Ber-GURU “PUASA” Dari Mahatma Gandhi & Ber-GURU "KEPEMIMPINAN" - TopicsExpress



          

Ber-GURU “PUASA” Dari Mahatma Gandhi & Ber-GURU "KEPEMIMPINAN" Dari Pak H. JOKO WIDODO Sambil Merenungkan SURAT AL-KAUTSAR !!! Puasa tinggal beberapa hari lagi. Tak terasa hari raya kemenangan Idul Fitri tinggal sejengkal. Di bulan suci ini, tentunya ada hikmah yang paling penting untuk dipetik, yaitu kesabaran untuk mendatangkan perdamaian. Seperti umat muslim, Mahatma Gandhi pun berpuasa. Tak ada salahnya kita mengenal lebih jauh bagaimana cara berpuasa dan bersabar tokoh sentral dari India ini. Nama aslinya Mohandas Karamchand Gandhi, namun ia lebih dikenal dunia sebagai Mahatma Gandhi. Sebutan atau predikat Mahatma diberikan rakyat India pada masanya, sebagai penghargaan terhadap perjuangan gigih yang dilakukannya. Mahatma, yang artinya "Jiwa Besar", memang sebutan tak berlebihan buat tokoh besar seperti Gandhi. Puasa Gandi adalah adalah puasa "sang jiwa besar" yang cinta bangsa, tanah air dan kemanusiaan. Meski telah sangat terkenal dan dihormati, ia selalu berpuasa, dan hidup sederhana bersama rakyat kecil. Dengan modal ijazah studi hukum dari College University, London, mestinya ia bisa hidup bergengsi dan nyaman. Namun peristiwa perlakuan diskriminatif petugas kereta api di perjalanannya antara Johannesburg-Durban, Afrika Selatan (1893) untuk bekerja sebagai legal adviser sebuah firma India di Durban, mendorongnya menjadi pejuang anti diskriminasi di Afrika Selatan. Kembali ke India pada 1915, ia pun aktif memerangi penindasan terhadap petani miskin, para pekerja pabrik dan memperjuangkan penghapusan pajak garam. Maka perjuangan anti diskriminasi selama 21 tahun di Afrika Selatan dan keterlibatannya sebagai tokoh sentral dalam perjuangan kemerdekaan India (1915-1947), membuatnya terus melaju sebagai "lokomotif" bangsa dan rakyat India di atas sepasang rel takdir hidupnya: kemanusian dan persatuan untuk kemerdekaan. Dalam memperjuangkan kemanusiaan dan kemerdekaan, Mahatma tidak menyukai kekerasan. Prinsip perjuangannya adalah Ahimsa, yang secara harafiah berarti : jangan membunuh. Ia terjemahkan prinsip dasar itu dalam "trisila perjuangan" yang terdiri atas Satyagraha (beroposisi tanpa sikap permusuhan), Non-Kooperasi (menolak pangkat dan jabatan yang dianugerahkan penjajah, dsb) dan Ciivil-disobedience (pengabaian perintah). Namun ada senjata pamungkas Gandhi yang tak banyak diketahui, yakni Puasa. Berkali-kali ia berpuasa menyucikan batinnya, berkali-kali ia berpuasa bagi kehormatan dan karena penderitaan bangsanya. Namun "puasa terakhir" yang ia lakukan setelah India merdeka, yang begitu dramatis dan berujung tragedi, masih sangat relevan sebagai bahan renungan atau pengugah hati dan pikiran para pemimpin dan tokoh bangsa serta agama di mana pun. "Dengan Tuhan sebagai penasehatku yang tertinggi dan tunggal, aku merasa mesti mengambil sesuatu keputusan dengan tidak dinasehati oleh siapapun juga lagi. Dan apabila aku salah dan insyaf akan kesalahanku itu, maka dengan tiada sangsi lagi akan kuumumkan kesalahanku itu dari puncak-puncak tempat pengumuman dan aku akan surut kembali. Hanyalah sedikit harapan, bahwa aku dapat melihat kesalahanku itu. Sekiranya ada suatu petunjuk yang jelas sebagai yang kukehendaki, atau suara batin dari dalam, maka petunjuk itu akan kuindahkan". Demikianlah yang diucapkan Mahatma Gandhi pada Senin, 12 Januari 1948, tatkala memutuskan berpuasa untuk waktu tak terbatas. Usianya yang 78 tahun, membuat para tabib India mengingatkan bahwa Mahatma tidak bisa berpuasa hanya dengan minum air saja. Usianya yang sudah demikian lanjut, tidak mengizinkan Mahatma berpuasa mirip mogok makan. Namun menanggapi peringatan itu, Mahatma menjawab: " Biarkanlah aku berpisah dari segalanya ini, tiada terikat oleh apapun juga, berpisah dari dunia fana dengan segala keikhlasan dan kemegahan daripada melihat India kiamat karena pertengkaran agama". Mahatma begitu kecewa dan sedih menyaksikan pertikaian agama antara Hindu dan Islam. Apalagi sampai mengakibatkan timbulnya korban jiwa di daerah perbatasan. Itulah yang membuatnya memutuskan berpuasa ekstrim tanpa batas waktu. Mahatma tidak mau mendesakkan secara lahir paham dan pikirannya. Semua itu akan sia-sia, hanya menghabiskan tenaga batin, bila pihak-pihak yang bertikai tiada mau melihat kebenaran. Ia tidak berbicara lagi dengan lidah yang menggetarkan udara, tetapi ia bicara melalui puasanya, melalui "little small voice". Suara merdu sunyi, yang menggetarkan hati banyak orang, lewat keheningan. Semua pihak khawatir kalau-kalau Mahatma wafat, karena puasanya telah berlangsung lebih dari seminggu. Bahkan menurut dokter, usianya hanya tinggal lima jam. Umat Hindu dan Islam lewat surat permohonan, persembahan dan sholat meminta Mahatma agar menghentikan puasanya. Mereka berrjanji dengan sekuat tenaga akan berupaya menghentikan pertikaian sesuai harapan Mahatma. Orang-orang India di Burma pun menyatakan harapannya agar Mahatma berhenti berpuasa. Seluruh India berdoa dan seluruh dunia mengarahkan matanya pada puasa Mahatma. Sayangnya, meski Mahatma pada akhirnya mengakhiri puasanya karena para pemimpin India dan Pakistan (Muslimin) berjanji memenuhi harapan Mahatma, hidup beliau berakhir karena dibunuh oleh orang yang tidak menyukai inisiatif dan tekadnya merukunkan umat kedua agama besar itu. Namun demikian, pengorbanan, ketulusan dan prinsip-prinsip perjuangan Mahatma Gandhi telah menginspirasi banyak pemimpin sentral bangsa-bangsa, termasuk Nelson Mandela. --------------- SURAT AL KAUTSAR Apa arti kata al kautsar ? Bagaimana asbabul nuzul surat al kautsar ? Bagaimana pemahaman ulama mengenai kata al kautsar ini ? Al kautsar berarti kebajikan yang banyak. Kata alkautsar berasal dari kata katsiir yang digunakan untuk menunjukkan pada sesuatu yang kuantitas atau kualitas tinggi. Kata al kautsar hanya disebut sekali dalam al Qur’an, yaitu dalam surat Al Kautsar/108:1. Al kautsar sekaligus menjadi nama dari surat yang ke 108 ini, namun ada juga yang memberi nama surat ini dengan surat an Nahr. Terdapat beragam riwayat yang menceritakan tentang asbabaun nuzulnya surat ini, salah satu diantaranya yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari as Suddi. Ketika putera Rasulullah saw (Al Qasim) meninggal, al ’Ashi bin Wail berkata bahwa Muhammad telah terputus keturunannya, maka turunlah surat al Kautsar/108: 3 (Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah orang yang terputus). Riwayat yang senada dikatakan bahwa ’Uqbah bin Abi Mua’ith berkata,’Tidak seorang anak laki-lakipun yang hidup bagi nabi saw, sehingga keturunannya terputus’. Ayat ini (Surat al Kautsar/108:3) turun sebagai bantahan terhadap ucapan itu (R. Ibn jarir). (Lihat asbabun nuzul surat al Kautsar, Qomaruddin shaleh, dkk) Para ulama memberikan beberapa pemahaman mengenai makna kata al Kautsar sebagaimana berikut ini: Sungai di SURGA Anas bin Malik mengatakan bahwa kami berada di sekeliling Rasul, tiba-tiba Beliau terlena sebentar kemudian Beliau mengangkat kepala dan bersabda,’Diturunkan kepadaku tadi satu surah’. Lalu Beliau membaca surah al Kautsar dan bersabda,’Tahukah kalian apa al Kautsar?. Kami menjawab,’Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui. Lalu Beliau melanjutkan, ’Ia adalah sungai yang dijanjikan Tuhan kepadaku. Disana terdapat banyak kebajikan. Ia adalah telaga yang banyak didatangi (untuk diminum) ummatku pada hari kiamat’ (HR.Muslim). Berdasar hadits ini mayoritas ulama mengatakan bahwa surat al Kautsar diturunkan di Madinah, karena Anas bin Malik baru masuk Islam pada masa awal hijrah nabi Muhammad saw ke Madinah. Keturunan Nabi Muhammad SAW Sebagaimana disebutkan di atas bahwa salah satu sebab turunnya ayat ini adalah adanya tuduhan dari kafir Qurays kepada Rasulullah sebagai seseorang yang terputus keturunannya karena kematian puteranya. Ada ulama yang mengatakan bahwa tidak tepat jika Rasulullah dikatakan terputus keturunannya sebab ada keturunan Rasullah saw yang berasal dari keturunan Fatimah (putri Rasulullah saw). Salah satu pertimbangan pendapat ini adalah pernyataan Abi Bakrah,’Aku mendengar Nabi saw yang ketika itu berada di atas mimbar dan Hasan berada di sampingnya, sekali memandang kepada hadirin dan sekali memandang kepada beliau,’Anakku ini (sambil menunjuk kepada Hasan) adalah sayyid, semoga Allah melakukan ishlah melalui (jasa)-nya antara dua kelompok kaum muslimin’ (HR.Bukhari) Banyak dalam kuantitas atau kualitas Pendapat ini berdasar pada pernyataan Ibnu Abbas, ketika disampaikan pendapat yang menyatakan bahwa al kautsar adalah sungai di surga, beliau menjawab,’Itu sebagian dari al kautsar yang dijanjikan Allah kepada Nabi-Nya’ (M.Qurays Syihab). Artinya jika sungai di surga merupakan sebagian dari al Kautsar yang dijanjikan Allah kepada NabiNya, berarti masih banyak lagi al kautsar-al kautsar lainnya. Oleh sebab itu ada ulama yang mengartikan al kautsar dikembalikan kepada makna harfiyah kata ini yaitu banyak, banyak dalam hal kualitas ataupun kuantitasnya. Walaupun kata al Kautsar pada konteks surat al Kautsar ditujukan kepada Rasulullah saw (karena menggunakan kata ganti ka/kamu), namun tidak berlebihan kiranya jika kita juga berharap untuk memperolehnya. Apalagi jika dikaitkan dengan makna al kautsar yang dapat bermakna sangat luas sesuai dengan makna harfiyah kata. Semoga kita juga memperoleh al kautsar -dapat minum telaga di surga, mempunyai keturunan shalih/shalihah, dan karunia Allah SWT lainnya ! Amin YRA. ----------- Ceramahi Polisi soal PEMIMPIN, Jokowi cerita soal KUDETA MESIR !!! Kamis, 25 Juli 2013 10:49:46 Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo menjadi pembicara dalam diskusi dengan tema kepemimpinan nasional di Mapolda Metro Jaya. Ketua DPR Marzuki Alie pun turut hadir dalam diskusi yang digelar untuk peserta Sespimti (Sekolah Siswa Pimpinan Perwira Tinggi) tersebut. Jokowi yang mengenakan kemeja putih dan celana bahan hitam itu mengatakan, saat ini, model kepemimpinan yang disukai adalah model kepemimpinan horizontal. Seperti yang kerap disampaikan Jokowi, saat ini sudah bukan zamannya pemimpin yang selalu bersifat eksklusif. "Artinya antara pemimpin dan rakyatnya tidak tersekat dengan keeksklusifan," ujar Jokowi di Mapolda Metro Jaya, Kamis (25/7). Sebagai contoh, lanjutnya, peristiwa penggulingan Presiden Mesir Mohamed Morsi. Jokowi menilai peristiwa tersebut merupakan salah satu bukti kepemimpinan yang eksklusif akan dengan mudah dihancurkan oleh rakyatnya sendiri. "Karena pemimpin yang eksklusif tidak tahu apa yang diinginkan warganya," ucap suami Iriana Jokowi tersebut. "Mesir hancur karena tidak membaca perubahan zaman, jadi hubungan horizontal antara pemimpin dan masyarakatnya itu harus dibaca. Jadi bisa tahu kebutuhan rakyatnya," tambahnya. Ditambahkan Jokowi, yang harus dibangun untuk membentuk masyarakat yang baik itu adalah pembangunan karakter masyarakat dan mereformasi mental masyarakatnya atau mental reform. Kata dia, semuanya itu kembali pada rakyat. "Kalau kita bisa membaca kepentingan rakyat. Maka akan timbul sebuah kepercayaan kepada pemimpinnya itu akan muncul," tuturnya. Selain itu, sosok pemimpin yang dibutuhkan masyarakat, adalah seseorang yang bisa melakukan perubahan walau perubahan itu tidak signifikan. "Karena menurut saya yang dibutuhkan rakyat adalah kepemimpinan yang bisa melakukan perubahan di tingkat nasional atau internasional," tandasnya.
Posted on: Thu, 01 Aug 2013 11:53:06 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015