BUDAYA Kita sering mengutak-atik budaya, bahkan mempretelinya - TopicsExpress



          

BUDAYA Kita sering mengutak-atik budaya, bahkan mempretelinya bagai spare part kendaraan atau memodifikasinya sesuai dengan keinginan dan cita-cita subjektif kita. Selalu muncul obsesi untuk menginstrumentalisasikannya lewat seminar,wacana, narasi yang kita bangun untuk memuaskan libido self centered kita yang merasa sebagai inovator dan bastion kebudayaan. Padahal dari sudut pandang tertentu, kebudayaan itu telah terwariskan dari generasi ke generasi, disampaikan dari satu angkatan ke angkatan yang lain ; mengalir sepanjang masa dengan tiada berakhir. Dengan begitu ia membangun organ-organ, anggota tubuhnya sendiri dalam proses yang “ Sui Generis” atau terisi sendiri dan dengan sendirinya punya otonomi sendiri. Memang kultur takkan terjadi tanpa manusia. Akan tetapi bukanlah manusia yang menentukan budayanya dengan seenak perut dan berdasar pada keinginan dan rencana ; budayalah yang menentukan tingkah laku manusia. Secara behaviouristik, pikiran, perasaan, ilham dan seterusnya, ditentukan oleh budaya atau tak lebih dari manifestasi dari tingkah laku sebagai derivasinya. Tapi banyak dari kita yang tidak menerima pandangan behaviouris atau realis budaya ini. Kita mengingkari kekuasaan budaya yang besar dalam menetukan pola-pola kehidupan manusia sebagai anggota masyarakat. Bahwa menurut penentang aliran realis, manusia itu mempunyai jiwa dan nyawa, kemauan dan keinginan, gagasan, kepercayaan dll, dan mempunyai kebebasan yang lebih besar dalam menentukan pola-pola tingkah lakunya. Tidak berada dalam cengkraman budaya. Salah satu pemikirnya Professor David Bidney mengatakan “ Budaya adalah satu sifat pakaian manusia, suatu cara bertindak dan berpikir yang kita lekatkan kepada usaha kemanusiaan, jadi ia tidaklah harus dianggap sebagai sesuatu hal kesatuan yang bebas berdiri sendiri”. Maka konsekwensinya adalah kita bisa mencampakkan dan menggantinya dengan yang baru dan lebih bagus serta modies bila dianggap perlu. Di sini kebudayaan telah berada dalam fase rawan dan sekedar instrument untuk menutupi segala sifat, watak, karakter suatu bangsa, etnis dan kaum. Atau seperti mayat yang tak berdaya untuk ditata, dibentuk atau dikubur…….
Posted on: Fri, 08 Nov 2013 15:18:09 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015