Ch.8 Author : kira desuke, T REVIEW AND ART - TopicsExpress



          

Ch.8 Author : kira desuke, T REVIEW AND ART -------------------------------------------------------------------------------- CHAPTER 8 : TIRED Gadis berambut soft pink itu duduk di pinggir ranjang yang ada di dalam ruangan bernuansa putih dan tercium bau beberapa obat di sekitarnya. Wajahnya terlihat takut, kecewa, sedih, bercampur jadi satu. Entah apa yang membuatnya seperti itu, yang jelas semuanya sedikit tertutupi dengan wajahnya yang pucat karena tengah sakit saat ini. Dia memandangi obat yang berserakan di bawahnya, dengan bekas sepatu di sekitarnya. Jelas sekali, bahwa obat di depannya baru saja hancur karena diinjak seseorang. Seseorang yang tak lain adalah pacarnya sendiri. Gadis itu menarik nafas, Aku.. tak pernah melihat Sai yang seperti itu, gumamnya pada dirinya sendiri. Sai, itulah nama pacarnya saat ini. Pelaku yang baru saja menghancurkan satu-satunya obat di depannya. Matanya masih memandang lurus obat di bawahnya, dekat kakinya. Sekilas, dia teringat kembali dengan pemuda berambut raven yang beberapa waktu lalu memberikan obat itu padanya. Juga kata-kata laki-laki itu yang begitu mendalam di hatinya. Meski banyak orang yang memusuhimu, pasti masih ada di antara mereka semua yang menyayangimu, Sasuke.. gumamnya lagi. Menyebut nama pemuda yang dari tadi dipikirkannya. Laki-laki yang beberapa waktu lalu selalu dibenci olehnya. Karena Uchiha Sasuke lha yang membuatnya menderita di dalam sekolah ini, dia yang memprovokasi anak-anak sekolah ini agar membencinya sebagai anak miskin, yang selalu menatapnya sinis, dia juga yang membuatnya selalu merasa ketakutan. Tapi itu dulu. Meski gadis itu tidak mau mengakuinya, sekarang Sasuke berubah. Sikap dinginnya masih tetap sama, tapi tidak sedingin dulu. Walaupun benci, gadis berambut soft pink itu harus mengaku bahwa di dekat laki-laki itu dia merasa aman, nyaman, dan hangat secara tidak langsung. Apalagi sejak kejadian yang tidak pernah dibayangkannya saat di atas gedung sekolah waktu itu. Ciuman antara dia dengan pemuda itu. Bukan berarti sang gadis menyetujui tindakan yang menurutnya kurang ajar tersebut, tapi masih teringat jelas pandangan mata onyx yang ditujukan padanya saat itu. Gadis itu merasa, tatapan mata itu mirip dengan tatapannya. Mata yang menderita. Haruno Sakura—menyadari itu, pasti tentu saja. Masalahnya sekarang, kenapa keturunan Uchiha yang harusnya memiliki kehidupan sempurna, keluarga yang lengkap, teman yang setia, kekayaan, kecerdasan, juga ketampanan yang tiada duanya, harus memiliki mata yang menderita seperti itu? Bukankah harusnya dia bahagia? Apa lagi yang kurang? Perempuan? Bisa dia dapatkan hanya dengan senyum tipis. Uang? Tak perlu meminta, dia punya kekayaan yang tak akan habis tujuh turunan. Lalu apa? Apa yang dia inginkan? Sakura, lamunannya terpecah begitu suara lembut memanggilnya, memaksanya untuk mengangkat kepala dan menatap pemilik suara tersebut. Senyum tipis yang hambar dikeluarkannya begitu melihat sang pemilik suara. Ya, Sai? tanya Sakura dengan nada yang lembut namun parau kepada kekasihnya. Laki-laki bermata onyx dan berkulit putih yang sangat pucat itu tersenyum, senyum yang biasa, Aku membawa obat untukmu, jawab Sai, sambil memberikan sebuah kantong plastik pada gadis di depannya. Sakura menerima kantong plastik itu, Hm, terima kasih, lirihnya. Tangannya bergerak untuk membuka kantong plastik itu dan mengambil isinya. Ng Sakura, Sai memulai pembicaraan di saat Sakura tengah membuka penutup obatnya, aku pulang sebentar ya? Sebenarnya aku disuruh mengerjakan tugas Anko-sensei, tapi tugasnya tertinggal di rumah padahal harusnya dikumpulkan sekarang. Setelah aku pulang, nanti aku akan balik lagi untuk menjemputmu, bagaimana? tanya Sai cemas. Sebenarnya dia tak rela meninggalkan kekasihnya yang sedang lemas seperti ini di ruang UKS sendirian. Apalagi tiga puluh menit pelajaran setelah ini, bel pulang akan berbunyi. Padahal rumahnya cukup jauh, tiga puluh menit bolak balik dari rumah menuju sekolah tentulah tidak cukup. Sakura mengangguk dan memamerkan senyum lebarnya, Tentu, tak apa kok. Lagipula sepertinya aku mulai baikan, Sakura meminum air putih untuk menelan obatnya, ..yah kurasa, Kurasa? Sai mengulang kata-kata gadis itu dengan sedikit kesal, Hhh ya sudahlah, pokoknya jangan memaksakan diri, oke? ucap Sai khawatir, Sakura terkekeh pelan dan mengangguk. Sai tersenyum lalu mencium kening Sakura, Dah, setelah itu dia membuka pintu UKS dan menutupnya perlahan. Sakura menatap pintu tempat di mana Sai keluar tadi. Perasaannya benar-benar berkecamuk sekarang. Kenapa? Kenapa saat Sai mencium keningnya, mengkhawatirkannya, dia tidak merasakan apapun? Apa yang terjadi? Ke mana perasaan yang biasanya selalu gugup dan wajah yang memerah saat Sai memperhatikannya layaknya seorang kekasih? Padahal dulu dia senang dan bahagia, karena ada yang menyayanginya seperti Sai. Ah, Sakura merasa serba salah sekarang. Air mata itu menggenang di mata hijau emeraldnya yang indah. Mengalir menuju pipi putih susunya dalam diam. Tidak ada isakan. Tidak ada erangan kesakitan. Hanya hatinya yang berteriak. Di tengah isakan air mata itu, dia berbisik lirih. Maaf Sai, aku.. tidak merasakan apa-apa lagi, . TEEET TEET Wooohooo! Akhirnya pulang juga! teriak seorang anak berambut coklat acak-acakan dengan tatto taring merah terbalik di kedua pipinya. Inuzuka Kiba. Dia memamerkan kedua taring giginya sambil meregangkan tubuhnya, ciri khasnya. Sementara anak lain yang berambut spike kuning, melemparkan pensilnya pada kertas soal yang berada di depannya, Osh! Akhirnya kita bebas hahaha! teriaknya nggak karuan. Membuat guru mereka, Genma-sensei yang kebetulan mengajar saat itu hanya geleng-geleng kepala. Dasar, oke anak-anak. Kita bertemu lusa lagi, hati-hati di jalan pulang, ucap Genma sambil mengangkat tangannya dan berjalan keluar, diiringi dengan beberapa cengiran anak-anak kelas tersebut. Sesaat setelah guru itu keluar, anak-anak lain mulai ikut keluar dari kelas tersebut. Hanya beberapa yang masih bertahan. Hei hei, main basket yok? ajak Uzumaki Naruto—laki-laki yang berambut spike kuning tadi. Kiba dan Lee terlihat semangat menyambutnya. Sementara— Mendokusai, apa kalian tidak lihat keadaan di luar? gerutu Nara Shikamaru—sang ketua kelas tapi pemalas. Mendengar gerutu Shikamaru, yang lain langsung melihat keadaan di luar. Sedetik kemudian, terdengar keluhan-keluhan kecewa. Yaaah malah hujan Naruto, besok saja deh, keluh Kiba sambil menggaruk rambut coklat jabriknya yang tidak gatal. Naruto dengan berat hati akhirnya mengangguk setuju, dengan malas dia mengambil tas ranselnya yang beberapa saat lalu sempat terlupakan. Dengan mata biru saphire-nya, Naruto melirik salah seorang sahabat dari kecilnya yang masih bertahan duduk di pojokan, Hoi Teme! Kau tidak pulang? tanya Naruto dengan setengah berteriak, mengingat dia berada di depan kelas saat ini. Sasuke yang tadi dipanggil Teme dan tengah memandangi hujan pada jendela di sampingnya, menoleh sedikit. Sasuke membuka mulutnya, Tidak, aku ada urusan, jawabnya singkat, dan sejurus kemudian laki-laki itu kembali pada acaranya yaitu mengamati hujan turun. Naruto yang tidak puas dengan jawaban Sasuke, tadinya ingin bertanya lagi. Namun dia sadar saat melirik tangan kanan Sasuke yang berada di atas kursi di sampingnya. Naruto mengerling sesaat melihat tangan Sasuke di atas tas slempang perempuan. Jelas sekali itu bukan tas Sasuke, tapi Naruto tahu siapa pemilik tas itu. Dia tersenyum menyeringai dan tanpa berniat mengganggu lagi, Naruto berlari keluar mengikuti teman-temannya yang lain. Sasuke mengetukkan jarinya di atas meja berkali-kali. Mata onyxnya terus menatap pintu kelasnya, memastikan tak akan lagi ada anak yang masuk ke dalam kelas tersebut. Cukup dua puluh menit Sasuke menunggu, dia menghentikan ketukan jarinya. Dengan cepat, dia mengambil tas slempang di sampingnya lalu memasukkan barang-barang pemilik tas tersebut ke dalamnya. Begitu selesai, dia bermaksud memberikan tas itu pada pemiliknya yang kini tengah terbaring di ruang UKS. Selesai, Sasuke membawa tas ranselnya hanya dengan satu bahu kanan. Sementara tangan kirinya membawa tas slempang itu. Sasuke berusaha waspada, yah gengsi Uchiha masih lebih besar dari semuanya. Entah kapan ego itu akan runtuh. Tidak jauh dan cukup beberapa langkah saja Sasuke sudah sampai di depan ruang UKS. Tiba-tiba detak jantungnya berdegup sangat kencang, bahkan keringat dingin mengalir di pelipisnya. Entah kenapa tangannya gemetar saat akan menggapai gagang pintu. Tarik nafas berkali-kali, Sasuke berusaha memantapkan hatinya. Satu gerakan tangan, kini dia berhasil membuka pintu ruang itu. Sasuke terdiam menatap wajah cantik yang tengah tertidur di atas tempat tidur. Detak jantungnya tambah tidak karuan sekarang. Sang gadis berambut soft pink itu masih terlelap, namun bibir ranumnya tetap menggoda. Sasuke mengepal tangannya kuat-kuat agar kejadian tadi pagi tidak terulang kembali. Dia harus sabar, jika takdir memang menentukan dia pemenangnya, maka suatu hari nanti pasti dia akan kembali merasakan bibir itu. Dan kalau takdir tidak memihak padanya, dia harus bisa mengalah. Ung, erangan gadis itu menggema, membuyarkan lamunan Sasuke yang tengah menikmati pemandangan salah satu makhluk ciptaan Tuhan di depannya. Tangan Sasuke sempat gemetar kembali, tapi tidak butuh waktu lama untuk seorang Uchiha mengendalikan emosinya. Gadis itu membuka mata, menunjukkan kedua hijau emerald yang selalu muncul dalam bayang-bayang sang pemuda, Sasu.. ke? suara bening itu menyentuh gendang telinga Sasuke. Membuat detak jantungnya berdegup dua kali lebih cepat seperti sebelumnya. Hn, Sasuke mengangguk tanpa ekspresi dan memberikan tas slempang itu pada pemiliknya, aku hanya ingin mengantarkan ini, Sakura—nama gadis itu—menatap tas yang ada di tangan Sasuke dan meraihnya, Terima kasih uhuk, Kau tak apa? tanya Sasuke, memang nadanya dingin tapi kalau diperhatikan lebih seksama akan terdengar nada kecemasan di sana. Sakura tidak menjawab, dia masih sibuk dengan batuk-batuknya. Err ya, aku tak apa, lirih Sakura. Gadis itu berdiri dan memakai tas slempangnya, tanpa mempedulikan Sasuke yang menatapnya khawatir, dia berjalan melewati laki-laki itu menuju pintu keluar. Sasuke berjalan mengikuti Sakura. Pandangan tajamnya tak sedikitpun lepas pada gadis di depannya. Jelas sekali Sakura belum sembuh sepenuhnya, jalannya saja masih goyah, dasar keras kepala batin Sasuke dalam hati. Kalau saja bisa, Sasuke pasti akan menawarkan diri untuk menggendong gadis itu dan mengantarnya pulang ke rumah. Tapi tidak, dia tidak mau membuat gadis itu semakin marah padanya. Sasuke masih setia mengawasi sampai akhirnya gadis itu berhenti tepat di depan gerbang sekolah. Sakura menatap hujan yang masih turun dengan derasnya di luar gedung sekolah. Menghela nafas, Sakura akhirnya pasrah menunggu hujan berhenti. Lagipula bukankah tadi Sai bilang akan menjemputnya kembali? Merasa itu adalah kesempatan, Sasuke menarik nafas dan berjalan hingga dia berdiri di samping Sakura. Gadis pemilik mata hijau emerald itu melirik sedikit pada laki-laki di sampingnya dan mendengus. Tahu bahwa Sakura tak mungkin mau bicara duluan, Sasuke segera memikirkan bahan pembicaraan. Sasuke melihat-lihat sekitarnya, berusaha mencari topik yang masuk akal dan setidaknya bisa mengajak gadis itu bicara banyak dengannya. Ah Sasuke baru ingat, bahwa mencari bahan pembicaraan termasuk kelemahannya yang terbesar. Err, Sasuke bersuara, mata onyxnya melirik ke kanan kiri, tanda gelisah. Sakura hanya diam memperhatikan, kau mau menunggu sampai hujan reda? tanya Sasuke dengan nada kaku. Sakura terdiam, Sepertinya tidak, jawabnya dengan ragu, Sai bilang dia akan kembali setelah mengambil tugas dan menjemputku, gumam Sakura sambil menyandarkan dirinya pada dinding di sampingnya. Sasuke sedikit tertusuk mendengar nama Sai disebut gadis pujaan di sampingnya. O-oh.. suasana kembali hening. Sasuke benar-benar mati kutu, dia bingung apa yang mau dibicarakannya sekarang. Sampai dia melirik Sakura yang sedikit menggigil di sampingnya. Kau tak bawa jaket? tanya Sasuke akhirnya. Sakura mengangguk pelan. Sasuke diam lagi, dia memperhatikan jas hitam yang dipakainya. Pikirannya bimbang sekarang. Akhirnya dengan mantap, Sasuke menurunkan tas ranselnya. Beberapa saat kemudian Sasuke membuka jas hitam seragamnya, dan perbuatannya membuat mata hijau emerald Sakura membulat, He-Hei kau mau a— Sakura terpaku saat tiba-tiba Sasuke menekannya, menutupi tubuhnya dengan jas hitam yang tadi dipakai Sasuke. Sakura menahan nafas saat wajah mereka sudah tinggal beberapa centi lagi. Pakailah, bisik Sasuke pelan, namun cukup bisa di dengar. Sakura mengamati Sasuke yang kini memindahkan jas hitam yang tadi dipasang pada tubuh depannya, dipindahkan ke belakang. Membuat jas hitam besar tersebut menggantung di punggung kecilnya, melindungi tubuhnya yang kedinginan. Satu kata yang bisa mendeskripsikan perasaan Sakura saat ini hanyalah.. Hangat. Sakura merapatkan jas hitam yang menggantung itu pada tubuhnya. Perlahan tapi pasti kedua tangan Sakura dimasukkan pada lengan jas yang kebesaran itu. Wajah Sakura yang memerah karena kedinginan itu menatap Sasuke yang kini hanya tinggal memakai kemeja putih dan tengah menatap hujan deras di depannya. Sakura menahan nafas, dia merasakan wajahnya menghangat menatap wajah pria di hadapannya. Ah Sakura, apa yang kau pikirkan? Ke-Kenapa? tanya Sakura tiba-tiba, Sasuke menatap Sakura yang kini menunduk dan merapatkan jas hitam pemberiannya pada tubuh mungil gadis itu yang kedinginan, Kenapa kau melakukan ini semua? Harusnya kau tak perlu— Aku tidak bermaksud apa-apa, potong Sasuke cepat. Mata onyxnya menatap lurus hijau emerald Sakura, berusaha menerobos masuk, nothing, yeah, bisik Sasuke, sedikit mendengus lalu dia menunduk. Sasuke? tanya Sakura perlahan. Dia mendekat pada Sasuke yang kini masih menunduk. Dengan ragu, Sakura mengulurkan tangannya, menyentuh bahu Sasuke, ada.. apa? Sasuke mengangkat wajahnya. Lagi-lagi mata itu. Mata yang menderita karena kesendirian. Sebenarnya kenapa? Sakura tidak menemukan jawabannya walau dia berusaha menatap mata onyx Sasuke dalam-dalam. Laki-laki itu terlalu pandai menyembunyikan emosinya yang meluap. Tanpa berkata lagi, Sasuke kembali menarik Sakura ke dalam pelukannya. Mengeluarkan semua hasrat yang sedari tadi ditahannya. Sakura tersentak kaget, dia berontak dan berusaha melepaskan pelukan laki-laki itu, tapi, Kenapa? Harusnya kau sadar, kenapa tidak pernah sadar? kata-kata itu keluar begitu saja. Bahkan bukan tidak mungkin kalau Sasuke tidak sadar dengan apa yang diucapkannya. Sakura tertegun di tengah pelukan Sasuke, Apa maksudmu Sasuke? Kau memang bodoh, tidak peka! Kau pikir aku harus berapa lama bertahan sampai kau sadar hah? Sasuke menggertakan giginya, Aku sudah tidak kuat, aku lelah! Aku sudah mencoba mengalah dari Sai, aku sudah mencoba menghilang dari dunia fanfiction, aku sudah mengorbankan semuanya! Sasuke menggertakan giginya makin kuat. Pelukan pada Sakura pun makin kencang, Dan apa yang kudapatkan? TIDAK ADA! Sa-Sasu— Aku lelah, lelah hanya menjadi secret admirer, lelah hanya memujamu di dunia maya, lelah melihatmu dengannya, lelah mengeluarkan ejekan kotor untuk menjatuhkanmu, uneg-uneg yang ada di hati Sasuke terpecah. Ego Uchiha mungkin sudah hancur sekarang, terutama sejak hal paling penting yang tidak boleh diketahui gadis itu kini keluar dari mulutnya. AKU LELAH HANYA MENJADI AOI-SAN! Deg Sakura tersentak. Matanya setengah melotot. Begitu pula dengan Sasuke yang langsung sadar dengan apa yang diucapkannya. Nafas Sasuke rasanya seperti tercekat, mengucapkan hal tabu yang seharusnya tidak boleh diketahui Sakura. Dan sekarang semuanya telah terbongkar, Sasuke benar-benar merasa bodoh sekarang. Dengan pelan, pemuda itu melepaskan pelukannya. Menatap mata hijau emerald gadis itu yang menatapnya dengan tatapan tidak percaya. Sasuke harus berharap bahwa ini adalah mimpi. Dan kalau itu memang mimpi, dia akan menghajar dirinya sendiri sampai dia bisa bangun dari mimpi itu walau tubuhnya babak belur dan kesakitan. Sasuke.. Aoi-san? Sasuke menelan ludah. Shit, sekarang dia harus mengelak apa? Jelas-jelas pengakuan itu keluar sendiri dari bibirnya. Mengelak hanya akan membuatnya terlihat bodoh di mata Sakura. Jadi, kau benar-benar Aoi-san? Sekarang bagaimana, Sasuke? Mengaku? Maka kau akan bisa merebut gadis itu perlahan dari sahabatmu yang menyebalkan itu. Atau kembali mengelak? Kau akan tetap pada kehidupanmu yang gelap dan tanpa cahaya seperti sekarang ini. Nah, bagaimana Uchiha Sasuke? . To Be Continued
Posted on: Wed, 20 Nov 2013 13:32:56 +0000

Trending Topics



div class="stbody" style="min-height:30px;">
COULD THESE TWO GET ANY MORE SLIMEY? FACEBOOK & GOOGLE! I

Recently Viewed Topics




© 2015