Email SarankanTweet Cetak Paolo Maldini. (Getty Images/Vittorio - TopicsExpress



          

Email SarankanTweet Cetak Paolo Maldini. (Getty Images/Vittorio Zunino Celotto) Ditulis oleh: Gita aditya Tepat empat tahun lalu, AC Milan dan khususnya sepak bola Italia ditinggalkan oleh salah satu pemain terbaiknya bernama Paolo Maldini. Ia memutuskan untuk gantung sepatu di usianya yang ke 41 tahun setelah 25 tahun berkarier di tim senior Milan. Jika turut menghitung karir juniornya, Maldini telah bersama tim merah hitam selama 31 tahun atau sejak ia berusia 10 tahun. Maldini adalah salah satu dari sedikit pemain di dunia sepak bola yang menghabiskan karirnya hanya bersama satu klub. Sebutan La Bandiera dan dipensiunkannya nomor punggung 3 di Milan memang menjadi penghargaan pantas yang ia dapat sebagai imbalan atas loyalitas yang luar biasa. Saat ini, pemain dengan perjalanan karir seperti Maldini bisa dihitung dengan jari. Francesco Totti, Daniele De Rossi, Iker Casillas, Carles Puyol, Xavi Hernandez, Ryan Giggs, Paul Scholes dan John Terry adalah beberapa di antaranya. Maldini mengawali karir sebagai bek kiri, sebelum kemudian berpindah ke posisi bek tengah saat kecepatan tidak bisa lagi ia andalkan. Pasca pensiunnya Franco Baresi dan menurunnya performa Alessandro Costacurta, Maldini memang diplot sebagai bek tengah. Duet Maldini bersama Alessandro Nesta tetap menjadikan Milan sebagai tim dengan pertahanan solid. Bersama Milan, Maldini meraih 7 juara Liga Italia, 5 Liga Champions dan 3 Piala Interkontinental di antaranya. Namun di luar gelar demi gelar yang ia dapat, banyak sisi menarik dari pemain ini. Maldini adalah pemain belakang dengan kemampuan teknis di atas rata-rata. Ia mampu memainkan bola dengan baik, mengoper dan kadang mencetak gol. Maldini bukanlah pemain belakang yang terlalu banyak berlari dan melakukan tekel. Penempatan posisinya yang cemerlang memang menjadi andalannya sehingga ia tidak perlu banyak melakukan tekel untuk menghentikan lawan. Kepemimpinannya juga diakui sejak 1997 saat ia mulai dipercaya menjadi kapten Milan hingga pensiun tahun 2009. Kepiawaian Maldini dalam memainkan bola memang dibentuk sejak awal-awal karirnya saat Arrigo Sacchi melatih tim ini. Bersama Sacchi, Milan memainkan taktik revolusioner saat itu dengan memainkan zone press atau kedisiplinan zona. Dengan taktik itu, Sacchi menekankan pentingnya pergerakan tanpa bola bagi pemain-pemainnya. Dalam beberapa kesempatan, Sacchi bahkan pernah menyuruh pemain-pemainnya berlatih tanpa bola, hanya berlari-lari dengan formasi di lapangan latihan. Akibatnya, calon lawan yang melakukan pengintaian bingung karena melihat para pemain Milan hanya berlari-lari di lapangan tanpa menggunakan bola di kakinya. Maldini sendiri mengakui bahwa periode tersebut adalah periode yang banyak membentuk karakter permainannya. Meski Sacchi adalah pelatih yang menginginkan timnya bermain menyerang, bukan berarti ia melupakan pertahanan. Bagi Sacchi, pertahanan yang kokoh tidak sekadar kemampuan menjaga lawan dan menghentikan lawan. Sacchi menginginkan pertahanan yang sistematis. Dengan kedisiplinan yang tinggi pada posisi, para pemain tengah Milan memang dituntut untuk melakukan penekanan atau pressing pada lawan sejak mereka kehilangan bola. Bukan hanya soal teknis di lapangan, Maldini juga banyak belajar mengenai mentalitas untuk selalu menjadi yang terbaik dan berpikir besar. Silvio Berlusconi adalah Presiden Milan yang datang pertama kali ke klub ini pada 1986. Saat itu, Milan telah berada pada kondisi mengenaskan dengan hutang menumpuk dan kering prestasi. Mereka juga baru terjerat hukum terkait skandal pengaturan skor yang dikenal dengan nama skandal Totonero. Di luar hal-hal kontroversial yang kerap ia lakukan, Berlusconi adalah sosok karismatik yang ingin menjadikan Milan sebagai klub terbaik dunia. Dengan visinya, ia menunjuk Sacchi yang saat itu sama sekali bukan pelatih dengan nama besar. Meski penunjukan itu menjadi bahan cemoohan, Berlusconi tidak peduli. Ia memiliki pandangan bahwa Sacchi akan membawa Milan pada kesuksesan. Benar saja, Sacchi kemudian membawa Milan meraih gelar 1 scudetto, 2 coppa Italia dan 2 gelar Eropa (Liga Champions). Era Sacchi berakhir pada 1991 saat sang pelatih ditunjuk menangani tim nasional Italia menggantikan Azeglio Vicini. Selanjutnya, Berlusconi kembali menunjuk sosok yang juga tidak terkenal saat itu, yaitu Fabio Capello. Di tangan Capello, permainan Maldini kian matang. Maldini juga pertama kalinya menjabat sebagai kapten di periode ini. Solidnya permainan Maldini di lini belakang ditambah dengan visi permainan dan kepemimpinan yang di atas rata-rata diakui dunia tahun 1995. Saat itu, Maldini meraih penghargaan individual tertinggi sepanjang karirnya yaitu urutan ke 2 pemain terbaik dunia dibawah George Weah. Sebagaimana hidup, kisah pahit juga menghiasi karir Maldini. Pada pertandingan terakhirnya di San Siro, sekelompok kecil Milanisti memperlihatkan gestur tidak menyenangkan pada sang kapten. Dan ironisnya, mereka membentangkan kaus raksasa bernomor punggung 6 milik Franco Baresi, yang mereka akui sebagai kapten Milan sesungguhnya. Meski perilaku tersebut bukanlah pemandangan yang ia harapkan di hari terakhir pertandingannya, namun sang kapten tidak menghiraukannya. Maldini adalah pemain belakang ikonik dunia pada masa jayanya. Ia meraih banyak gelar di level klub, namun ironisnya gelar di tim nasional tak kunjung didapatnya. Ia memulai kiprah turnamen Italia di Piala Dunia 1990 saat Italia menjadi tuan rumah. Italia tersingkir di semifinal oleh Argentina. Hingga Maldini pensiun setelah Piala Dunia 2002, prestasi terbaiknya hanya runner up Piala Dunia 1994 dan Piala Eropa 2000. Meski demikian, Maldini adalah salah satu contoh pemain berkelas yang mampu menjaga level permainannya dalam kurun waktu yang lama. Kehebatannya bukanlah sesuatu yang datang pada suatu waktu, namun hilang beberapa saat kemudian. Kesulitan Milan yang hingga saat ini masih sulit menemukan sosok pemimpin di lapangan adalah pertanda betapa kehilangannya klub ini pada sosok sang kapten. Saya pernah menyaksikan langsung sang legenda bermain, meski setelah ia pensiun. Bersama Milan Glorie saat datang ke Jakarta. Dalam laga eksebisi yang ia lakoni bersama rekan-rekan lamanya, Maldini tetaplah pemain sama yang permainannya elegan dan enak dilihat. Di hari ulang tahunnya yang jatuh pada tanggal 26 Juni 2013 lalu - Maldini lahir pada 26 Juni 1968 - saya ingin mengucapkan selamat ulang tahun kepada sang kapten legenda. Kelas, kepemimpinan, loyalitas dan kecintaanmu pada permainan sepak bola adalah teladan yang patut dicontoh oleh pemain-pemain muda kini.
Posted on: Fri, 28 Jun 2013 04:03:00 +0000

© 2015