Ane Heran ame Juventikus, terlibat Calciopoli 2006 masih aja - TopicsExpress



          

Ane Heran ame Juventikus, terlibat Calciopoli 2006 masih aja banyak yang ngaku tidak bersalah, udah ngak ngaku eh malah nuduh2 orang lain. Sungguh bejat kelakuan JuBentus... kita flashback lagi kasus2 Jubentus sebelum divonis bersalah sebagai biang kerok Calciopoli 2006. ini adalah artikel sebelum kasus Calciopoli 2006 terungkap, yang udah tercium kebejatan Juventus. jadi dibaca aja biar kita tambah anti Juve. sport.detik/sepakbola/read/2005/03/14/130405/316566/71/juventus-masih-kontroversial Juventus Masih Kontroversial Jakarta - Kontroversi wasit kerap berdengung di Liga Italia. Tak jarang, Juventus muncul sebagai aktor utamanya. Musim ini Juve kembali diuntungkan oleh serangkaian kontroversi. Memang, belum ada seorang pun yang mampu memberikan bukti. Namun fakta banyak berbicara. Kasus terakhir adalah kemenangan 1-0 Juventus atas Chievo Verona di Stadion Bentegodi Senin (14/3/2005) dinihari tadi. Momen kontroversial terjadi di menit kelima babak kedua. Ketika itu bola hasil tendangan Sergio Pelissier mengenai tiang gawang sebelum memantul lagi ke areal permainan. Asisten wasit telah melihat bola sudah melewati garis gawang dan tampak mengatakan hal itu kepada wasit Gianluca Paparesta. Namun sang wasit tidak setuju dan menganggap tidak terjadi gol. Kejadian kontroversi seperti ini bukan pertama kalinya terjadi. Minggu lalu saat pertandingan antara Roma melawan Juventus, wasit juga melakukan kesalahan fatal dan dinilai memberi keuntungan kepada Juventus. Arbitro Salvatore Racalbuto memberikan penalti kepada Juve, padahal pelanggaran yang dilakukan Trainos Dellas diluar kotak penalti. Penalti itu menjadi penentu kemenangan Juve dan tetap menempel Milan di puncak capolista Serie A. Selain itu pertandingan juga berjalan keras dan mencetak rekor pelanggaran terbanyak (74 pelanggaran). Namun, Racabulto hanya merogoh 10 kartu kuning yang dibagi rata untuk kedua tim. Tidak satupun kartu merah dikeluarkan. Lebih kontroversial lagi, kapten Roma, Francesco Totti, sempat melontarkan komentar bernada match fixing usai pertandingan tersebut. Akibatnya Totti harus berurusan dengan komisi disiplin FIGC (PSSI-nya Italia). Entah mengapa kontroversi seakan lekat dengan Juve. Apakah karena statusnya yang raja Italia? Mereka terkenal sebagai ikon sepakbola Italia. Meskipun prestasinya di Eropa kalah hebat dengan AC Milan, namun citra Juve sebagai jawara Italia adalah menjadi bukti. Prestasinya di Liga Italia begitu mentereng. Gelar Seri A direbutnya 27 kali, sembilan kali Piala Italia, empat Piala super Italia. Mungkin karena catatan prestasi inilah banyak pihak hormat kepada Juve. Namun hal itu bukanlah menjadi alat untuk memudahkan Juventus meraih kemenangan dalam setiap pertandingan. Slogan fair-play yang didengungkan FIFA beberapa tahun lalu hingga sekarang ini bukannya tanpa arti. Fair-play berarti bahwa dalam suatu pertandingan harus mengikuti aturan yang berlaku dan permainan harus bersih dari tindakan yang merugikan jalannya pertandingan secara keseluruhan. Jangan sampai Juve, yang namanya sangat terhormat, tercoreng karena skandal seperti pengaturan skor. Pasalnya FIGC tengah getol mengusut terjadinya kecurangan di Seri A. Akhir musim 2003-2004 lalu, FIGC empat memanggil 33 orang dan 12 tim yang ditengarai terlibat dalam skandal pengaturan pertandingan dan taruhan ilegal di Seri A. Kasus match-fixing yang terjadi di persepakbolaan Jerman belum rampung, jangan sampai terulang di Italia. (mel)
Posted on: Wed, 12 Jun 2013 11:22:21 +0000

Recently Viewed Topics




© 2015