Alkisah pada suatu senja temaram, tampak seorang perempuan cantik - TopicsExpress



          

Alkisah pada suatu senja temaram, tampak seorang perempuan cantik berusia empat puluhan, berpakaian indah dan santun, turun dari mobil mewah yg ditumpangi. Dengan wajah yg tidak bahagia, dia mendatangi rumah bibinya yg berada di pinggir kota, jauh dari keramaian. Setelah melepas kangen, sambil menarik napas panjang, perempuan itu berkata, “Bibi. Setelah anak-anak besar, saya merasa kesepian dan tidak bahagia. Saya merasakan kehidupan yg hampa dan tidak bermakna lagi.” Sambil tersenyum bijak, tanpa berkomentar sedikitpun si bibi memanggil seorang perempuan, yg bekerja sebagai pembantu harian di rumah itu. “Mbak Anik. Ini keponakan ibu. Datang dari kota ingin mendengar kisah bahagia. Nah, tolong diceritakan, bagaimana caranya menemukan kebahagiaan?” Anik duduk di kursi yg ada di dekat perempuan itu, lalu mulai bercerita dengan gaya bahasanya yg lugu dan sederhana. Suaranya jernih dan jelas. “Begini, Non. Saya pernah punya suami dan anak. Tetapi, suami saya meninggal karena kanker. Celakanya, tiga bulan kemudian putra tunggal saya menyusul bapaknya, meninggal ditabrak truk. Saat itu, saya tidak punya siapapun. Saya tidak bisa tidur, tidak enak makan, tidak bisa tersenyum apalagi tertawa. Tiap hari selalu ada waktu untuk menangisi nasib saya yg jelek ini. Saya bahkan berpikir mau bunuh diri saja. Lalu suatu malam, waktu pulang kerja, seekor kucing mengikuti saya. Karena di luar dingin, saya membiarkan anak kucing itu masuk ke dalam rumah. Saya memberinya susu, yg langsung habis diminum. Anak kucing itu mengeong dan menggosok-gosokkan badannya ke kaki saya. Untuk pertama kalinya dalam bulan itu, saya bisa tersenyum. Saya sendiri merasa keheranan, lalu berpikir, jika membantu seekor anak kucing saja bisa membuat saya tersenyum, mungkin melakukan sesuatu untuk orang lain bisa membuat saya bahagia. Jadi, hari berikutnya, saya membuat kue pisang dan memberikannya ke tetangga yg lagi sakit dan tidak bisa bangun dari tempat tidurnya. Dia sangat senang menerima pemberian saya dan kamipun sempat ngobrol dengan bahagia. Setiap hari, saya mencoba berbuat baik, paling sedikit satu kali sehari berbuat baik. Karena yg saya rasakan, saat melihat orang lain bahagia, saya juga merasa bahagia. Hari ini, rasanya tidak ada orang yg bisa makan lahap dan tidur pulas seperti saya. Saya menemukan kebahagiaan ketika bisa membahagiakan orang lain.” Mendengar cerita Anik, sontak perempuan kaya itu menangis. Ia sadar, ia punya segala sesuatu yg bisa dibeli dengan uang, tapi dia kehilangan hal-hal yg tidak bisa dibeli dengan uang. Kekayaan yg dipunyai ternyata tidak mampu membuatnya bahagia. Bukan kekayaan, bukan pula kedudukan dan materi yg mendatangkan kebahagiaan sejati. Tetapi jiwa bersyukurlah yg menjadi kunci pembuka kebahagiaan. Syukur adalah magnet keberkatan! Dengan mensyukuri atas segala sesuatu yg telah kita miliki, maka kebahagiaan akan selalu mengalir di kehidupan kita. Sebaliknya jika kita tidak mampu menerima keadaan kita hari ini, sebagaimana adanya dan mensyukurinya, maka akan muncul “ketimpangan” batin. Akan terjadi gejolak ketidaknyamanan, ketidakbahagiaan, yg akan membawa kita pada penderitaan yg berkepanjangan. Bisa bersyukur adalah “ILMU HIDUP” yg harus kita praktikkan. Kebahagiaan itu, bukan sekadar apa yg kita dapatkan, malah seringkali, mampu memberikan bantuan / pertolongan bagi orang yg memerlukan dan hal itu pasti akan melahirkan kebahagiaan sejati yg alami... Semoga tulisan ini menjadi berkat untuk semua sahabatku .... Repost from Johanchen Tanuwijaya 84
Posted on: Mon, 19 Aug 2013 02:13:19 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015