Berilmu… Seorang Santri baru bertanya: “ Bagaimana caranya - TopicsExpress



          

Berilmu… Seorang Santri baru bertanya: “ Bagaimana caranya agar saya bisa mendapatkan ilmu pengetahuan yang benar?” Kyainya menjawab “Itu mudah….ketahuilah apa yang kau tahu dan ketahuilah apa yang kau tidak tahu”. Santri itu (kebetulan santri itu juga seorang mahasiswa) terus bertanya: “apa saja yang perlu diketahui dan apa saja yang tidak perlu diketahui pak kyai? Pak Kyai tidak menjawab pertanyaan santrinya tetapi beliau menjelaskan bahwa kita hendaknya mengetahui apa yang telah kita ketahui dan apa yang belum kita ketahui… untuk yang belum kita ketahui hendaknya kita jangan terlalu berlebih lebihan. Pak kyainya bilang bahwa kita harus selalu berendah hati, bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui dalam keseluruhan alam ini. Dan hendaknya kita perlu selalu mengoreksi diri (berani berterus terang kepada diri sendiri) terhadap kebenaran dari ilmu yang telah kita dapatkan. Kita perlu mengoreksi diri untuk mengevaluasi apakah ilmu yang kita dapatkan telah mencakup segenap pengetahuan yang memang seharusnya kita ketahui dalam kehidupan ini. Pak kyai menjelaskan bahwa kita hendaknya tidak puas mengenal ilmu hanya dari perspektif ilmu itu sendiri, tetapi kita harus melihatnya dari perspektif ilmu yang lain. Kita harus memahami kaitan ilmu dengan moral… kita harus memahami kaitan ilmu dengan seni…dan yang sangat penting bahwa apa yang kita ketahui dan harus kita ketahui adalah apakah ilmu itu akan dapat membawa kebahagiaan dan keselamatan baik bagi diri kita sendiri maupun bagi alam semesta ini. Dan yang lebih penting lagi…. Bahwa ilmu itu harus diamalkan sehingga membawa dampak nyata terhadap kehidupan. Santri itu bertanya lagi: Pak Kyai sepertinya sekarang ini banyak ilmu yang Mubazir…. Maksudnya begini pak kyai… ketika saya survey dari penjaga toko-toko yang ada dikota malang ternyata banyak dari mereka yang lulusan sarjana (dari berbagai jurusan, ada yang manajemen, ekonomi, mipa, ilmu sosial, politik, hokum dll). Padahal kalau hanya mau menjadi penjaga toko… untuk apa kuliah sampai sarjana yang membutuhkan waktu 4 tahun. Santri itu terus bercerita tentang pengalamannya… saya pernah bertemu juga pak kyai dengan sarjana IT yang pekerjaannya hanya jualan pulsa, sehingga untuk apa kuliah 4 tahun, kalau pada akhirnya ilmunya tidak digunakan. Santri itu terus bercerita bahwa sepertinya memang sekarang seolah sia-sia mempelajari ilmu pengetahuan selama bertahun-tahun, yang pada akhirnya dari ilmu itu tidak banyak bermanfaat. Sepertinya sekarang banyak orang bingung untuk apa sebenarnya belajar suatu ilmu. Pak kyai menjelaskan….Bahwa tujuan kita belajar sudah jelas… tujuan menuntut ilmu juga jelas…. Agar kita menjadi manusia yang seutuhnya yaitu beriman, bertakwa kepada Allah, ber-akhlaqul kharimah, berilmu, bersosial, sehat, cerdas, berperasaan, bekemauan, dan mampu berkarya bagi diri kita sendiri dan manusia lain, mampu mengembangkan potensi yang ada, dan pada akhirnya kita menjadi manusia yang dapat memakmurkan bumi ini. Pak Kyai meneruskan penjelasannya….disinilah letaknya bahwa pemerintah harus betul-betul mengurusi rakyatnya termasuk mengurusi tentang ilmu yang seharusnya diketahui oleh rakyatnya. Kalau tidak…maka dengan banyaknya orang yang mencari pengetahuan/mencari ilmu/menjadi sarjana… bukan justru membuat pencerahan tetapi justru akan membebani negara dan membani masyarakat dan juga membebani alam. Harus diatur…. Ilmu/pengetahuan apa yang seharusnya dikembangkan…. Dan ilmu/pengetahuan apa yang seharusnya tidak dikembangkan. Jika ada lembaga pendidikan ramai-ramai membuka program studi… masyarakat ramai-ramai memasuki program-program studi tersebut…. Maka ilmu itu hanya akan menjadi bumerang. Memang harus ada yang serius mengatur kehidupan di suatu masyarakat… harus ada yang mengatur masalah pendidikan, ekonomi, sosial, budaya, politik… dan harus benar-benar diatur. Agar bangsa ini menjadi bangsa yang besar dan berperadaban tinggi. Wallahu a’lam
Posted on: Fri, 30 Aug 2013 07:33:27 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015