Angsa Liar Itu bukan salahmu, itu bukan dosamu. Jangan berjalan - TopicsExpress



          

Angsa Liar Itu bukan salahmu, itu bukan dosamu. Jangan berjalan dengan lututmu, melintasi gurun, memohon ampun. Kau hanya perlu mengalirkan akar jiwamu dan mencintai kehidupan. Ceritakan getirnya pahitmu, akan kuceritakan tangisku. Sementara bumi terus berputar, tak peduli. Sementara matahari tetap bersinar, dan butir hujan menari melintasi panorama padang rumput, pepohonan, hutan, gunung dan sungai yang mengalir. Angsa liar yang terbang tinggi diangkasa biru, pulang kembali kerumahnya. Siapapun kamu, betapapun sepinya hidupmu, bumi masih menawarkan dirinya pada imaginasimu. Bumi memanggilmu seperti memanggil angsa liar, pada gelisahmu yang menggelegar, berupaya berkali kali meletakkan mu dalam pertemuan jiwa dengan perdamaian alam semesta. ~ Mary Oliver, diterjemahkan bebas: Tanadi Santoso. Ada yang mengatakan bahwa puisi adalah rasa yang tertuang menjadi kata. Puisi menjadi bagian yang tak terpisahkan dari literatur pada kehidupan umat manusia. Pada jaman dulu, di China kemampuan berpantun adalah syarat utama menjadi “scholar” dan diangkat sebagai pejabat pemerintah. Dalam perjalanan jaman, puisi tidak lagi menjadi sebuah jalur utama dalam tulisan dan buku yang diterbitkan, dikalahkan oleh bentuk2 sastra yang lain. Menterjemahkan puisi menjadi sulit, karena konteks bahasa, pemahaman, ritme kata, kebiasaan, keindahan adalah sesuatu yang unik dan berbeda pada tiap2 budaya masing2. Mary Oliver selalu mengangkat tema umum yang dilihat se hari dan memasukkannya menjadi bermakna dalam. Seperti gaya Haiku, syair pendek yang berasal dari Jepang, Oliver kali ini membuat puisi tentang angsa liar yang terbang dilangit. Setiap penulis memiliki arti yang ingin ditulisnya, dan menjadi tulisa yang dibaca, dan setiap pembaca akan membaca dengan kacamatanya sendiri dan memberi makna pada tulisan itu. Saya mencoba menganalisa dari sudut orang awam, apa yang ingin dibagikan oleh tulisan Wild Geese ini. Dalam kehidupan kita, selalu ada rasa bersalah, akan apa yang sudah terjadi dalam perjalanan kita. Kurang kerja keras, malas belajar, tidak melakukan strategi yang benar, menyalahi teman, dan seterusnya. Oliver mengajak kita berbagi bahwa kita tidak perlu merasa terlalu bersalah, tidak perlu memohon ampun, dan menghukum diri sendiri. Kita harus melepas rasa bersalah, mengalirkan perasaan kita, dan berbagi rasa dengan orang lain. Karena setiap orang pasti memiliki kepedihan kegetirannya sendiri sendiri. Dengan memahami penderitaan dan kesalahan orang lain, kita akan dapat menerima kehidupan dengan lebih baik. Kehidupan akan terus berjalan; bumi berputar, matahari dan rembulan bergantian muncul, hujan datang, sungai mengalir, apapun yang terjadi pada anda, kehidupan jalan terus, seolah olah tak perdulu. Padahal sebenarnya alam semesta menyayangi semuanya. Angsa liarpun akan kembali pada rumahnya, rumah adalah tempat dimana hati kita berada. Betapapun liar nya, angsa akan kembali pada rumahnya. Alam semestapun menawarkan yang sama kepada kita semua, betapapun pahitnya hidup kita ini, betapapun sepinya jiwa kita. Segala kehidupan terbuka seperti juga imaginasi kita. Karena sebenarnya kita adalah bagian dari alam semesta. Puisi ini mencoba mengajak kita ber ”meditasi”, berdamai dengan jiwa kita sendiri, mengalirkan rasa, menempatkan diri kita pada keseimbangan alam semesta. Secuplik puisi yang berhasil akan mempu mempengaruhi sudut pandang kita, memberikan santapam emosi yang berguna untuk pengembangan jiwa kita. Seperti ketika kita merasakan: “Ah, dia berbicara tentang aku, dia tahu rasa jiwaku!” *Tanadi Santoso (Re-Post)
Posted on: Sat, 13 Jul 2013 10:27:43 +0000

Recently Viewed Topics




© 2015