'Into the new world' Part 1 NO BULLY • NO COPAS *** Sebuah - TopicsExpress



          

'Into the new world' Part 1 NO BULLY • NO COPAS *** Sebuah pohon yang sangat besar dan menjulang tinggi dengan gagah nya adalah saksi bisu atas cerita cinta dua insan yang sedang duduk di bawah nya sekarang. “Kak lagi ngapain?” Ucap seorang gadis yang sedang duduk disebelah Pria yang juga sedang duduk membelakangi nya. “Bentar lagi sayang.” Jawab Pria itu. Gadis yang ada di sebelahnya itu melanjutkan bacaan pada novel yang sedari tadi dipegangnya. Novel yang bertuliskan ‘HEAVEN IN THE EARHT’ di depannya.Gadis itu senyum – senyum sendiri saat membaca kutipan novel tersebut. ‘Sayang, kau hadir dengan senyuman. Senyummu membawa sejuta harapan untuk ku. Aku mencintaimu lebih dari yang kau tahu, aku hanya ingin menjadi wanita terindah dalam hatimu selamanya sayang. Karna mu aku baru tahu apa itu cinta. Cinta adalah kekuatan dimana ia mampu mengubah segalanya.’ “Kenapa kamu senyum – senyum sendiri?” Tanya pacarnya. “Hehe. . Nggak tau Kak, kata – kata di novel ini mirip perasaan ku sekarang.” Jawabnya. “Oh ya? Aku akan nunjukkin perasaan ku saat ini.” Ucap Pria itu lalu menyuruh pacarnya untuk berbalik badan. “Kakak. . .” Ucap perempuan itu sambil membekap mulutnya. “Aku mencintaimu.” Gumam Pria itu. “Aku tau mungkin kamu udah bosen dengernya, karena setiap hari aku selalu ngucapinnya. Kamu tau, pohon ini menjadi saksi bisu setiap cerita cinta kita. Aku mengukir nama kita di pohon ini sebagai bukti bahwa aku benar – benar mencintaimu.” “Aku juga cinta Kakak.” Jawab Gadis yang ada di sebelahnya seraya menyentuh batang pohon yang sudah terukir dua nama disana ‘(namakamu) love Karel’. Ya, itulah dua nama yang sedari tadi di ukir oleh Pria yang bernama Karel. “Kamu suka?” Tanpa perlu menunggu lama, (namakamu) langsung mengangguk. Sudah setahun lebih bahkan mendekati dua tahun mereka menjalani hubungan yang serius. *** Pagi ini, seperti biasa Karel menjemput (namakamu) dan Sela-adik Sepupu (namakamu)- untuk pergi bersama ke Sekolah yang sama. Mereka bertiga sama – sama Sekolah di SMP yang sama, Karel kelas 9 , (namakamu) kelas 7 dan Sela pun sama. Sepanjang perjalanan tidak ada yang mengeluarkan sepatah katapun diantara mereka bertiga. Karel yang menyadari itu segera menoleh kearah (namakamu) yang sedang sibuk dengan novelnya. ‘Dengan mu aku tlah terbiasa, tanpa mu aku tak bisa. Akan ku lakukan apapun untuk membuat mu bahagia, karna hanya kamulah satu – satunya yang dapat menyentuh hati ku.’ “Sayang.” Panggil Karel lembut agar mengalihkan perhatiannya. “Ya Kak.” “Baca apa sampe serius banget gitu?” “Ah. .novel yang kemarin Kak.” (Namakamu) menutup novelnya dan ditunjukkan ke Karel. “Novel itu tentang apa?” Tanya-nya lagi. “Sebuah perjalan panjang seseorang dalam mencari cintanya didunia ini. Perjuangannya dalam mencari surga yaitu cinta. Cinta yang dapat membuatnya menemukan surga dunia Kak.” Jelas (namakamu) panjang lebar. Karel dan Sela yang mendengar penjelasan (namakamu) hanya mengangguk yang menandakan mereka mengerti. “Mbak aku juga mau baca dong.” Ucap Sela dari kursi belakang. “Nggak boleh.” Jawab (namakamu) sambil memasukkan novelnya ke dalam tas. “Dasar mbak pelit.” “Bukannya pelit. Ini buku kesayangan Mbak.” Jawab (namakamu) lembut berusaha membuat Sela mengerti. “Kak awas.” Tiba–tiba (namakamu) menjerit saat menyadari bahwa ada seseorang didepan jalan mereka.Dengan cekatan Karel memutar stir mobilnya. Meskipun Karel tidak sepenuhnya menabrak orang tersebut, namun orang itu terjatuh karenanya. Mereka bertiga yang menyadari itu segera turun dari mobil dan melihat keadaan orang tersebut. Itu adalah seorang Pria. “Sepertinya dia pingsan.” Ujar Karel seraya dengan tangannya yang memeriksa denyut nadi Pria tersebut. Karel segera membalikkan tubuh Pria yang tersungkur itu. Terlihat beberapa luka kecil tergores di wajahnya. “BD” Seketika (namakamu) mendekap mulutnya saat meliihat wajah Pria tersebut. “Itu Kak BD.” Ceplos Sela dan itu membuat Karel menoleh kearahnya.“Aduh keceplosan.” Sela akhirnya mendekap mulut juga takut-takut salah bicara lagi. Karel hanya menatap sinis (namakamu). “Cepet bantu aku.”Ucap Karel ketus. (Namakamu) dan Sela langsung membantu Karel memasukan BD ke dalam mobil. Saat ini Sela berada di kursi belakang bersama BD yang masih belum sadarkan diri. Sepanjang perjalan pula keringat dingin keluar dari tubuh (namakamu). Entah kenapa raut wajahnya begitu khawatir terhadap BD. Karel yang menyadari itu hanya menyunggingkan senyum kecil di bibirnya. Sesampainya di rumah sakit, wajah (namakamu) menjadi pucat. (Namakamu) terus berjalan mondar mandir seperti orang yang kebingungan di depan ruang UGD. Karel hanya menatap (namakamu) aneh namun tanpa mengeluarkan satu pertanyaan pun. Sedangkan Sela hanya duduk manis di kursi yang disediakan. Beberapa menit kemudian keluarlah dokter yang memeriksa BD. (Namakamu) langsung menghambur kearahnya. “Bagaimana keadaannya?” Tanya (namakamu) khawatir. “Dia nggak pa-pa. Cuma luka kecil di wajahnya. Tapi kami akan melakukan pemeriksaan lebih jauh pada kepalanya. Karena sampai sekarang dia belum sadarkan diri.” Ucap dokter tersebut panjang lebar lalu membungkukkan tubuhnya dan pergi meninggalkan ketiga orang tersebut. “Aku mau pulang.” Setelah mendengar pernyataan dokter, Karel langsung beranjak pergi. “Eh. .Kak Karel mau kemana?” Tanya Sela. “Mau pulang, kepala Kakak sakit.” Dustanya. “Kakak periksa aja ya, mumpung di rumah sakit.” “Nggak pa-pa kok. Kamu dengan Mbak (namakamu) pulang naik taksi aja ya.” Ucap Karel sebelum akhirnya benar-benar pergi. “Hey Mbak, kenapa diem aja. Cepat kejer dia.” Suruh Sela kepada (namakamu) yang dari tadi masih diam di tempatnya. “Yaudah kamu tunggu disini.” (Namakamu) berlari mengejar Karel yang sudah jauh di depannya. “Kak. .” Pekik Karel saat Karel sudah membuka pintu mobilnya. Karel menoleh sesaat kearah (namakamu) yang sedang mengatur nafasnya. “Kak. . tunggu.” “Ada apa?” Tanya Karel ketus. “Kakak mau kemana?” (Namakamu) balik bertanya. “Aku mau pulang.” Karel langsung masuk ke dalam mobilnya tanpa memperdulikan (namakamu). “Kak. .buka.” (Namakamu) menggedor–gedor kaca mobil Karel yang sudah tertutup. Karel membuka setengah kaca mobilnya.“Kakak marah sama aku?” Tanya (namakamu) dengan air mata yang sudah tertampung. “Untuk apa aku marah?” “Kakak jadi dingin dengan aku.” (Namakamu) tidak kuat menahan air matanya yang sedari tadi dia tampung. “Aku nggak marah. Udah nggak usah nangis.” Karel keluar dari mobilnya dan menghapus air mata (namakamu). “Udah jangan menangis.” Ucap Karel sekali lagi. “Yaudah aku mau pulang.”Karel kembali masuk ke dalam mobilnya dan meninggalkan (namakamu). (Namakamu) memutuskan kembali menemui adik sepupunya. Sesampainya di depan ruang UGD, (namakamu) melihat Sela yang sedang berbincang dengan dokter tadi dan mengatakan bahwa BD sudah sadar dan boleh dilihat. (Namakamu) langsung masuk ke dalam ruangan BD dan meninggalkan Sela. “Lo ngapain disini?” BD terkejut melihat (namakamu) yang ada di ruangannya. “Maaf, tadi pacar gue yang nggak sengaja nabrak lo.” Jelas (namakamu) seraya duduk di depan BD. “Sekarang lo udah punya pacar ya?” (Namakamu) hanya menganggukkan kepalanya. “Bagus lah, berarti lo udah nggak kesepian lagi.” Lanjut BD. (Namakamu) terus menatap BD dengan tatapan khawatir. “Nggak usah liat gua kayak gitu. Gue gpp, Sendiri?” “Adek sepupu.” Jawab (namakamu). “Kemana aja lo selama ini?” Tanya (namakamu) tibatiba menganggetkan BD. “Gua nggak kemana-mana. Gua cuma pengen pergi dari hidup lo dan ngelupain gua. Hidup bahagia tanpa orang yang udah nyakitin lo.” “Ya gua emang udah lupa dengan orang yang udah nyakitin gua.” Jawab (namakamu) mengalihkan pandangannya dari BD. BD yang mendengar jawaban (namakamu) hanya terkekeh kecil. Tak lama dari itu Sela akhirnya masuk. “Mbak. .” Panggil Sela. “Ngapain kesini?” Tanya (namakamu). “Is dasar, nggak baik berduaan nanti yang ketiganya setan.” Jawab Sela seenaknya. “Ya, dan kamu setanya.” Karna BD hanya terluka kecil dia di perbolehkan pulang oleh dokter. (Namakamu) dan Sela akhirnya pulang dengan taksi. Sepanjang perjalanan Sela hanya diam memperhatikan jalan dengan headset yang disumpal di telinganya. Sedangkan (namakamu) terus mengutak atik Ponselnya. Berulang kali dia mencoba menelpon pacarnya-Karel namun masih tidak ada jawaban. Sesampai nya di rumah (namakamu) segera pergi ke dapur mencari air minum yang dapat ditegaknya. “Hah. .” Desah (namakamu) setelah selesai menegak satu gelas air penuh tanpa jeda. “Mbak kenapa?” Tanya Sela yang datang menghampiri (namakamu) di dapur.“Kak karel marah?” Tanya Sela lagi sebelum (namakamu) menjawab pertanyaannya. “Entahlah, dia nggak mau jawab telepon Mbak.” Jawab (namakamu) sekenanya. “Mbak pernah cerita tentang Kak BD ke Kak Karel?” Lama, beberapa detik tak ada respon atas pertanyaan Sela. Tapi Sela masih menunggu Gadis yang ada di depannya itu menjawab. “Pernah.” Gumamnya pasrah. BD adalah Pria yang pernah (namakamu) cintai. Pria yang meninggalkannya begitu saja. Meninggalkannya dengan keadaan yang terpuruk. “Pastes Kak Karel marah.” Sela menatap (namakamu) sekilas dengan raut wajah khawatir, mungkin juga kasihan lalu beranjak pergi meninggalkannya. (Namakamu) masih belum bergerak ditempatnya, sampai handphone-nya bergetar tanda ada SMS masuk. From : My Love -Nti mlm aku ingn brtemu. Ada ssuatu yg ingn ku ktkan.- (Namakamu) mendesah pasrah saat membaca SMS dari Ian. Kemudian Ponsel-nya bergetar lagi. From : 08xxx -Nnti mlm bsa ktmu lg nggak?- BD Alis (namakamu) hampir menyatu membaca pesan singkat dari BD. “Dari mana BD tau nomor Hp gue? Argghh. .”Gadis ini mengacak – acak rambutnya dan pergi ke kamarnya. Tepat jam 7 malam, (namakamu) sudah berias secukupnya siap bertemu dengan Karel. Tak lama terdengar suara mobil Karel yang sudah terpakir di depan pintu gerbang. Cepat-cepat (namakamu) menuruni anak tangga dan menghampiri Karel. “Malem Kak. .” Sapa (namakamu) sambil tersenyum pada karel. Sayang, senyum tulus itu sama sekali tidak diberi respon yang berarti. “Cepet naik.” Ucap Karel dingin. (Namakamu) pun segera masuk ke dalam mobil Karel. Beberapa detik tak ada yang bicara. Bahkan Karel pun tak menjalankan mobilnya sama sekali. “Kita udahan aja.” Ucap Karel tiba-tiba. “Kak jangan becanda.” Jawab (namakamu) sambil terkekeh kecil. Menyembunyikan perasaannya, sakit hatinya. “Aku nggak bercanda, kita akhirin aja hubungan kita. Kamu kembalilah pada BD yang kamu cintai.” Air mata yang sedari tadi ditampung, tumpah begitu saja saat mendengar pernyataan Karel. BD yang ia cintai? Tidak. (Namakamu) hanya mencintai Karel bukan BD. Ucapnya terus menerus dalam hati. Tapi sayang, kata-kata itu tak bisa dikeluarkannya. “Kita akhiri saja.” Ucap Karel sekali lagi. “Nggak. Nggak akan.” Hanya dua kata itu yang mampu (namakamu) ucapkan disela-sela isakannya sebelum dia berlari keluar mobil dan masuk ke dalam rumahnya. Karel hanya menatap (namakamu) yang perlahan menghilang dari balik pintu rumahnya lalu tancap gas meninggalkan tempat tersebut. Sela yang sedang lewat di depan kamar (namakamu) tibatiba tidak sengaja mendengar kakak sepupunya itu menangis sambil terus mengucapkan “aku cuma cinta sama kakak.” Sela memberanikan diri mengetuk pintu kamar (namakamu), tapi tak kunjung ada sahutan. Untuk kesekian kalinya hingga terdengar bel pintu dari luar. Sela menatap kamar kakaknya sekilas lalu berlari menuju pintu. Mata Sela membulat sempurna saat tahu siapa yang berdiri di balik pintu itu. “Kak BD.” “Ya, mana Mbak (namakamu)?” Sela tak langsung menjawab. Dia menoleh sesaat kearah kamar (namakamu) lalu kembali menatap Pria yang ada di depannya dengan ragu. “Maaf Kak, tapi Mbak (namakamu) udah tidur. Dia kecapean.” Bohong Sela lalu berusaha menutup pintu menyudahi percakapannya dengan BD. “Tunggu, beneran?” BD menahan pintu yang sudah setengah tertutup itu. Sela hanya mengangguk. “Yaudah, bilangin ma Mbak (namakamu) jaga kesehatan tadi BD kesini.” Cepat-cepat Sela menutup pintu. Sela sama sekali tak berniat untuk mengganggu (namakamu) yang belum berhenti menangis di kamarnya. (Namakamu) hanya menatap dalam fotonya berdua dengan Karel lalu meletakkannya. Diambilnya novel di samping tadi lalu dia mulai membaca. ‘Hati yang menyayangi tak akan lelah tuk bertahan, takan menyerah tuk berjuang karena ia yakin adanya kebahagian dengan orang yang ia sayang.’ Kutipan itu, berhasil membuat (namakamu) tersenyum walaupun dia masih belum berhenti menangis. “Aku yakin kebahagian ku itu kamu Kak.” Gumam (namakamu) sebelum dia tertidur. Bersambung.. Hmm.. Ini cerpen karya orang ntah siapa namnya kagak tahu tapi udah banyak yang gue ubah, cuma awalnya aja yang gue ambil, pertengahan sama akhir baru karya asli gue, yang ini itung setangah karya gue .-. Dear Moon, Next-nya malam aja @aryaandaa.
Posted on: Wed, 07 Aug 2013 02:37:12 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015