3 MIMPI, 2 BONEKA, 1 HATI DALAM SEBUAH JEMBATAN KEBAHAGIAAN Karya - TopicsExpress



          

3 MIMPI, 2 BONEKA, 1 HATI DALAM SEBUAH JEMBATAN KEBAHAGIAAN Karya Anggun Langi Sripati Dewi Langkah kakiku tergesa-gesa menuju pelataran sekolah tempat dimana aku akan menanti sosok seorang yang aku idam-idamkan. Dia seseorang yang sangat cantik jelita, pintar, baik, tetapi agak sedikit cerewet. Namun itulah yang semakin membuat aku menyukainya. Yah Marisa itulah namanya, nama yang indah melambangkan kharakter pemiliknya. Orang yang ku cari sekarang tepat berada di depanku. Posisinya membelakangi arah, sehingga dia sama sekali tidak mengetahui kedatanganku saat ini “uuuiii..” sapaku menepuk bahunya. “eh sialan babe lu” ucapnya yang agak sedikit latah karena kaget akan ulahku. “ohh lu fan, dasar kurang ajar banget deh lu, bikin kaget gue aja nih” sambungnya menatapku manyun. “hahaa.. sorry deh sa, gue ngagetin, tapppi lo cantik banget kalo manyun gitu” sahutku mencubit pipinya. “a. sakit fan. Dua hal yang lo bikin hari ini aniaya gue banget. Udah dikagetin, dicubit pula” “week.. biarin, kan derita nya hanya lo aja yang ngerasain sa” ucapku sambil menggenggam tangannya untuk duduk, karena posisi berdiri itu membuatku capek. “jahaat banget lo fan, gak temen nih kita nanti” cemberut Marisa menundukkan kepalanya. “kok cemberut gitu sa, maaf deh ya cantik” “iya” putusnya pendek. 3 Mimpi, 2 Boneka, 1 Hati Dalam Sebuah Jembatan Kebahagiaan Aku hanya bisa terdiam sejenak ketika Marisa benar-benar cemberut karena ulahku yang keterlaluan. Akhirnya aku segera mencairkan suasana dengan membahas hal yang aku kira menjadi kesukaan Marisa. “heey sa, kemaren gue kan pergi ke mall, trus gue ngelihat ada boneka panda yang imut pake pita warna ungu kesukaan lo, lo mau nggak ?” alihku semangat. “hmm. Beneran fan ? lo gak ngerjain gue lagi kan ?” jawabnya bingung. “ini sumpah loh Marisa imut. Percaya deh sama gue” “gue mau, tapi dua buah bonekanya ya fan. Gimana ? lo bisa ?” jawabnya dengan tampang menantang. Aku sedikit kaget dengan perkataan Marisa barusan, karena seperti yang aku ketahui, kemaren boneka panda itu hanya ada satu di toko itu. Sontak, karena saking bingungnya tanganku langsung melayang dikepala untuk garuk-garuk. ( heepp.. bukan karena berkutu, tapi karena kepalaku benar-benar pusing akan permintaan Marisa kali ini. “gimana fan ? lo mau kan beliin boneka itu 2 buat gue ?” rengeknya manja. “oke. Gue akan beliin itu buat lo !” “janji ?” sahutnya menunjukkan jari kelengkeng untuk mengajakku berjanji. “yah Marisa !” sahutku menempelkan jari kelengkengku ke jari kelengkeng nya. “thanks fan, lo memang teman yang terbaik deh buat gue”, cerocosnya merangkulku. “Andaikan lo jadi pacar gue, pasti apa yang lo pinta semuanya bakalan gue kabulin.” Ucapku mengomel dalam hati. Bagaimana tidak, sudah sejak kelas 1 SMP hingga kelas 2 SMA ini aku selalu satu kelas dan satu sekolah dengannya. Bukan satu kali aku menyatakan perasaan ini kepadanya, tapi sudah berkali-kali. Walaupun itu hanya dengan ucapan “sa, gue suka sama lo”. Tapi entah karena dia pura-pura bego atau kenapa, dia tetap saja hanya membalas dengan senyum dan malahan bilang “ itu mah gue tau fan, tiap hari lo slalu suka sama gue, gue tau itu kok” jawabnya polos tetapi selalu menyakitkan untukku. “fan lo kok diam aja sih ?” “iya” jawabku kaget. “iya apanya fan ?” sahut Marisa menaikkan alisnya. “iyaaa. Iya dari omongan lo tadi” sahutku ngasal. Karena efek dari pikiran tadi membuatku lupa tentang perkataan Marisa sebelumnya. “ohh yadeh, jadi kapan nih lo beliin gue boneka itu?” “emang lo maunya kapan sa ?” “esok lusa fan, soalnya gue ngarep banget nih bisa meluk boneka panda itu” “kalau gue gak bisa esok lusa gimana sa?” “usahain dong fan, ngapain tadi lo bilang ke gue!” “sipsip Marisa, oya ke kantin dulu yuk ! gue laper nih sa” “iya nih gue laper juga, gara-gara nunggu lo gue belum sempat nih makan” “hehe sorry” Akhirnya aku dan Marisa segera ke kantin untuk mengisi perut kami yang memang sedari tadi belum diisi. Sesampainya dirumah, aku langsung menuju ke kamar. Aku masih bingung dengan permintaan Marisa siang tadi. Entah kenapa, ide kecilku langsung terlintas untuk menghubungi salah satu karyawan toko boneka panda itu, kebetulan dia merupakan tetanggaku. Kucoba untuk mengingat-ingat namanya. Untunglah, nomor handphonenya ada di gadget ku. Dia Rosi. “hy Rosi ini gue Irfan tetangga lo anaknya Pak Anthony” ucapku melalui sms. 5 menit kemudian gadgetku berbunyi, ternyata itu balasan dari Rosi. “eh sorry fan. Gue baru sempet bales sms lo. Tujuan lo sms gue apa ?” “nih gue mau nanya sama lo tentang boneka panda yang ada ditoko lo Rosi, itu adanya berapa buah sih ?” “boneka panda mana ni?” “boneka panda yang berpita ungu itu loh Rosi, yang ada didekat boneka Rabbit, yang ukurannya setinggi anak umur 5 tahun itu” “ohh yang itu, tunggu dulu ya gue liat dulu” “okeee..” Lumayan lama aku menunggu sms dari Rosi. Mungkin saja dia kesulitan untuk mencari boneka itu. Di tengah lamunanku menunggu, tiba-tiba saja sms dari Rosi masuk. “hmm.. fan stok boneka itu Cuma ada 1 fan” Plaaak.. tiba-tiba saja aku merasa seperti ada tamparan yang mendarat didadaku. “ ohh my god, gimana ni” bisikku dalam hati. “beneran ? coba lo cek lagi deh, untung-untung aja masih ada satu lagi” “itu udah gue cek fan, dari semua gudang semuanya gak ada, Cuma satu aja itupun juga yang dipajangan. Makanya gue agak telat bales sms dari lo” Sontak, suasana pun berubah menjadi hening. Kepalaku terasa berputar. Mungkin itu memang benar, tidak mungkin Rosi seorang karyawan disana berbohong tentang kapasitas boneka itu. Mana mungkin dia menolak pembeli. Akhirnya kualihkan lagi mata dan tanganku ke gadget mencoba untuk membalas pesan dari Rosi yang daritadi belum kubalas. “oke Rosi. Kalau gitu thanks yaa, oya besok gue mau mampir ke toko lo buat beli boneka itu” ‘sip fan” “oya nanti kalau bonekanya ada penambahan jangan lupa hubungin gue yaaa” “oke.. pasti bakalan gue hubungin” Percakapan aku dan Rosi pun berhenti sampai disana. Karena aku merasa sudah tak ada lagi yang mau dibicarakan dengan Rosi. Malahan sekarang yang aku pusingkan “Bagaimana cara mendapatkan dan mencari satu boneka lagi ?”. satu pernyataan itu semakin membutakanku, aku semakin terlelap dalam tidur karena saking kecapekannya. Hingga aku bermimpi tentang dunia hayalku. Di mimpi itu aku menjadi seorang prajurit perang disebuah kerajaan, kerajaan itu dipimpin oleh seorang permaisuri yang cantik jelita dan menawan. Tiba-tiba saja ketika aku sedang asyik bercengkrama dengan sesama prajurit. Seseorang memanggilku. “prajurit perang yang sedang membelakangiku” panggil seseorang dengan lembut memanggil seseorang diantara kami. Aku agak sedikit heran dengan perkataan orang itu. Dengan kaget dan nada tegas aku menjawab “ iyaa ”. namun alangkah kagetnya aku ketiga kutatap orang yang memanggil itu adalah seorang pemimpin kerajaan yaitu sang permaisuri. “maaf nyonya, hamba tidak sengaja memanggil nyonya seperti itu. Maaf sebelumnya lantang, hamba ingin bertanya, apa tujuan nyonya memanggil hamba tadi ?” ucapku menunduk menghadap sang permaisuri. “oh tidak apa-apa prajurit. Saya hanya ingin menyapa engkau saja” jawabnya polos “sekali lagi hamba minta maaf permaisuri, kalau boleh sekali lagi hamba bertanya darimana permaisuri tau nama saya ?” tanyaku bersimpuh menghadap sang permaisuri. “oh. Kalau masalah itu tidak perlu ditanyakan. Itu bukan apa-apa.” Sahutnya berlalu pergi meninggalkan. Seketika aku teringat sosok bayangan tadi, dalam benakku mencoba untuk berpikir dalam-dalam untuk kembali mengingat. Wah ternyata permaisuri tadi adalah Marisa. Akhirnya aku memanggilnya, ternyata itu berhasil. Oh tuhaan, itu memang Marisa. Namun kenapa dia malah berlalu pergi lagi, kenapa dia tidak kembali untuk menghampiriku. Sekejap Marisa menghilang begitupun dengan teman-teman sesama prajuritku. Aku pun menangis kecil tanpa air mata. Aku terbangun dari mimpi singkat itu, yah itu mimpi hanya mimpi. Tetapi aku semakin takut apabila mimpi itu nyata. Ku usap mata perlahan, kutatap jam weker disampingku. Oh my god, sekarang sudah pagi. Tak ku sangka, aku sudah tidur semalaman memakai baju sekolah. Hal apa yang aku lakukan hingga aku terbangun sepagi ini. Padahal aku menyangka, aku hanya tidur sekejap dan mimpi singkat itu. Tapi bagaimana bisa? Yasudah kucoba bangkit dari ranjang dan melangkah menuju toilet untuk mencuci muka dan membersihkan diri bersiap-siap mencari boneka panda berpita ungu untuk Marisa. Hatiku semakin gelisah ketika telah 5 hari kuhabiskan waktu untuk mencari boneka panda berpita ungu satu lagi, namun apalah daya tak kunjung kutemui boneka itu. Ku relakan waktuku sepulang sekolah untuk mengunjungi mall-mall dan toko-toko di Surabaya ini demi Marisa ya demi Marisa. Aku tlah lelah dengan janji ini. “huh.. bagaimana ini hari gue sudah berjalan 6 hari, sedangkan boneka yang gue cari belum juga ketemu-ketemu, sialan” gumamku dalam hati. Ku coba menenangkan diri sejenak di café Andesco. Tiba-tiba pelayan datang menghampiriku “hai tuan, selamat dating di café kami. Tuan sudah 30 menit disini, tetapi tidak memesan apa-apa. Kalau begitu tuan mau mesan apa?” sahut pelayan itu lembut. “oh maaf, kalau begitu aku mau pesan ca..” ucapanku terpotong seejenak ketika ku tatap wajah pelayan itu adalah Marisa. Pantesan dari tadi aku merasa suara yang kudengar itu suara orang yang kukenal. “eh lo Marisa, ngapain lo disini?” sahutku ke pelayan wanita yang merupakan sahabatku sendiri. “hmm. Fan, gue kerja disini fan” sambungnya dengan nada pelan. “kerja disini ? maksud lo?” Tanya ku bingung. Marisa meraih tanganku dan berjalan menuju bagian luar café. Dia menjelaskan semuanya tentang alas an mengapa dia bekerja disini. Ternyata keluarga Marisa sedang gulung tikar sejak tiga bulan yang lalu, dan kondisi yang parah terjadi baru seminggu yang lalu hingga membuatnya terpaksa memilih bekerja sehabis pulang sekolah. Penyesalan pun datang dengan sendirinya ketika aku menyadari bahwa “mengapa aku tidak mengetahui ini, sedangkan aku adalah sahabatnya sendiri? Disaat genting seperti ini aku sama sekali tidak bisa membantunya, sungguh aku memang sahabat yang tak berguna” lirih ku dengan nada kecil menghadap Marisa. Marisa hanya bisa terdiam menyaksikan tangisku itu. “eh fan. Gue ke dalem dulu ya. Kerjaan gue banyak. Oya besok gue tunggu 2 boneka panda dari lo disekolah, okeee !” ucapnya memecahkan suasana dan berlalu pergi tanpa mendengar balasan dariku yang hanya diam. Aku hanya bisa melihat sosok orang yang kusayang itu pergi menjauh meninggalkanku. Kata-katanya tadi membuatku semakin tak berdaya untuk melangkahkan kaki ini pergi. Namun kembali kucerna maksudnya tadi di bagian akhir kalimatnya “Oya besok gue tunggu 2 boneka panda dari lo disekolah, okeee” ucapannya itu masih terngiang-ngiang dibenakku. Tiba-tiba saja sebuah kalimat spirit terlintas dibenakku “ gimana kalau gue coba ngubungin Rosi, untung-untung aja boneka itu udah ada”. Aku segera “hai Ros, gimana boneka itu ? udah ada ?” sahutku menelponnya. “oh iya, boneka itu kemaren gue Tanya sama orang yang punya toko katanya udah gak ada lagi perusahaan itu nyetor boneka. Gimana lagi tu ?” jawabnya dijung telepon. “hmm.. perusahaan ? minta alamat perusahaan itu ros, biar gue sendiri yang ngecek kesana.” “okeeh.. nanti gue sms aja” “sip..thank you” sambungku mengakhiri telepon. Tak berapa lama rosi pun sms aku “ Jl. Cendrawasih No. 123 blok 6 Surabaya”. Melihat sms itu aku langsung menuju tempat yang disms Rosi tadi, walaupun jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Namun tak sedikit pun menyurutkan niatku untuk bisa menepati janji kepada Marisa. Tatapan ku beralih ke toko-toko yang berjejer di samping kiri dan kanan posisiku sekarang. Hingga ku lihat number 121, 122, yah 123. “yee akhirnya ketemu pula” sahutku kegirangan dan segera memarkir mobil. Cukup besar gedung ini jika dibilang toko boneka, karena selain luas juga terdiri dari 5 lantai. Wow sungguh mengesankan tiada tara. Walaupun aku cowok tetapi aku cukup tertarik melihat susunan boneka-boneka nan lucu berbaris lembut memberi warna. Mata ku sangat tajam melihat ke seluruh penjuru ruangan lantai satu. Berharap akan menemukan apa yang akan aku cari. Yah, apalagi kalau tidak boneka panda berpita ungu itu. Kutatap jam dinding yang ada dibagian kanan tempat ku berdiri. Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. “oh my god, jangan sampai hari esok aku tidak mendapatkan boneka yang satunya” gumamku yang sudah mulai takut. Akhirnya aku memutuskan untuk menuju gudangnya yang berada tepat dilantai 5. Untuk menuju disana aku terlebih dahulu diantar oleh Rosi, yang kebetulan dia juga kesana untuk mengambil pesanan untuk hari esok. Diperjalanan menuju lantai 5, aku dan Rosi berbincang-bincang lama. Hingga akhirnya Rosi menanyakan sesuatu kepadaku. “oh ya, emangnya boneka itu buat siapa sih ? buat pacar lo ya?” goda Rosi membuatku agak sedikit jengkel. “bukan kok, cuman buat temen aja” “temen kok sampe segitunya sih ? rela-relaan nyarinya, sampai malam gini juga. Fan.fan, aneh baget sih lo” Sejenak aku terdiam menghayati kalimat dari Rosi tadi. Sedikit katanya tercena diotakku. “temen kok sampe segitunya sih ? rela-relaan nyarinya, sampai malam gini juga” Kalimat itu menyadarkanku tentang pernyataan kenyataan hubungan aku dengan Marisa. Memang tidak salah sih omongan Rosi tadi, yang salah itu aku, terlalu berharap akan kebenaran bahwa aku ini pengisi hati Marisa. Akhirnya aku memutuskan untuk membahas hal lain dibandingkan masalah hubungan aku dengan Marisa, aku tak mau kesedihanku berlarut-larut begitu saja, sedangkan hari esok tlah menyongsong tentang janjiku, yah janji terhadap Marisa. Sesampainya di gudang aku langsung mengobrak abrik isinya, hingga akan kutemukan boneka panda berpita ungu itu. Tiba-tiba pandanganku tertuju pada boneka yang terletak di ujung sebelah kiriku, boneka itu indah berpita ungu persis sekali seperti boneka di toko Rosi. Sontak aku langsung berteriak histeris hingga mengagetkan Rosi. “huaaaaa.. ittttuuuu bonekanyaaaaaaa” “heeeei ngapain sih lo ?” teriak Rosi yang kaget akan sikapku. “Rosi gue udah nemuin boneka itu” sahutku senang dan langsung menghampiri Rosi untuk menunjukkan arah boneka itu. Aku dan Rosi jalan menuju boneka panda berpita ungu yang slama ini ku cari-cari. Boneka yang memang begitu sangat membutuhkan perjuangan, perjuangan hati dan tenaga. Hingga tak dipungkiri yang dicari-cari itu tlah didepan mata dan berada dalam dekapanku. “Ros, ini kan bonekanya ? gue gak salah kan ?” ucapku sambil mengelus-ngelus boneka itu. “hmmm.. iyadeh ini boneka yang lu cari fan, ciee udah ketemu tu” “hahaa.. iya nih syukur.” “mending sekarang kita langsung kebawah aja deh bawa bonekanya, keburu tutup nantik” saran Rosi langsung melirik jam tangan yang memang sedah menunjukkan pukul 11 malam dan mengambil pesanan untuk tokonya Dengan perasaan senang dan bahagia aku menggendong boneka itu di pundakku, tiba-tiba terlintas dibenakku untuk segera mengabari Marisa. Namun ide itu kutunda ketika aku hendak menyusuri anak tangga sebanyak 5 lantai. Sungguh menegangkan rasanya, jika keinginan itu tidak kesampaian. Mungkin aku akan dianggap pecundang untuk selama-lamanya oleh Marisa. Karena aku yang berjanji aku juga yang mengingkari seperti lagu dangdut, haha. Tapi tak apalah, yang penting semuanya sudah clear, tinggal mengabari Marisa saja dan memberi surprise untuknya. Setibanya dirumah aku langsung menyusuri kamar untuk melepas penat . Terlebih dahulu, boneka panda yang baru saja dibeli kuletakkan berdampingan dengan boneka panda yang dibeli lebih dulu. Sambil tersenyum-senyum, tiba-tiba daya imajinasiku langsung muncul membayangkan dan berputar-putar pada porosnya “andaikan gue dan lu Marisa berdampingan seperti itu di pelaminan, pasti gue akan menjadi pangeran terbahagia di Surabaya, Indonesia, Asia, dan Dunia”. Oh my god, kali ini hawa imajinasiku sudah terlanjur membelenggu terlampau jauh hingga menarik aku ke dunia mimpi. Mimpi itu kembali muncul dan memboyong ke bagian mimpi sebelumnya. Ketika aku di tinggal oleh seorang permaisuri cantik. Ditengah lamunanku disebuah danau pinggir istana, aku dihampiri oleh permaisuri cantik. Dia langsung duduk disamping kananku dengan memberikan senyum manisnya. Aku langsung kaget, kutatap wajahnya dalam-dalam ternyata 100 % sang permaisuri itu mirip Marisa. Oh tuhan, pertanda apa ini ? orang yang kucintai dan kusayangi kini menghampiriku dan duduk bersebelahan. Jantungku semakin berdegup kencang, seolah tak percaya semua ini. “fan, makasih ya untuk usaha lo” bisik permaisuri berwajah Marisa itu ke telingaku dan beranjak pergi meninggalkanku. Banyak Tanya langsung menghampiri otakku. Aku diam, diam dan hanya bisa diam. Tak tau apa yang mau dijawab. Aku saja pusing ucapan makasihnya itu buat apa ? sedangkan aku tidak ada melakukan sesuatu untuk permaisuri itu. Permaisuri datang tanpa diundang dan kini pergi begitu saja meninggalkanku. Tapi entah mengapa ? aku merasa sedikit tak rela ditinggal permaisuri itu, rasanya aku sudah begitu kenal dekat dengan nya. Plaaak. Tiba-tiba aku terjatuh dari kasur dan terbangun dari tidurku. Mimpi yang sekejap dalam dua waktu dan diakhiri dengan perpisahan ketika dia meninggalkanku. Sungguh aneh rasanya kenapa mimpi itu datang dan pergi begitu saja diakhiri dengan perpisahan. Tapi aku tak peduli, yang penting sekarang aku bangkit dari tidur untuk merapikan diri setampan mungkin. Karena hari ini adalah hari Minggu, hari dimana aku janjian dengan Marisa perempuan yang telah membuat waktu-waktuku penuh dengan kesibukan mencari boneka panda berpita ungu. Sungguh hal yang membosankan, namun karena cinta aku masih bisa bertahan sampai sekarang untuk mencintai Marisa hingga harus berkorban nyata seperti ini. Mengelilingi Surabaya demi sebuah boneka, walaupun sepercik harapan masih diawang-awang. Restoran The Memory menjadi tempat kita janjian, buat apalagi kalau tidak memberikan boneka-boneka ini ke Marisa dan tepat dihari ini juga aku akan menyatakan cinta ku kepadanya. Jas hitam, bunga mawar merah dan tak lupa boneka-boneka panda menjadi properti untuk sekarang. Restoran The Memory memang restoran yang indah dan menyenangkan. Itulah alasan mengapa kami memilih untuk dijadikan tempat janjian. “haii..” sapa lembut suara wanita mengagetkanku yang sedang asyik memperbaiki dasi di jas hitam nan mewah. Maklum saja, baru sekali ini aku berpakaian formal. Rasa risih menghampiriku untuk sesekali. “haii Marrrisa..” jawab ku kaget menatap Marisa bak peri cantik dari kayangan. “eh kok kaget gitu sih, santai aja..” “kamu cantik banget deh. Bikin aku keplek-keplek kayak kerupuk baru digoreng dengan minyak panas seloyang” gombalku yang memang asli kaget dengan penampilan Marisa bergaun putih bersih dengan hiasan bando dirambutnya yang hitam ikal, ditambah lagi dengan make up nya yang original membuatku semakin merasa wajib untuk menyatakan cinta ini. “Gombal” jawabnya singkat tersipu dan nyata kini dipipinya tersembur warna merah, entah karena apa efek itu datang dengan sendirinya. “by the way, kenapa kamu pakai gaun yang warnanya putih ?” tanyaku heran karena sebelumnya Marisa tidak pernah memakai baju yang kontras berwarna putih. Apalagi dia dulu pernah bilang bahwa warna putih itu tidak terlalu bagus dan norak. “iya nih, gue suka banget warna putih” “epss.. tunggu dulu bukannya lo dulu pernah bilang gak suka warna putih paling benci warna putih ?” “itu dulu, sekarang udah enggak irfan. Mungkin ini awal dan terakhir gue pakai baju putih deh fan, dan ini khusus gue persembahin buat elo doang” “gariiing deeh, oya gue ada sesuatu nih buat elo, mau gaaaaak ?” “mauumauuu.. oya boneka gue mana ? lo boong lagi ya gak nepatin janji ??” “hehe ini boneka lo marisa. Udah gue sediain” seraya memverikan boneka itu kepadanya. Kutatap wajahnya kini telah muncul semburat kemerah-merahan pertanda ia senang. “aku bahagia fan lo udah bisa nepatin janji lo ke gue, gue tau ini butuh pngorbanan, gue tau itu. Sekarang gue bisa mastiin bahwa elo memang bisa jadi yang terbaik buat gue. Makasih fan” bujuknya hangat kepadaku. “iya sama-sama marisa, gue ngelakuin ini karena gue beneran saying sama elo, karena gue beneran suka suka suka dan suka, sekarang gue mau nanya?” “Ayo Tanya apa fan ?” “lo mau gak nemenin hari-hari gue untuk sekarang dan seterusnya?” “hmm.” “kenapa lo diam Marisa?” “iya gue mau karena gue memang cinta lo fan. Miss u, lo janji ya bakalan temenin gue selamanya, gue pengen itu fan” “iyaa.. makasih Marisa saying. Miss u too” aku bahagia mendengar itu semua. Aku merangkul Marisa dengan perasaan lega, ternyata cinta ini tidak bertepuk sebelah tangan layaknya di film-film. Cinta ini nyata. Dan mulai sekarang aku ingin Marisa selalu ada disampingku untuk selamanya. “Marisa, gue ada sesuatu lagi nih buat lo?” “hmm. Apa lagi irfan sayang,?” “mending sekarang Marisa tutup mata pakai kain ini ya” “gak maau. Aku mau Irfan yang nutupin..” “yasudah. Gak apa-apa cantik” Sembari aku menutupkan matanya dengan secercah kain lembut itu, aku mulai beraktrasi Dengan semua rencana-rencanaku, semua itu memang sudah kuatur bersama manager serta karyawan di restoran ini. Alunan ritme awal lagu My Heart melantun dengan indah, kemudian dengan nada rendah aku menyanyikan lagunya. Di sini kau dan aku Terbiasa bersama Menjalani kasih sayang Bahagia ku denganmu *courtesy of LirikLaguIndonesia.Net Pernahkah kau menguntai Hari-hari paling indah Terukir nama kita berdua Di sini surga kita Sumpah aku sedikit canggung, karena aku sadar aku tidak mempunyai suara yang bagus. Apalagi ini pertama kali aku bernyanyi dipanggung semegah ini, biasanya hanya di toilet saja. Tak lupa juga hiasan bohlam nan cantik menari indah menghiasi ruangan. Ku lihat senyum mekar dari bibir mungil Marisa, perlahan dia pun mulai membuka tutup mata dan berjalan menyusuri aku untuk bernyanyi bersama. Yah tatapan itu, tatapan penuh kehangatan. Reff: bila kita mencintai yg lain mungkinkah hati ini akan tegar sebisa mungkin tak akan pernah sayangku akan hilang if you love somebody could we be this strong i willl fight to win, our love will conquer all wouldn’t risk my love even just one night our love will stay in my heart Pernahkah kau menguntai Hari paling indah Ku ukir nama kita berdua Di sini surga kita Aku dan Marisa bernyanyi indah mengikuti music. Aku berharap dapat bernyanyi hingga syair ini berakhir bersama Marisa. bilakah kita mencintai yg lain mungkinkah hati ini akan tegar sebisa mungkin tak akan pernah Tiba-tiba saja nyanyian merdu sepasang burung merpati berhenti seketika. Getaran yang berangsur-angsur membesar memberikan efek yang buruk sehingga membuat kami tercengang diikuti matinya semua aksesoris pengiring termasuk bohlam-bohlam warna warni. Aku kaget, kulihat Marisa wajahnya pucat pasi. Kurasakan kuatnya getaran itu juga menghujam tubuh Marisa. “Irfaaaan.. gue takut “bisikan itu terdengar jelas ditelingaku ketika Marisa mulai meraba-raba. Kutatap sekeliling semuanya sunyi, diam dan tak bersuara. Kemana orang saat ini ? dimana ? kenapa getaran ini semakin lama semakin kencang ? bathinku semakin bertanya-tanya ? hingga akhirnya sebuah reruntuhan hampir mengenai kepala Marisa, akupun berteriak geraaaam“ awwwaa..” belum sampai kata itu terucap. Sebuah malapetaka telah menyerang Marisa. Tubuhnya kini berdarah, dia hanya diam, bibirnya mengatup. Kucoba menggenggam tangannya, namun apalah daya, genggaman itu tak sampai. Yang ada malah sebuah rerutuhan menyerang pundakku, hingga akhirnya aku tersungkur menghadap Marisa dan dalam keadaan itu, mulut ini tiba-tiba bersenandung “sayangku akan hilang”. Lanjutan nyenyian tadi kini telah sempurna sampai diakhir. Namun sayang saat ini, tak ada yang menemaniku melanjutkan syair itu. Hanya darah bekas timpukan ini yang menyatu, seolah merasa tak mau terpisah, kini darahku mengalir bersama darahnya. Biarkanlah itu hanya sebatas darah, walaupun itu tak berarti apa-apa. Tapi aku cukup tenang, melalui darah aku dapat menggapainya. Disaat seperti ini Aku hanya sendirian, Marisaa.. marisa geramku mencoba menggapainya, namun semuanya mulai berkunang-kunang dipenglihatanku, dan perlahan aku mulai tak sadar semuanya hilang. Hilang bersama bayanganku dan Marisa, semua melayang menembus awan lentera kehidupan. Membawa aku jatuh begitu dalam. Dan sekarang bukan mimpi lagi, bukan sebuah mimpi yang sempat membuatku ternganga ketika aku berulang kali ditinggalkan Marisa. Ini nyata, nyata bahwa cintaku hanya berjalan sementara, hanya terhitung menit. Apakah ini mipi ketiga kalinya ? #Cintaku dan Marisa hanya berakhir beberapa menit saja, semua dimulai dari 3 mimpi yang selalu berakhir kepergian seorang bidadari, 2 boneka yang sangat sulit dicari dan itu pertanda cinta dimana ketika boneka itu diberi, boneka itu malah tiada arti, hanya menjadi dekapan Marisa untuk sementara waktu hingga membuat kami disatukan dalam satu hati. Begitupun dengan Marisa seorang ratu yang sangat aku cintai telah menerima cinta ini, tapi tidak untuk sebuah waktu. Waktu yang singkat untuk sebuah kebahagian dan kesetiaan telah membelenggu erat harapan kami untuk bisa hidup selamanya. Namun tidak demi sebuah kesatuan, ternyata dibalik ini semua tuhan telah menulis goresan tinta disebuah kertas untuk kami, kami ditakdir kan sehidup sementara dan mati bersama, cinta ini telah melukis sebuah melodi, melodi kebahagiaan yang singkat. Hingga akhirnya membuat kami merasa menyatu di dunia lain. Dunia yang penuh dengan misteri, dunia yang baik untuk kami melanjutkan kisah cinta di alam sorga nanti bersama-sama menggapai kebahagiaan nan abadi.
Posted on: Fri, 19 Jul 2013 13:55:11 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015