Enam Balitbangda Jadi Percontohan Pengembangan Sistem - TopicsExpress



          

Enam Balitbangda Jadi Percontohan Pengembangan Sistem Inovasi Fri,19 July 2013 | 22:08 Oleh Dewanti Lestari Jakarta, 19/7 (Antara) - Enam Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda), yakni Balitbang provinsi Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Banten, Jawa Tengah, Gorontalo dan Kalimantan Selatan dijadikan percontohan pengembangan Sistem Inovasi Daerah (Sida). "Mereka diharapkan jadi pelopor pengembangan Sistem Inovasi Daerah," kata Deputi Kelembagaan Iptek Kementerian Riset dan Teknologi (Kemristek) Dr Mulyanto pada Penandatanganan Perjanjian Kerja sama Fasilitasi Peningkatan Kapasitas Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BPPD) antara Kemristek dan enam Balitbang provinsi di Jakarta, Jumat. Pembentukan Sistem Inovasi Daerah, ujarnya, diharapkan memotivasi masyarakat dan lembaga-lembaga setempat berinovasi dan turut aktif dalam pembangunan di daerah sehingga mampu meningkatkan perekonomian dan kesejahteraannya. Keenam Balitbangda ini, ujar Mulyanto, mendapatkan pendanaan masing-masing sebesar Rp300 juta dari APBN Kemristek 2013 untuk peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) dalam rangka membentuk sistem inovasi. "Untuk tahun pertama mereka dituntut membuat sistemnya dulu dengan menyusun peta rencana (roadmap) Sida yang diintegrasikan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)," katanya. Keenam Balitbangda ini terpilih melalui seleksi yang ketat melalui kuesioner dan proposal menyangkut fasilitas dan SDM yang mereka miliki serta rencana sistem inovasi ke depan, ujarnya. Menurut Mulyanto, sudah ada Peraturan Bersama Menristek no 03 tahun 2012 dan Kemdagri no 36 tahun 2012 yang menjadi landasan penguatan Sida ini. Sementara itu, Sekretaris Balitbangda Kalimantan Selatan Taufik Rachman yang hadir dalam penandatanganan itu mengatakan, Kalsel memiliki banyak potensi sumber daya alam yang perlu diolah agar lebih bernilai dan bermanfaat bagi masyarakat lokal, seperti karet, sawit dan lain-lain. Selama ini, ujarnya, karet Kalsel punya banyak masalah, seperti bibitnya yang tak unggul sehingga produktivitasnya rendah, hanya sekitar 900 kg/ha/tahun, padahal Malaysia bisa 2.000 kg/ha/tahun. Selain itu kualitas bahan olah karetnya (bokar) juga rendah, karena setelah disadap, petani hanya membekukannya dengan pupuk Urea, sehingga perlu teknologi pembekuan untuk memperbaiki, ujarnya. "Kami baru berharap di produk mentahnya dulu, belum sampai produk jadi. Kami optimistis ini kerja sama jangka panjang, dimana pembinaan Kemristek tak hanya sampai roadmap, tapi sampai ke penerapannya, sampai program dan kegiatannya. Kalau perlu dilanjutkan dengan APBD kami sendiri," katanya. Kaswir (T.D009/B/Kaswir/Kaswir) 19-07-2013 21:55:08
Posted on: Fri, 19 Jul 2013 16:09:26 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015