EPISTEMOLOGI DALAM TEOLOGI : CATATAN ATAS ISLAMOLOGI HASAN - TopicsExpress



          

EPISTEMOLOGI DALAM TEOLOGI : CATATAN ATAS ISLAMOLOGI HASAN HANAFI Hasan Hanafi mendefinisikan teologi atau ilmu ushuluddin adalah “sebuah ilmu pengetahuan yang digulirkan untuk menetapkan ideologi-ideologi religius melalui dalil-dalil ideologis. Artinya, pembangunan ideologi Islam berdasarkan atas asas-asas rasionalisme demonstratif (‘aqliyyah burhaniyyah) sehingga memungkinkan untuk memahami, memunculkan, dan membela ideologi Islam tersebut.” Menurut Hasan Hanafi ada nama-nama lain ilmu ushuluddin, yaitu: 1) Ilm ushuluddin, 2) ilm al-kalam, 3) ilm al-aqaid al-islamiyyah, 4) ilm al-tauhid, 5) ilm al-dzat wa al-shifa. Hasan Hanafi berpandangan, kebutuhan ilmu ushuluddin adalah strukturisasi dan teoritisasi ideologi dan hipotesis (putusan rasional) dalil-dalil ideologi pasca kematian rasul yang berpegang teguh pada rasio dan naql (teks religius). Bagi Hasan Hanafi, ada dua manfaat ilmu ushuluddin, yakni manfaat di dunia (sistematisasi problem kehidupan), dan manfaat di akhirat (selamat dari siksa dan mencapai kebahagiaaan). Sedangkan orientasinya: justifikasi kepercayaan religius dan purifikasi keimanan dengan keyakinan. Dalam pandangan Hasan Hanafi, Ilmu ushuluddin merupakan ilmu pengetahuan paling mulia karena mengkaji objek tertinggi, Allah. Selanjutnya, Hasan Hanafi mengkategorikan karya-karya ilmu ushuluddin pada dua kategori: sejarah Islam sekte Islam, Kedua, keyakinan keislaman yang mengungkap pandangan-pandangam sektarian. Menurut Hasan Hanafi, ilmu ushuluddin dibangun di atas proposisi teoritis tentang ilmu pengetahuan karena “pengetahuan atas sebuah ilmu pengetahuan hanya diketahui setelah mengetahui pengetahuan itu sendiri”. Untuk itu, perlu diketahui “kemungkinan-kemungkinan manusia untuk mengetahuinya”. Menurut Hanafi, sekarang, proposisi epistemologis ini digugurkan dengan memulai keyakinan dari keimanan atau taklid. Secara lugas, Hasan Hanafi, mennyatakan bahwa,”rasio adalah dasar naql (wahyu)”. Karena itu, inferensi aqidah Islam, seperti “Allah berfirman” dan “Nabi bersabda” adalah salah sebab ia bersifat spekulatif-hipotetik. Ia menjadi keyakinan melalui argumen-argumen rasional. Keniscayaan, bagi Hasan Hanafi, hanya terdapat dalam pengetahuan alam, bukan dalam pengetahuan Allah, sebab kita tidak akan mengetahui esensi Allah. Menurutnya, “kita mengenal kesan-kesan Tuhan di alam untuk mengetahui hukum-hukum alam dan operasionalisasinya bagi kesejahteraan manusia. Karena itu, pengetahuan alam merupakan introduksi-proposisi bagi pengetahuan Allah, dan naturalitas adalah intruduksi-introduksi bagi ketuhanan.” Catatan Hasan Hanafi, meskipun epistemologi mampu mendapatkan dasar-dasar kognitif-universal (konstruksi naql atas dasar rasio), ia tetap berada dalam domain logika epistemologi klasik, ilmu pengetahuan formal. Dunia kontemporer tidak akan mampu membangun sebuah ilmu pengetahuan tanpa menggunakan konstruk ilmu pengetahuan tentang kesadaran kemanusiaan dan pertautan agama dengan kepentingan publik dan pengaruh konsepsi religi terhadap pragmatism religius. karenanya, ideologi religius ditegakkan melalui siklus ideologi revolusioner.
Posted on: Mon, 11 Nov 2013 15:48:28 +0000

Recently Viewed Topics




© 2015