Apakah prostitusi itu moral atau imoral? Untuk menjawab pertanyaan - TopicsExpress



          

Apakah prostitusi itu moral atau imoral? Untuk menjawab pertanyaan itu, Kant akan balik bertanya dalam kondisi apakah berbagai fakultas seksual kita dipergunakan yang itu akan langsung berkaitan dengan moralitas? Jawabannya, sebagaimana juga dalam kondisi lainnya, yaitu bahwa kita tidak boleh memperlakukan orang lain--atau diri kita sendiri—semata sebagai objek. Diri kita bukanlah properti bagi diri kita sendiri. Dengan kontras yang tajam terhadap gagasan libertarian tentang kepemilikan diri, Kant bersikukuh bahwa kita tidaklah memiliki diri kita sendiri. Tuntutan moral atas cara bagaimana kita memperlakukan pribadi lain sebagai tujuan ketimbang semata sebagai alat telah membatasi bagaimana kita bisa memperlakukan tubuh dan diri kita sendiri. “Manusia tidak bisa mengklaim kepemilikan atas dirinya sendiri karena dia bukanlah benda; dia bukanlah properti miliknya sendiri.” Dalam perdebatan kontemporer tentang moralitas seksual, mereka yang mendambakan hak otonomi akan berargumen bahwa manusia harus bebas untuk memilih bagi dirinya sendiri apa yang akan mereka lakukan dan akan digunakan untuk apa tubuhnya sendiri. Namun, itu bukanlah otonomi yang dimaksudkan oleh Kant. Secara paradoks, konsepsi otonomi menurut Kant mensyaratkan batasan tertentu pada cara bagaimana kita bisa memperlakukan diri kita sendiri. Sekadar mengingat kembali: menjadi otonom itu berarti diatur oleh hukum yang kuberikan sendiri bagi diriku—itulah imperatif kategoris. Dan imperatif kategoris mensyaratkan bahwa saya memperlakukan seluruh pribadi lainnya (termasuk diri saya sendiri) dengan respek—sebagai suatu tujuan, bukan semata alat. Jadi, bagi Kant, bertindak secara otonom mensyaratkan bahwa kita memperlakukan diri kita sendiri dengan respek, dan tidak mengobjektifikasi diri kita sendiri. Kita tidak bisa menggunakan tubuh kita semau-maunya sendiri. Jual beli ginjal bukanlah sesuatu yang lazim pada zamannya Kant, namun orang kaya biasa membeli gigi untuk dicangkokkan dari orang miskin. Kant menganggap praktik semacam ini sama dengan menginjak-injak martabat manusia. Seseorang “tidak dibenarkan untuk menjual anggota tubuhnya, tidak juga salah satu giginya.” Dengan melakukan hal ini, berarti dia memperlakukan dirinya sendiri sebagai objek, semata sebagai alat, instrumen untuk memperoleh keuntungan. Kant mendapati bahwa prostitusi pun bisa ditolak dengan landasan serupa. “Memperbolehkan seseorang demi keuntungan digunakan oleh orang lainnya demi kepuasan hasrat seksual, menjadikan seseorang sebagai objek keinginan, berarti... menjadikan diri orang tersebut sebagai benda yang dengannya orang lain bisa memuaskan hasratnya, seperti halnya dia memuaskan rasa laparnya terhadap steak.” Manusia “tidak dibenarkan menawarkan dirinya sendiri, demi keuntungan, sebagai benda yang digunakan oleh orang lainnya untuk memuaskan kegandrungannya.” Dengan melakukan hal tersebut berarti memperlakukan seseorang semata sebagai benda, sebagai objek pakai. Prinsip moral yang mendasarinya adalah "bahwasanya manusia bukanlah properti miliknya sendiri dan tidak melakukan apa pun semaunya terhadap tubuhnya.” Demikian sekilas info. Sekarang, kita kembali kepada rekan-rekan di studio.
Posted on: Tue, 08 Oct 2013 12:19:45 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015