Semua Sudah Berlalu By : Della Amanda Bab I (Part 1) - TopicsExpress



          

Semua Sudah Berlalu By : Della Amanda Bab I (Part 1) Suasana kelas mendadak sepi ketika Pak Marcus, wali kelas mereka, muncul di ambang pintu. Beliau adalah guru yang paling disegani anak-anak kelas III IPA. Anak-anak kelas itu menjadi sedikit terhibur ketika melihat seseorang gadis membuntuti langkah Pak Marcus. Leo cepat memimpin temna-temannya untuk memberi hormat. Itu tugasnya sebagai ketua kelas. Selamat pagi..., sahut Pak Marcus dengan mengembangkan senyum ceria. Sementara gadis berseragam putih abu-abu yang berdiri di belakangnya tersenyum manis sekali. Rambutnya sepinggang, berhidung mancung, dan dan berkulit bersih. Alex yang sejak tadi menatap tanpa berkedip ke arah gadis itu semakin gemas melihatnya. Senyum dikulumnya sungguh membuat Alex terpana. Anak-anak..., Pak Marcus melanjutkan ucapannya. Kelas kita akan mendapat anggota baru. Teman wanita kalian ini berasal dari Kota Gudeg, Yogyakarta. Ooo.... Cewek sono.. , gumam Alex yang duduk di bangku deretan tengah. Semua perhatian murid-murid kelas itu tertuju ke arah teman baru mereka. Tak satu pun diantara mereka yang tidak kagum melihat gadis yang berdiri resah di depan kelas itu. Alex malah menilainya seratus persen sempurna. Nah, teman baru kalian akan memperkenalkan diri, Pak Marcus menoleh ke arah gadis itu.Kamu sudah siap? Gadis itu mengangguk tipis. Agak grogi dia tampaknya. Silakan..., Pak Marcus memberi kesempatan pada murid barunya. Nama saya Mayangsari. Saya pindahan dari SMA I Yogyakarta, gadis itu sedikit gugup. Di sini saya tinggal bersama paman. Di jalan Senopati nomor 54.... Kalau begitu kamu dekat dengan rumahku! potong Lilis. Rumahku nomor 67. Alex yang paling suka berkelakar segera nyeletuk, Rumahmu juga dekat dengan bekas tetangga nenekku, Mayang! Spontan anak-anak sekelas mencemooh Alex. Nenekmu yang tinggal di Ujung Kulon itu ya?! Alex menyembunyikan wajahnya dari tatapan Lilis sambil nyengir kuda. Tapi ia tak mau menyerah begitu saja. Alex berdiri. Lalu, berkata lagi dengan konyolnya. Orangtuaku memang tinggal nggak jauh dari daerah itu, Lis. Tapi..., tanya Nuri atau Leo, jelek-jelek begini aku anak lurah lho! Iya nggak, Nur?! Alex menjawil Nuri yang duduk persis di depannya. Lilis tersungut-sungut. Baru anak lurah saja sombong! Pak Marcus segera menenangkan muridnya. Waktu yang Bapak berikan kepada Mayngsari untuk memperkenalkan diri hanya 10 menit. Jadi kalian jangan unjuk gigi. Jelas! Jelas, Pak. Jawab mereka serempak. Mayang... lanjutkan, kata Pak Marcus. Terima kasih, Pak, sahut Mayang penuh hormat. Saya lahir di Yogyakarta.... Tanggal dan bulannya? sergah Firman yang duduk di deretan paling depan. Dua puluh Mei, tujuh belas tahun yang lalu. Makasih, Mayang. ujar Firman yang punya tubuh kecil. Hobimu apa, Mayang? tanya Lilis. Aku suka baca buku, menari, dan main drama. Wah, Hebat. Kamu bisa bergabung dengan teater sekolah kita. Pernah pentas di Yogya? Pernah. Tapi nggak banyak. Kamu peringkat berapa ketika naik kelas tiga, Mayang? tanya Leo. Mayangsari menoleh ke arah Pak Marcus. Kelihatannya ia ragu untuk menjawab pertanyaan Leo. Pak Marcus memberi isyarat agar Mayangsari menjawab apa adanya. Kebetulan aku peringkat pertama, aku mujur sekali. Oke..., Pak Marcus beranjak dari duduknya. Perkenalan Mayng dianggap sudah selesai. Waktu istirahat nanti kalian bisa lebih mengenalnya. Nah, sekarang Mayang duduk sebangku dengan Nuri. Kebetulan Nuri duduk sendirian. Nuri cepat-cepat berdiri dan melambaikan tangannya ke arah Mayang. Setelah menoleh ke arah Pak Marcus sejenak, Mayang bergerak mendekai bangku di sebelah Nuri. Alex bersorak dalam hati. Dia dapat berbicara lebih bebas dengan Mayang karena tempat duduk mereka berdekatan. Selama ini kamu duduk sendirian? tanya Mayang pada Nuri setelah duduk di kursinya. Baru seminggu ini kok, yang duduk di sebelah aku dulu Atika. Sekarang dia pindah ke Bandung. Hei, Mayang... senang aku, kamu bisa duduk di depanku, celetuk Alex. Mayang menoleh sejenak ke belakang untuk sekedar merekahkan senyum. Tak terasa pelajaran Biologi telah usai. Pak Marcus segera keluar dari kelas ketika bel tanda berganti peljaran bernunyi. Kemudian Leo pergi ke kantor untuk menemui Bu Kulsum, Guru Keterampilan mereka. Mayang masih sibuk mencatat materi yang diterangkan Pak Marcus tadi. Lilis segera mendekati gadis itu. Kenalan dulu dong. Namaku Lilis, kada Lilis sambil menyodorkan tangannya. Mayang menyambut genggaman tangan Lilis. Nanti pulangnya bareng ya? ajak Lilis. Boleh juga. Kalau rumahmu nomor 54 berarti dekat dengan rumahku, Mayang. Di halaman rumahmu ada pohon palem merah kan? Ya, betul.... Terus, pagar rumahmu bercat hitam setinggi satu meter. Kamu mengenal sekali rumah pamanku, Lilis? tanya Mayangsari keheranan. Tentu, Mayang. Karena Erni, saudara sepupumu itu, bekas pacarnya saudaraku. Oh, ya....? tegas Mayangsari. Sungguh. Kamu nggak dengar ceritanya dari Erni? Nggak, Mayangsari menggeleng. Dia nggak pernah cerita tentang masalah pribadinya. Erni sibuk sekolah. Minggir kamu, Lis. Jangan monopoli. Kita juga mau kenalan sama Mayang.... Tiba-tiba Donni menyerobot dan mengulurkan tangannya pada Mayang. Beberapa temannya mengikuti. Suasana jadi gaduh. Bangku Mayang dikerumuni anak-anak. Tetapi ketika Bu Kulsum muncul, mereka bergegas kembali ke tempat duduk masing-masing. Seperti biasa, Leo memimpin teman-temannya memberi salam. Mayang maju ke depan untuk memperkenalkan diri kepada Bu Kulsum. Mayang masih ingat pesan Pak Sadewo, wali kelas di SMA-nya dulu. Di sekolahmu yang baru nanti kamu harus tetap membawa nama baik sekolah kita. Dalam acara perkenalan kamu harus beranikan diriuntuk memperkenalkan diri. Next or No?? #Min_Eri
Posted on: Mon, 04 Nov 2013 15:06:28 +0000

Recently Viewed Topics




© 2015