Analysis on the use of English in the campaign material of - TopicsExpress



          

Analysis on the use of English in the campaign material of Indonesias Presidential Election. Sorry if this too long, but I simply must write about it! Thanks to all who have contributed in the discussion! Analisis akan penggunaan bahasa Inggris dalam materi kampanye Pemilihan Presiden Indonesia. Maaf kalau terlalu panjang tapi saya merasa harus menuliskannya. Terima kasih kepada semua teman yang telah ikut berdiskusi mengenai topik ini. I STAND ON THE RIGHT SIDE...REALLY? nenyish.wordpress/2014/06/07/i-stand-on-the-right-side-really/ Beberapa hari ini beberapa orang di media sosial ramai-ramai mengganti AVA-nya dengan gambar yang mendukung salah satu pasangan calon presiden-wakil presiden. Tidak ada masalah sih dengan hal ini, wong masa kampanye sudah resmi dimulai beberapa hari yang lalu dan orang tentu bebas mau mendukung capres yang mana. Patut dicatat pula, saya tidak bermaksud berkampanye untuk salah satu capres. Buat saya, kampanye untuk pemilihan presiden tahun ini sudah sampai pada tahap yang berlebihan, bahkan mengganggu, saking riuh rendahnya, sehingga saya memutuskan untuk tidak membahas pemilihan presiden di akun media sosial saya. Tapi, terlepas dari riuh rendahnya kampanye, yang membuat saya terganggu tiap kali melihat gambar dukungan itu adalah penggunaan bahasa Inggrisnya. Contohnya seperti gambar di samping ini. Bukannya mau sok tahu soal bahasa Inggris, tapi bolehlah saya membagi sedikit dari apa yang saya pelajari secara disiplin ilmu selama beberapa dasawarsa terakhir ini. Jadi ada masalah apa dengan penggunaan kalimat “I stand on the right side” di gambar tersebut? Kalau dilihat sekilas, tidak ada yang salah dengan penggunaan kalimat tersebut. Secara lugas, kalimat tersebut bisa diterjemahkan menjadi “Saya berdiri di pihak yang benar.” Dengan pencitraan sang capres yang dianggap punya rekam jejak yang “benar” dan bersih dari kasus hukum dan politis serta prestasi di bidang pemerintahan yang relatif mengesankan, maka capres tersebut dianggap berada di pihak yang benar. Sehingga ketika orang mendukung capres itu, orang berasumsi bahwa dia berada di pihak yang benar. Tapi tunggu dulu. Ini kan persoalan penggunaan bahasa Inggris dalam slogan kampanye tersebut. Jadi, saya melakukan survei kecil-kecilan di akun Facebook saya. Intinya saya menanyakan apakah kalimat itu sudah tepat secara tata bahasa Inggris, terutama dari segi sintaksis (aturan berbahasa) dan semantik (makna kata). Hasilnya? Beberapa teman menanggapinya dengan serius dan melakukan analisis yang menarik mengenai hal itu. Sebagai informasi, para penanggap terdiri dari penutur asli maupun penutur asing bahasa Inggris. Tiga penanggap yang penutur asli adalah pemegang gelar Ph.D. di bidang bahasa Inggris. Satu penutur asing bergelar Ph.D. juga tapi di bidang sosiologi dan saat ini bermukim di Singapura yang bahasa resminya adalah bahasa Inggris. Jadi boleh dibilang, hasil analisis mereka cukup sahih untuk dirujuk. Ada dua persoalan yang bisa dibahas dari kalimat “I stand on the right side.” Yang pertama dari segi sintaksis atau aturan berbahasa, terutama dari penggunaan preposisi ON. Pada dasarnya kata ON bukanlah satu-satunya pilihan preposisi yang bisa dipakai. Kata FOR, WITH, dan BY bisa pula dipakai. Tapi tentu saja ada perbedaan arti ketika preposisi yang berbeda yang dipakai. Kata ON dan BY bersifat spasial atau berhubungan dengan tempat. Jadi kalimat “I stand ON the right side” memang bisa diartikan sebagai “Saya berdiri DI sisi kanan atau sisi yang benar” sedangkan kalimat “I stand BY the right side” berarti “Saya berada DI SEBELAH sisi yang kanan atau yang benar”. Hal ini diamini oleh Amy-Michelle Durston, Rita Padawangi, dan Lauren Zentz. Tapi menurut Lauren (yang dosen bahasa di Amrik sono), dia lebih setuju dengan pemakaian kata STAND WITH yang artinya berdiri bersama, karena konteksnya adalah dukungan kepada capres dan bukan semata-mata tempat di mana si pendukung berdiri. Okelah, berarti memang penggunaan kata ON itu adalah salah satu variasi penggunaan saja. Boleh saja kemudian orang memakai kata BY atau WITH. Namun sekali lagi, menurut Lauren, WITH menjadi pilihan yang lebih tepat dibandingkan ON. Yang lebih memusingkan lagi adalah dari segi makna kata. Bahasa Inggris mengenal konsep dua kata yang berbeda yang jika digabungkan maka artinya akan menjadi sama sekali berbeda. Kata STAND berarti BERDIRI, kata ON berarti PADA atau DI. Karena ini adalah soal dukungan kepada capres, kata yang lebih tepat untuk dipakai adalah kata STAND FOR yang ketika dilihat sebagai gabungan kata akan berarti MENDUKUNG. Ini diamini oleh Timothy Daun, Claire Bradin-Siskin, dan Christian Situmorang. Dengan begitu, tepat kan kalau kata STAND FOR itu dipakai sebagai slogan untuk mendukung salah satu capres? Sudah bereskah urusan penggunaan bahasa Inggris dalam kalimat ini? Oh, tentu saja belum selesai. Ketika bicara soal makna kata, mari kita cermati semua kata yang dipakai dalam kalimat “I stand on the right side”. Soal makna STAND tadi sudah kita bahas di atas. Yang paling mengganggu justru penggunaan kata RIGHT. Right bisa diartikan sebagai KANAN atau BENAR. Ketika konteks penggunaan kalimat ini adalah ranah politik, kata KANAN itu asosiasinya adalah aliran politis tertentu. Komentar teman saya Angela Romano (yang Ph.D. adalah bidang bahasa di Australia sono) sangat mengejutkan saya. Dia bilang, ““I stand ON the right side” can also mean that you’re right wing or even fascist.” Nah lho! Komentar Angela ini tentu sesuai dengan informasi dari Wikipedia (en.wikipedia.org/wiki/Right-wing_politics) yang diambil dari beberapa referensi akademis bahwa aliran politik kanan adalah posisi atau aktifitas politik yang memandang bahwa beberapa bentuk hierarki sosial atau ketidak setaraan sosial adalah sesuatu yang tak terelakkan, normal atau yang lebih diinginkan (Bobbio, Noberto, & Cameron, 1997; Goldthorpe, n.d. ) sehingga secara tradisional istilah aliran kanan itu dipakai untuk melabeli kaum tradisional konservatif dan kaum reaksioner, kaum konservatif baru, kaum nasionalis, kaum yang menjunjung tinggi keunggulan ras tertentu (McLean & McMillan, 2009), kaum demokrat Kristen, kaum fundamentalis agama, dan kaum liberal klasik (Knapp & Wright, 2006). Sehingga kalau Anda memilih aliran kanan, Anda biasanya adalah orang-orang yang macam itulah. Permasalahannya adalah, ketika Anda menggunakan gambar dengan tulisan “I stand on the right side”, apakah aliran politik Anda memang kanan yang semacam digambarkan oleh informasi dari Wikipedia itu? Terlebih jauh lagi, apakah capres yang Anda dukung itu aliran politiknya adalah aliran kanan? Saya secara pribadi tidak melihat bahwa pencitraan capres yang diusung pemakai gambar itu adalah capres yang mendukung kaum konservatif, kaum yang rasis, kaum fundamentalis agama, maupun kaum liberal, apalagi sampai mencitrakan menjadi seorang fasis! Walah, jadi gimana dong dengan penggunaan kata RIGHT di gambar dukungan untuk capres itu? Cocok kalau teman saya Whisnu Yonar kemudian berkomentar “RIGHT side is definitely ambiguous”, alias sisi kanan itu memang ambigu. Secara pribadi saya nggak mempermasalahkan pemakaian bahasa Inggris dalam slogan kampanye. Tapi saya sepakat dengan teman saya Angela Romano bahwa slogan kampanye itu sebaiknya jelas, tidak ambigu, dan tidak multitafsir. Menurut Angela, “Indonesian politics is already very confusing for most ordinary people. The poorly written slogans are just a symptom of that.” Politik Indonesia itu sudah sangat membingungkan bagi orang awam dan slogan kampanye yang diciptakan dengan serampangan itu salah satu gejalanya. Buat saya, slogan kampanye itu sebaiknya memberikan pencerahan kepada publik dalam soal ideologi, program, visi, misi, aksi si capres, dan bukan sekedar mengedepankan sosok si capres. Ini saya yang saya dapat dari menjadi penerjemah di lokakarya jurnalistik Dewan Pers di Semarang bersama David Quin (Thomson Foundation), Nezar Patria, dan Ninok Leksono beberapa hari yang lalu. Selain itu, untuk membuat kampanye yang diharapkan membawa dampak viral atau penyebaran yang luas, pencipta kampanye perlu memikirkan dengan serius pemakaian bahasa, sehingga tidak terjadi kesalahan yang berjamaah. Ini hasil diskusi saya dengan Utami Utar yang dosen bahasa di Universitas Pakuan, Bogor. Pada akhirnya, silakan saja Anda memakai bahasa Inggris untuk mendukung salah satu capres, tapi tolong dipikirkan juga artinya. Jangan cuma sekedar ikut-ikutan tren, tapi Anda sama sekali nggak paham aturan penggunaan bahasa dan makna katanya ya! PS: Thank you for Amy-Michelle Durston, Susi Erawati, Lauren Zentz, Setyorini Kustriawan, Claire Bradin-Siskin, Whisnu Yonar, Wahyu Sulistyaningtyas, Wit, Timothy Daun, Christian Situmorang, Angela Romano, Rita Padawangi, Agus Afif Riyadi, Deden, Intan Jeanie, Linda, Utami Utar, Angga Widitama, Rossy Harta, and some other friends who have contributed in the discussion of this matter via Facebook and Twitter. Full references for the term “right wing politics” can be viewed in the Wikipedia link provided.
Posted on: Sat, 07 Jun 2014 16:10:51 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015