Bisnis properti di tahun ular air bakal cerah. Sejumlah pengamat, - TopicsExpress



          

Bisnis properti di tahun ular air bakal cerah. Sejumlah pengamat, pelaku dan riset mengemukakan, industry properti khususnya di kawasan Jakarta dan sekitarnya masih tumbuh kuat di tahun mendatang. Ada kabar yang menyejukkan bagi pelaku usaha properti di penghujung 2012 ini. Kabar ini datang dari PriceWaterhouseCoopers (PwC) dan Urban Land Institute, lembaga yang berbasis di Washington DC. Hasil survei dua lembaga yang dirilis 6 Desember 2012 lalu menempatkan Jakarta sebagai tempat paling atas di kawasan Asia Pasifik bagi investor properti pada 2013 mendatang. Jakarta mengalahkan 22 kota-kota besar di Asia lainnya seperti Shanghai, Singapura, Bangkok, Kuala Lumpur dan Beijing (lihat tabel). Hasil survey ini cukup mengejutkan mengingat kondisi dan lingkungan Jakarta yang tak sebaik kota-kota besar tersebut. Lihat saja kemacetan lalu lintas, polusi dan belum lagi aksi demonstrasi dan kriminalitas yang kerap mengganggu warga Jakarta. Catan saja, tahun 2011 lalu, Jakarta berada di posisi 11 dari 21 kota di Asia Pasifik (lihat tabel). Namun, PwC menerangkan, salah satu alasan utama mengapa investor melirik Jakarta karena kondisi perekonomian Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. PwC mengatakan, suku bunga dan inflasi dibawah kendali sementara pertumbuhan ekonomi berada di level 6,5% per tahun mendorong investor datang ke ibukota Indonesia. Proyeksi serupa juga datang dari konsultan properti Knight & Frank. Dalam laporannya Oktober 2012 lalu, Knight & Frank memproyeksikan, permintaan residensial tetap kuat hingga tahun depan. Lembaga itu mengatakan, fundamental ekonomi yang kuat di tengah krisis ekonomi global telah menggiurkan para investor untuk mengalihkan investasi ke Indonesia. Kepala Riset John Lang LaSalle Indonesia Anton Sitorus memproyeksikan pasar properti masih tumbuh tiga tahun mendatang. Dia memperkirakan harga properti masih bisa tumbuh 30% hingga 40% per tahun. Dari berbagai jenis properti, Direktur Century 21 Ali Hanafia menganggap rumah yang paling prospektif. Menurutnya, investasi rumah bisa mendatangkan cuan lebih tinggi ke timbang jenis properti lainnya. Landed house masih jadi primadona, tukasnya. Masa depan investasi rumah memang cukup terang. Lihat saja perbandingan antara kebutuhan rumah dan pasokannya. Saat ini secara nasional, pasokan rumah hanya sebesar 900.000 unit setiap tahunnya. Angka ini tak sebanding dengan permintaan rumah yang mencapai 1,4 juta unit setiap tahun. Permintaan di kawasan Jakarta dan sekitarnya mencapai 180.000 unit. Dengan ketersediaan lahan yang semakin kecil dan permintaan yang semakin membludak akibat pertumbuhan penduduk, tak ayal harga rumah semakin menjulang. Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) memperkirakan, ada 100.000 unit rumah baru pada 2013 nanti. Sekitar 10.000 unit berada di kawasan Jabodetabek. Ketua Umum DPP Apersi Eddy Ganefo meramalkan prospek investasi rumah tipe menengah bawah masih paling cerah. Sedangkan yang untuk tipe atas, dia melihat harganya sudah mulai menggelembung. Bahkan mungkin sudah bubble, tandasnya. Menurutnya, permintaan rumah untuk kelas menengah ke bawah bakal membludak seiring dengan kenaikan besaran upah pada tahun depan. Dia memperkirakan pertumbuhannya bakal mencapai 10%. Berdasarkan wilayah, Ali menyarankan investor untuk berburu di kawasan Jakarta Barat dan Jakarta Timur. Ini karena harga rumah dan lahan di kawasan itu masih murah ketimbang Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan. Begitu juga dengan kawasan di pinggiran Jakarta. Ali menakar kawasan seperti Serpong,Bekasi, Depok dan Tangerang masih berpeluang bagus. Tak semua harga rumah di kawasan Jakarta menjulang tinggi. Ali dan pemain properti Risza Bambang mengatakan, hanya di kawasan elit di Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan yang harga sudah menjulang tinggi. Harga rumah di kawasan itu sudah mulai jenuh. Jakarta Pusat merupakan area yang dekat dengan pusat pemerintahan dan ekonomi. Selain itu, daerah jantung ibukota ini menawarkan berbagai fasilitas mulai pendidikan, belanja hingga lainnya. Begitu juga dengan Jakarta Selatan. Kawasan yang relatif lebih sejuk dan hijau ini lebih diminati para ekspatriat asing. Di sini terdapat fasilitas pendidikan internasional, pusat hiburan, rumah sakit internasional dan club internasional yang cocok bagi bagi warga asing. Penyebabnya karena keterbatasan lahan di kedua kawasan itu menyebabkan harga terus melambung sementara permintaan masih tinggi. Orang mau beli tapi stok nggak ada, tegasnya. Alhasil, para pembeli mengincar rumah di pasar sekunder. Hasil survei Bank Indonesia memaparkan, harga properti residensial di pasar sekunder pada kuartal ketiga 2012 lalu naik 4,59% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan harga properti yang paling tinggi terjadi di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara. Harga rumah seken di kawasan yang disebut-sebut sebagai Kepala Naga ini sudah terbang 5,5% dibandingkan kuartal sebelumnya. Sementara, lonjakan harga lahan yang paling besar terjadi di Jakarta Pusat terutama daerah Menteng dan Sawah Besar. Rata-rata kenaikan harga lahan di Jakarta Pusat mencapai 6,17%. Untuk daerah Menteng, harga lahan naik sebesar 7,52% dan Sawah Besar sebesar 6,79%. Bank Indonesia memperkirakan, harga properti residensial di pasar seken masih terbang di kuartal keempat ini. Ali sepakat dalam hal ini. Dia bilang permintaan properti di kawasan pusat kota masih tinggi sementara ketersediaan lahan semakin terbatas. Yang menarik masa penjualan residensial seken cukup cepat. Rata-rata sekitar tiga sampai enam bulan. Wilayah yang paling cepat masa penjualannya terjadi di kawasan Pluit, Sunter dan Kelapa Gading. So bila rumah baru tak dapat, seken pun jadi. Info By: Kontan
Posted on: Sun, 24 Nov 2013 08:04:35 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015