- Pagi hari itu,16 Februari 2013 tepat hari sabtu terbangun dari - TopicsExpress



          

- Pagi hari itu,16 Februari 2013 tepat hari sabtu terbangun dari tidur dengan mata sayup-sayup. Efek tidur pagi akibat begadang mengakibatkan masih ingin memejamkan mata. Namun apalah yang terjadi, terpaksa rasa ngantuk itu harus tetap gue tahan karena sang tuan rumah sudah membangunkan diri ini yang tengah menumpang tidur. Yaaa, semalem gue menumpang bersama beberapa kawan dirumah seorang teman di kawasan cibubur, tepat pukul 9 pagi sudah disediakan beberapa bungkus nasi uduk untuk sarapan, alangkah baiknya temanku ini. Niat awal adalah setelah sarapan gue dengan beberapa teman ingin langsung pamit, tapi apalah niatan itu tertunda setelah teman gue yang lain malah memutar film di komputer teman sang tuan rumah, alhasil niat pulang kerumah pun menjadi tertunda. Setelah film itupun berakhir dan dengan sudah rapih dan wanginya kami sang tamu dengan bermodalkan perut kenyang, dengan hormat kami pun pamit kepada tuan rumah untuk pulang. Kebetulan gue dan 2 orang teman yang lain pulang dengan satu arah. Dalam perjalanan pulang, ada sedikit kebingungan yang terjadi. Sejak semalam hp terus berbunyi, banyak yang menanyakan apakah gue nonton pertandingan Persija vs Arema di hari itu. Awalnya emang gak ada niat sama sekali untuk nonton pertandingan Persija. Karena di samping gak ada persiapan, di satu sisi ada urusan lain yang mau gue kerjain. Tapi sekali lagi gue berfikir, hari itu lawan Arema dan yang pasti pertandingan pasti berjalan seru dan menarik. Dengan liat jam, ternyata udah jam 1 langsung dipercepat lah kendaraan yang gue bawa meluncur tajam ke Rawamangun, kebetulan ada temen yang mau bareng ke stadion. Dengan baju yang masih nempel di badan dari hari sebelumnya, tanpa atribut yang gue bawa satu pun dari rumah teteplah dengan kondisi yang bisa dibilang “dadakan” itu gue meluncur ke stadion. Memang tidak ada paksaan dan tidak boleh memaksakan kehendak untuk nonton Persija, tapi satu hal yang pasti hari itu ada Persija dan gue siap untuk dukung Persija!!! Dalam keadaan basah kuyup karena sempet kehujanan di jalan dan kebetulan tiket udah di tangan, langsunglah gue dan temen gue masuk ke dalam stadion GBK. Pertandingan hari itu juga sedkit berbeda dengan pertandingan sebelumnya. Pertandingan hari itu sedikit ramai, padahal pertandingan Persija sebelumnya relatif sepi penonton. Jika dilirik dari harga tiket, harganya tetap sama dari pertandingan sebelumnya. Memang musim ini tiket pertandingan sedikit naik dari musim sebelumnya. Jika musim sebelumnya harga tiket 30rb, kali ini tiket pertandingan Persija sampai 40rb. Sedikit memberatkan bahkan bisa dibilang sangat berat bagi supporter yang berasal dari kalangan pelajar bahkan kalangan lain seperti mahasiswa 40rb sangatlah berarti untuk kaum pelajar, karena pelajar umumnya belum mampu mencari uang sendiri. Ada anggapan pertandingan Persija awal musim ini relatif sepi dikarenakan harga tiket yang melonjak tinggi dan tidak sebanding dengan hasil yang diharapkan. Mungkin karena lawannya adalah Arema yang notabennya tim besar dan suporternya yaitu Aremania adalah kawan akrab The Jakmania pertandingan kali itu sedikit ramai. Persija yang sedang dilanda krisis keuangan memang mengharapkan dana pemasukan untuk mengisi keuangan tim. Krisis keuangan Persija musim ini berdampak kepada dijualnya beberapa pemain seperti Hasyim Kipuw, Ramdani Lestaluhu dll, namun hal itu belum cukup untuk menutup keuangan tim serta melunasi gaji para pemain yang tertunggak selama beberapa bulan. Bahkan hal yang paling mengejutkan adalah pihak manajemen Persija tidak mengontrak beberapa pemain senior seperti Leo Saputra dan Bambang Pamungkas. Pemain dengan sapaan akrab “BEPE” ini notabene adalah kapten, leader sekaligus legenda hidup Persija adalah pemain yang paling disukai dan dihormati oleh para supporter The Jakmania. Namun apalah yang terjadi para supporter dengan rasa kesal, kecewa dan berat hati harus menahan rasa rindu kepada para pemain senior tersebut bermain di lapangan dengan lambang monas di dada dengan satu bintang diatasnya. Tidaklah cukup sampai disitu manajemen Persija menganggap melepas dan tidak mengontrak para pemain bintang di musim sebelumnya adalah sebuah solusi, damn manajemen Persija juga secara sepihak menaikan harga tiket di musim ini. Jika dilihat di pembahasan sebelumnya, harga tiket pertandingan musim ini naik dari musim lalu. Memang salah satu sumber pemasukan uang tim Persija berasal dari uang tiket pertandingan. Padahal jika memakai logika sederhana, sebuah pertandingan dengan tiket yang murah akan sedikit menarik lebih banyak penonton ketimbang dengan harga tiket yang lebih mahal akan sedikit membuat para supporter berfikir 2-3x untuk datang ke stadion. Yang perlu diperhatikan disini The Jakmania bukanlah berasal dari satu kelas golongan ekonomi saja, kelas golongan ekonomi kaum borjuis yang berkantong tebal, melainkan dari berbagai golongan ekonomi dan profesinya yang berbeda-beda. Sekali lagi inilah yang harus dipikirkan oleh manajemen Persija untuk memuaskan kondisi emosional supporter yang notabennya selalu setia mendukung Persija. Bukan untuk memanfaatkan supporter sebagai jalan terakhir mencari dana pemasukan untuk tim. Karena hakikatnya adalah manajemen berusaha keras mencari dana lebih dari luar atau pihak sponsor dan meminimalisir mencari dana lebih dari dalam khususnya supporter untuk menghidupi tim. Dampak emosional yang terjadi dari bobroknya manajemen Persija adalah tidak diberikannya ruang-ruang tertentu kepada supporter untuk masuk ke dalam bagian dari manajemen Persija sebagai kepengurusan tim Persija. Memang di ruang ini Suporter kurang mampu berbuat banyak dalam memberi pemasukan tambahan secara ekonomi, namun supporter di ruang ini setidaknya bisa memberi kontribusi berupa solusi dan cara-cara yang secara strategis apa yang akan diperbuat tim kedepannya. Bagaimanapun juga supporter selain mendukung tim di lapangan, para supporter ini harus diberikan kesempatan untuk mendukung tim di dalam ruangan, duduk bersama manajemen mencari solusi yang terbaik untuk tim Persija. Tapi apa yang terjadi saat ini sangat bertolak belakang. Jika dilihat di lapangan, justru di sudut-sudut tertentu di stadion sebagian The Jakmania menyanyikan lagu dengan kata-kata “masa bodoh dengan manajemen,masa bodoh materi pemain”. Sungguh ironis karena sesungguhnya yang mereka nyanyikan bukanlah sebuah pilihan yang tepat karena sebaiknya jangan memilih untuk menyanyikan lagu tersebut dengan keadaan tim Persija sedang rapuh. Apa yang dimaksud dari lirik lagu tersebut adalah sebuah ketidakpedulian terhadap kondisi tim Persija yang prestasinya semakin menurun belakangan ini. Lantas apa tujuan mereka berdiri dan bernyanyi selama 90menit kalau tidak untuk kebesaran Persija dengan tujuan bersama adalah Persija juara??? Jika di analogikan Persija itu adalah sebuah rumah,di dalam rumah itu terdapat ayah,ibu dan anak. Pihak Manajemen adalah seorang ayah, para pemain adalah seorang ibu dan supporter itu sendiri adalah seorang anak, bagaimana cara membuat harmonis keluarga itu jika pihak manajemen sebagai seorang ayah mencampakan para pemain sebagai se
Posted on: Fri, 05 Jul 2013 07:27:36 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015