3 Alasan Kenapa Liverpool Tak Bisa Juara EPL Musim Ini Senin, 04 - TopicsExpress



          

3 Alasan Kenapa Liverpool Tak Bisa Juara EPL Musim Ini Senin, 04 November 2013 pukul 11:30 WIB Nun jauh di Amerika Serikat, seorang analis sepak bola memprediksi Liverpool tak memiliki kans menjadi juara Premier League musim ini. Luis Suarez, tampil lebih buruk di babak kedua. (Foto: BBC Sport) Bobby McMahon, eks analis sepak bola di jaringan televisi Fox Sport selama 12 tahun terakhir, menulis sebuah artikel di situs Forbes. Dalam analisanya, Liverpool tak memiliki modal cukup untuk menjadi kandidat juara musim ini. Ia lebih memilih Arsenal yang baru saja mengalahkan The Reds sebagai calon kuat juara EPL. Apa alasannya? Setidaknya McMahon menyoroti dua kelemahan yang selama ini memang jadi problem serius Liverpool sejak awal musim. Sturridge Mandul di Babak Kedua Liverpool telah mencetak 17 gol di Premier League musim ini. Dari jumlah itu, hanya empat gol yang tercipta di babak kedua. Yaitu masing-masing satu gol ke gawang Sunderland dan Newcastle United, dan terakhir dua gol sewaktu melawan West Bromwich Albion di pekan kesembilan. Empat gol babak kedua tersebut dibagi rata antara Luis Suarez dan Daniel Sturridge. Namun faktor Suarez lebih dominan, di mana tiga gol lahir berkat usaha striker Uruguay ini. Si Bengal mencetak masing-masing satu gol ke gawang Sunderland dan West Brom di babak kedua, dan ia memberi asis untuk gol Sturridge ke gawang Newscastle United. Sejak awal musim, Sturridge tampak kepayahan menjebol gawang lawan di babak kedua. Ia juga tidak mampu tampil santai jika kondisi di lapangan tak menguntungkan. Lihat saja gestur tubuh dan mimik wajahnya kala melawan Arsenal. Jika penyakit ini tak segera ditemukan obatnya, Liverpool praktis hanya bisa mengandalkan Suarez seorang. Skema 3-5-2 Hanya Untuk Tim Kecil Brendan Rodgers menolak mengakui bahwa skema 3-5-2 yang dipakainya saat memulai laga di Emirates sebagai biang kekalahan. Namun faktanya sang manajer mengganti strategi dengan memasukkan Philippe Coutinho di babak kedua dan semenjak itu memakai pola 4-4-2. Pola tiga bek andalan Rodgers memang tokcer kala menggebuk tim-tim lemah macam Sunderland, Crystal Palace dan terakhir West Brom. Namun menghadapi tim yang lebih rapi organisasi permainannya, plus memiliki gelandang-gelandang top nan kreatif, pola ini menjadi bumerang. Liverpool bahkan kerepotan kala menghadapi Newcastle yang bermain dengan 10 pemain! Di laga melawan Arsenal, pola ini begitu mudah diobrak-abrik gelandang dan sayap lawan. Hal ini diperparah dengan buruknya performa sejumlah starter. Aly Cissokho dan Jon Flanagan adalah dua sosok yang tampil melempem dalam laga tersebut. Bukan hanya gagal menggalang penyerangan, keduanya justru jadi titik lemah yang selalu jadi titik awal serangan The Gunners. Namun kembali ke skema awal 4-4-2 juga bukan perkara mudah bagi Rodgers, setidaknya dalam waktu dekat. Jose Enrique masih cedera, Glen Johnson sakit dan harus dirawat di rumah sakit. Fullback murni yang dimiliki BR sekarang hanyalah Cissokho. Satu Lagi, Terlalu Mudah Kebobolan di Babak Kedua Dua catatan McMahon itu masih ada tambahan lagi dari kami, yakni Liverpool begitu mudah dibobol di babak kedua. Dari 10 gol yang bersarang ke gawang Liverpool, tujuh di antaranya terjadi di babak kedua. Jika dibuat rincian yang hanya mencatat jalannya pertandingan di babak kedua, Liverpool hanya menang sekali, seri lima kali dan kalah empat kali dengan rekor gol 4-7 (-3). Di mana titik lemahnya? Konsentrasi Simon Mignolet yang melemah di babak kedua, atau para bek yang tampil loyo setelah jeda? Yang jelas, dari depan ke belakang Liverpool tampil lebih buruk di babak kedua. Dan ini selalu terjadi dalam 10 laga. Masih 28 pertandingan tersisa, masih banyak waktu bagi Liverpool untuk berbenah. Jika Rodgers berhasil menemukan formula untuk mengatasi tiga problem tersebut, asa meraih posisi empat besar masih bisa diapungkan. Juara? Itu bonus. Penulis: Eko Nurhuda
Posted on: Tue, 05 Nov 2013 01:32:27 +0000

Recently Viewed Topics




© 2015