> Cerita mini: ARJUNO & GLADIZA (Deasy Tirayoh) "Diz, seperti - TopicsExpress



          

> Cerita mini: ARJUNO & GLADIZA (Deasy Tirayoh) "Diz, seperti yang ditulis novel romansa: cantikmu luka" ucap Juno sengit berbalur seruputan kopi. Inilah sesi yang akan dijejali oleh pernyataan detail. "Coba kau beberkan bagaimana cantik yang benar dan baku itu, kusangka ekor mata lelaki terpakai lebih sering ketimbang otaknya" cercah Diza. "Cantik yang mengandung kecerdasan terpola dinamis dalam berperilaku" Juno membidik lingkar mata Diza lebih dalam. "Tumben persepsimu tidak menjurus ke hal-hal picisan Jun" "Karena aku sedang berhadapan dengan kamu bukan dengan aneka bentuk barbie yang memaksa diri jadi dewasa" Maka minum-minum kopi ini tak ubahnya pelayaran berombak, ada gemuruh di dua kepala yang mengupas kosakata. Sejoli manusia berkejar sinis untuk menyodor sudut pandang. Juno sahabat Diza sejak lampau, masa-masa mengeja alfabet hingga memecah logaritma mereka habiskan di atap sekolah yang sama. Sampai mereka menikah dan melakoni peran dalam drama keluarga masing-masing. "Apa yang akan kau ajarkan pada anak perempuanmu Diz?" "Aku bisa meninjau atau membatasi mata dan telinganya menyerap ajaran yang sesuai, tapi aku tidak bisa mencegah penafsirannya atas pengalaman hidupnya sendiri, dan kau bagaimana kau mendampingi anak lelakimu?" Juno menyesap kopi, mematikan ujung rokok ke asbak kayu. "Aku akan merancang jalan hidupnya harus jauh lebih baik dari aku" singkat Juno. "Teoritis" kata Diza telak. Juno merengut. "Kau juga teoritis Diz" Mereka tertawa. "Anak perempuanku kelak kudidik agar cermat menentukan lelaki yang layak mendapat pengabdian cintanya" "Barometer kelayakannya?" Kening Juno melengkung "Lelaki pejuang hidup yang mempertanggungjawabkan segalanya untuk bisa menyeret seorang perempuan masuk dalam arus kehidupannya, dan kau?" "Aku akan mengajari anakku untuk mengejar cinta anakmu dengan menjadi lelaki tangguh, mereka akan jadi pasangan seimbang" "Menurutmu begitu Jun?" "Kuharap begitu" "Kita orang tua yang akan dilabeli kuno oleh mereka sebab diam-diam menyepakati perjodohan" "Diz...zaman menggelar ragam dinamika, tugas kita mensiasatinya sejak kini" Kedua pasang mata mereka mengerling, isyarat jenaka terburai dan tumpah ke meja dengan cengkir-cangkir kopi kemudian jarum jam mendikte jeda. "Lalu kapan kau akan punya anak Diz?" "Mungkin setelah istrimu hamil lebih dulu Jun" Mereka berpencar arah, punggung Diza menjauh lalu berbalik menyuguh seringai "Juno...kau pernah bilang menikah adalah nasib dan mencintai adalah takdir, aku masih menyimpan itu di sini" Diza menunjuk dahi kemudian tangannya melambai. Juno membatin "Sejak dulu, cantikmu memanglah luka Diz, cantik yang rumit kusembuhkan dari ingatan dan hatiku" Angin meniup samar. DT
Posted on: Fri, 23 Aug 2013 23:17:28 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015