Dekat & Akrab Mengungkap Pesan Dibalik Komunikasi - TopicsExpress



          

Dekat & Akrab Mengungkap Pesan Dibalik Komunikasi Visual Premiernya sudah lama, tapi belum sempat dibahas KPU Telah mengeluarkan Keputusan KPU No 15 Tahun 2013 yang mengatur atribut peraga kampanye berupa spanduk dan baliho. Beberapa poin cukup debatable dan agak kontroversial, bahkan terjadi diantara penyelenggara pemilu sendiri. Namun, bagi kami yang punya basic disiplin manajemen pemasaran, aturan tersebut memang sangat mengekang ruang berekspresi. Namun, sebelum kehilangan momen, kami ingin membahas beberapa makna dibalik pesan visual. Semoga bermanfaat. Pertama, Gaya Berkomunikasi Ada perbedaan mencolok antara model komunikasi orang besar dengan orang kecil. Orang kecil suka membesarkan dirinya dengan bersanding dengan orang besar. Mereka suka berpose dan memajang fotonya dengan tokoh besar. Entah pejabat, artis, pengusaha, ulama dll. Dikandung maksud, dia ikut mendompleng ketenaran dan dilihat orang lain memiliki tingkatan yang sama dengan tokoh dimaksud. Atau setidaknya memiliki ikatan historis dan jaringan yang kuat. Dia menjadi besar karena berdekatan dengan orang besar. Sebaliknya, orang besar suka membesarkan dirinya dengan cara bersanding dengan orang kecil. Lihat saja posenya gubernur, bupati atau tokoh – tokoh yang digadang – gadang nyalon presiden. Pose yang dijual adalah berteman dengan petani, nelayan, pedagang, orang kecil dll. Mereka menjadi besar karena mendekatkan diri dengan orang kecil atau kawula alit. Memang, kita dibuat garing dengan pemandangan foto baliho caleg yang hambar. Sangat pakem dengan nama, nomor, gambar dan ajakan mencoblos. Sesekali kadang ditambahi dengan jargon yang terdengar klise. Menjadi tantangan tersendiri bagi caleg untuk menampilkan baliho yang lebih berkelas. Sebenarnya itu cukup mudah di pelajari koq. Sayang, baliho caleg sudah dilarang alias masa tayangnya sudah usai. Kedua, Basis Komunitas Jika kita menggunakan dikotomi santri, priyayi dan abangan maka mudah dipastikan bahwa partai islam memiliki sekup pasar yang kecil yaitu basis santri. Jumlahnya tidak banyak, karena mereka yang benar – benar santri biasanya juga menolak sistem atau terjebak politik aliran. Ceruk pasarnya menjadi semakin menyempit. Trayek angkutannya sangat banyak, tapi memperebutkan penumpang yang sedikit. Benar – benar tidak ekonomis dan rawan konflik. Satu – satunya jalan, segmentasi pasar harus diperluas. Mendobrak tradisi perlu visualisasi yang kuat. Meski untuk menampilkan kesenian kuda lumping yang penuh mistis masih berat bagi caleg parpol islam, tapi arah untuk mengakomodasi golongan abangan harus ada. Disini berlaku konsep : satu gambar seribu makna. Sayang, baliho caleg sudah expired. Tapi bukan berarti kita tengah berhadapan dengan jalan buntu. Iklan rokok luar biasa batasannya ; harus ada peringatan bahaya merokok, tidak boleh menampilkan produk rokok, tidak boleh ada visualisasi orang sedang merokok, tayangnya iklan diatas jam 10 malam dll. Tapi, makin kreatif aja iklan rokok kan? Tantangannya adalah, bisakan iklan politik juga mengadopsi kreatifitas iklan rokok? Jadi tenang saja bung, “Dunia Belum Berakhir”
Posted on: Mon, 30 Sep 2013 09:25:15 +0000

Trending Topics



1406001302969154">Conversation started Wednesday Khadija Mohamed 11/6,
should a person approach a celebrity on the street be it cinema,
Malhamah Kubro (Perang Terbesar Akhir
3 years ago this week I met with Simon Bailey. We discussed my
Jungbrunnen Es gibt ihn tatsächlich Elfi Sinn, Heilpraktikerin
One of my dirty little secrets is that I love “World Music”,
AIRPORT par AIR INDIA ki FLIGHT #9 ke Plane Ki SEAT
17 years ago today, I was 14 days away from giving birth to my 1st

Recently Viewed Topics




© 2015