Bhiksu Kecil Bercerita 3. TANAH MURNI DI DUNIA SAHA Aku ingat - TopicsExpress



          

Bhiksu Kecil Bercerita 3. TANAH MURNI DI DUNIA SAHA Aku ingat dalam film Stephen Chow “Da Nei Mi Tan 008 - Forbidden City Cop” ada adegan menikmati arak, satu adegan yang meninggalkan kesan sangat mendalam bagi para penonton. Adegannya sebagai berikut. Ada seorang wanita memegang secangkir arak anggur lalu membagikannya untuk dinikmati oleh banyak orang. Kebanyakan dari orang-orang itu langsung menenggaknya sampai habis. Alhasil, semua orang mengatakan arak anggur itu asam dan pahit, rasanya sangat tidak enak. Kalau tidak salah Stephen Chow mengatakan, ini adalah arak berkualitas tinggi, yang tidak benar adalah cara menikmatinya. Indra pengecap rasa asam pahit berada di kedua sisi lidah, sedangkan indra pengecap rasa manis ada di bagian ujung lidah. Jika ingin menikmati arak anggur berkualitas tinggi, maka lidah harus dilipat agar hanya indra pengecap rasa manis di bagian ujung lidah yang merasakan rasa manis, dengan demikian indra pengecap di kedua sisi lidah tidak akan merasakan rasa asam pahit. Hidup ini juga demikian, kita juga harus bisa belajar membuang rasa asam pahit, agar dapat merasakan nikmatnya rasa harum manis. Jalan setapak di Gunung Maoshan sangat kecil dan sempit, terbentuk dari deretan batu-batu datar persegi berwarna abu-abu. Batu-batu ini juga tidak jelas berasal dari zaman apa. Tidak pernah ada orang yang memperbaiki jalan setapak ini, ada sebagian jalan yang batunya sudah berubah menjadi batu-batu kerikil, membuat sangat sulit untuk dilewati. Malam itu turun hujan lebat. Setelah diguyur air hujan jalan setapak Gunung Maoshan berubah menjadi tanah lumpur. Satu injakan kaki maka air lumpur di bagian bawah batu akan muncrat keluar. Ketika membawakan cerita kemarin hari, Shifu Zhiyuan memberitahukan bahwa esok hari beliau masih akan membawakan cerita di vihara, sebab itu meski jalan setapak sulit dilewati, hari ini masih tetap banyak umat yang bergegas datang ke vihara. Menempuh perjalanan seperti ini, pasti banyak lumpur becek yang menempel di sepatu setiap orang. Orang-orang yang akan memasuki vihara pasti membersihkan sepatunya dengan menggosokkannya di batu yang terletak di sebelah pintu vihara. Tetapi cara ini tetap tidak bisa membersihkan sepatu secara total. Tak berapa lama, Jiechen melihat lantai semen di halaman depan gedung vihara penuh dengan gumpalan-gumpalan lumpur. Jiechen mengeluh, tampaknya lain kali harus meletakkan sebuah sikat di depan pintu, dengan begitu bisa digunakan untuk membersihkan sepatu para umat, menghindari kotornya halaman, juga agar tidak mengotori sepatu umat-umat yang lain. Jiechen mendengar ada orang tertawa, ketika ditengoknya, ternyata Shifu Zhiyuan, tak tahu sejak kapan berada di belakang Jiechen. Shifu Zhiyuan berjalan dari samping memasuki halaman kecil yang dipenuhi air lumpur. Beliau berjalan dengan hati-hati, setiap tapak kakinya menginjak lantai yang bersih. Shifu Zhiyuan yang telah berjalan hingga di depan ruang altar Buddha, membalikkan badan dan berkata kepadaku, Jiechen coba kamu lihat, meski banyak lumpur becek, tetapi berjalan dengan cara ini tidak akan mengotori sepatu. Kita hidup di dunia fana, mana mungkin ada banyak Tanah Murni di dunia fana ini? Kita harus bisa belajar mencari tempat yang bersih untuk menjejakkan kaki. Kalau ada begitu banyak lumpur, apa yang harus dilakukan? Kalau terjadi banyak kekacauan di dunia Saha ini, apa yang harus dilakukan? Pasti selalu ada tempat yang murni dan bersih. Menjejakkan kaki di lumpur becek atau lantai semen yang bersih, hak pilih itu ada di dirimu. Belajar bagaimana melompat di halaman yang dihiasi oleh lumpur, juga adalah hal yang sangat penting. Upayakan mata menembus lapisan kabut tipis yang jatuh di wajah kita yang sedang tertawa, mengapa meributkan kabut yang menghalangi mata, setelah matahari menampakkan diri, kabut itu akan sirna.
Posted on: Sat, 10 Aug 2013 01:03:09 +0000

© 2015