Dampak Harga Kedalai Naik Tahu dan Tempe di Buleleng Mulai Langka - TopicsExpress



          

Dampak Harga Kedalai Naik Tahu dan Tempe di Buleleng Mulai Langka Singaraja (Bisnis Bali) – Penjualan tahu dan tempe di pasar tradisional di Buleleng beberapa hari terakhir ini mulai langka. Sejumlah pedagang terpaksa berhenti berjualan karena modal mereka tidak cukup untuk membeli kedelai yang harganya terus melambung naik. Bukan hanya pedagang pengecer yang tutup, perajin kedua panganan ini belakangan ini terpaksa menutup usaha mereka sambil menunggu harga kedelai kembali normal. Pantauan Bisnis Bali di Pasar Banyuasri, Singaraja, Senin (9/9) beberapa pedagang tampak menutup lapak tempat mereka berjualan. Di los pasar ini biasanya ada lebih dari sepuluh pedagang, kini hanya tersisa dua pedagang saja. Pedagang yang tidak berjualan itu karena modal mereka tidak cukup untuk membeli bahan baku kedelai yang harganya terus merangkak naik. Sementara harga tahu dan tempe sangat sulit dinaikkan dan berkali-kali pernah menaikkan harga, pembeli mulai meninggalkan tahu dan tempe. Pedagang yang masih berjualan itu mengaku memaksakan berjualan hingga beberapa hari ke depan. Seorang pedagang asal Lingkungan Taman Sari, Kelurahan Kampung Baru, Singaraja Fitriah mengatakan, beberapa temannya sesama pedagang sudah banyak yang tidak berjualan. Dia sendiri mengaku waswas dan masih memaksa tetap berjualan untuk beberapa hari ke depan. Untuk sementara Fitriah terpaksa mengubah ukuran ketebalan tempe, sehingga bisa menghemat bahan baku. Sedangkan tahu dia mencoba menjual tahu dengan harga sama namun mengurangi isi tiap bungkus tahu yang dijualnya. Saat harga kedelai masih normal, satu bungkus tahu isi delapan petak kecil, kini dikurangi lagi dua, sehingga tiap bungkus berisi enam petak kecil tahu. “Kalau tidak seperti ini caranya tidak bisa jualan karena pembeli tidak mau harga tahu dan tempe dinaikkan dan sudah pernah dinaikkan mereka bisa membeli bahan lauk yang lain,” katanya. Fitriah dan pedagang lainnya mengaku hanya bisa pasrah menyusul kenaikan harga kedelai yang terus membungbung tinggi. Dia mengaku jika terus-terusan kedelai harganya naik, maka dia akan menjual komoditi lain. Di tengah kondisi sulit bagi pedagang tahu atau tempe belakangan ini, Fitriah dan pedagang lainnya berharap pemerintah bisa mengambil langkah untuk segera menstabilkan harga kedelai seperti semula. Bahkan, pedagang berharap pemerintah bisa memberikan dana subsidi untuk pembelian kedelai, sehingga upaya ini bisa meringankan beban usaha mereka, dan bisnis satu ini bisa tetap berjalan seperti biasa. “Kalau bisa kami dikasi keringanan semacam ada subsidi harga, sehingga kami bisa tetap berjualan,” jelasnya. Sementara pantauan di perkampungan yang banyak memproduksi tahu maupun tempe tampak beberapa perajin sudah menutup usaha mereka lantaran harga kedelai terus merangkak naik hingga tembus Rp 9.500 per kilogram. Hanya beberapa perajin saja yang masih bertahan dan tetap berproduksi. Meski bisa bertahan, namun perajin ini juga pasrah dan jika arga kedelai terus merangkak naik, tidak menutup kemungkinan semua perajin tahu dan tempe di Buleleng tutup, hingga harga kedelai kembali normal. *mud
Posted on: Mon, 09 Sep 2013 15:29:49 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015