syekh Abdul Qadir dll…Di Guantanamo, Syekh Abdurrahman, akhuna Hambali dll…Di negara ini, negara yang populer dengan mayoritas muslim tapi miskin solidaritas…ada ustadz kita, sesepuh untuk jihad global Asia Tenggara, Al Faqier Abu Bakar Ba’asyir dan ada juga ikon muwahhid sejati, Ustadz Aman , Semoga Allah menjaga dan membebaskannya…Dan segudang derita dari balik lorong-lorong jeruji di negeri ini, Negeri Indonesiaku sayang, Indonesiaku malang… Waa Islama…Di mana kalian, di mana solidaritas yang tersisa di saat tragedi Cipinang, NK dan tragedi terkini di Salemba atau tragedi-tragedi jauh sebelumnya ? Tragedi yang memilukan hati dan membuat kepala ini pecah lantaran tidak mampu lagi menahan sakit…Sungguh absen dan diamnya kita akan menambah sakit dan memperpanjang derita saudara kita yang terdzolimi. Apa kita menanti tragedi yang lebih besar lagi? Yang jelas masa bodoh, cuek dan budaya “gue-gue elu-elu” tidak peka terhadap saudaranya. Justru solidaritas yang dimilikinya tidak lebih dari wacana dan teori OMDO, sungguh omong doang tidak dikenal dalam sejarah generasi awal dari ummat ini. Solidaritas OMDO tidak pula dikenal dalam dunia hewan sekalipun. Semut contoh terkecil, tapi solidaritas terbesar bagi kita yang berakal terutama bagi siapa saja yang masih berwacana di atas teori dan solidaritas OMDO. Wallahu A’lam bish-showab. Semoga kita terbebas dari firman Allah swt, “(Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.”(QS 61: 3) Kepada antum, siapa saja yang hari ini, membuat masjun dan deretan orang-orang lemah yang terdzolimi senang dan bahagia atas aplikasi solidaritas yang diberikannya, Sungguh “Waa Islama” yang dimaksudkan adalah kalian, panggilan tholabun-nushrah sesungguhnya hanya tertuju kepada kalian karena tholabun-nushrah kepada kaum OMDO, apa lagi kepada musuh hanyalah mimpi di siang bolong dan bertolak belakang dengan ayat. “Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka….”(QS Al-Baqarah : 120) Sungguh tholabun nushrah kepada musuh hanya menghabiskan waktu dan umur, tholabun nushroh kepada Abu Jahal dan Abu Lahab hanya membuat kita terhina dan terlena atas janji-janji kosongnya. Tholabun nushrah itu sendiri tidak lebih dari racun pergerakan, racun ummat dan dien. Syubuhat sampah kaum Mu’tazilah anti azab kubur. Wallahu A’lam. Di akhir lembaran ini, Al-Faqier, menutup dengan hadits sebagai pemicu solidaritas yang lebih tinggi. “Jadilah kalian sebagi hamba-hamba Allah yang bersaudara , karena orang muslim itu saudara bagi muslim lainnya.” “Allah menolong hamba-Nya, selama hamba itu menolong saudaranya.” Nusa Kambangan, Maret 2013 Bung Irhab.
Posted on: Wed, 11 Sep 2013 09:49:31 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015