ISLAM akan BERJAYA KEMBALI #REMEMBER1453 Dan di antara - TopicsExpress



          

ISLAM akan BERJAYA KEMBALI #REMEMBER1453 Dan di antara tanda-tanda Kiamat adalah penaklukan kota Konstantinopel -sebelum keluarnya Dajjal- di tangan kaum muslimin. nan dapat difahami dari berbagai hadits bahwa penaklukan ini terjadi setelah peperangan mereka dgn bangsa Romawi pada sebuah peperangan nan sangat besar & kemenangan kaum muslimin atas mereka. Waktu itu kaum muslimin pergi menuju Konstantinopel, lalu Allah menaklukkannya utk kaum muslimin tanpa ada peperangan. Senjata mereka hanyalah takbir & tahlil (ucapan Laa ilaaha illallaah). Dijelaskan dlm sebuah hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahwasanya Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: سَمِعْتُمْ بِمَدِينَةٍ جَانِبٌ مِنْهَا فِـي الْبَرِّ وَجَانِبٌ مِنْهَا فِي الْبَحْرِ؟ قَالُوا: نَعَمْ يَا رَسُولَ اللهِ. قَالَ: لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَغْزُوَهَا سَبْعُونَ أَلْفًا مِنْ بَنِي إِسْحَاقَ، فَإِذَا جَاءُوهَا نَزَلُوا، فَلَمْ يُقَاتِلُوا بِسِلاَحٍ وَلَمْ يَرْمُوا بِسَهْمٍ، قَالُوا: لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، فَيَسْقُطُ أَحَدُ جَانِبَيْهَا -قَالَ ثَوْرٌ( أَحَدَ رُوَاةِ الْحَدِيْثِ) لاَ أَعْلَمُهُ إِلاَّ قَالَ:- الَّذِي فِي الْبَحْرِ، ثُمَّ يَقُولُوا الثَّانِيَةَ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، فَيَسْقُطُ جَانِبُهَا اْلآخَرُ، ثُمَّ يَقُولُوا: لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، فَيُفَرَّجُ لَهُمْ، فَيَدْخُلُوهَا، فَيَغْنَمُوا، فَبَيْنَمَا هُمْ يَقْتَسِمُونَ الْغَنَائِمَ، إِذْ جَاءَ هُمُ الصَّرِيخُ، فَقَالَ: إِنَّ الدَّجَّالَ قَدْ خَرَجَ، فَيَتْرُكُونَ كُلَّ شَيْءٍ وَيَرْجِعُونَ. “Pernahkah kalian mendengar 1 kota nan 1 sisinya ada di daratan sementara 1 sisi (lain) ada di lautan?” Mereka menjawab, “Kami pernah pernah mendengarnya, wahai Rasulullah” Beliau berkata, “Tidak akan tiba hari Kiamat sehingga 70. 000 dari keturunan Nabi Ishaq menyerangnya (kota tersebut), ketika mereka (bani Ishaq) mendatanginya, maka mereka turun. Mereka tak berperang dgn senjata, tak pula melemparkan 1 panah pun, mereka mengucapkan, ‘Laa ilaaha illallaah wallaahu Akbar, maka salah 1 sisinya jatuh (ke tangan kaum muslimin) -Tsaur (*2) (salah seorang perawi hadits) berkata, “Aku tak mengetahuinya kecuali beliau berkata, ‘Yang ada di lautan. ” Kemudian mereka mengucapkan utk kedua kalinya, ‘Laa ilaaha illallaah wallaahu Akbar, akhirnya salah 1 sisi lainnya jatuh (ke tangan kaum muslimin). Lalu mereka mengucapkan utk ketiga kalinya: ‘Laa ilaaha illallaah wallaahu Akbar, lalu diberikan kelapangan kepada mereka. Mereka masuk ke dalamnya & mendapatkan harta rampasan perang, ketika mereka se-dang membagi-bagikan harta rampasan perang, tiba-tiba saja datang orang nan berteriak meminta tolong, dia berkata, “Sesungguhnya Dajjal telah keluar, lalu mereka meninggalkan segala sesuatu & kembali. ” (*3) Ada sesuatu nan musykil dlm ungkapan hadits ini: . . . يَغْزُوَهَا سَبْعُونَ أَلْفًا مِنْ بَنِي إِسْحَاقَ. “… Sehingga 70. 000 dari bani Ishaq menyerangnya…” Sementara bangsa Romawi adalah keturunan Ishaq, karena mereka dari keturunan al-Shis bin Ishaq bin Ibrahim al-Khalil Alaihissallam (*4). Maka bagaimana bisa penaklukan kota Konstantinopel dilakukan oleh mereka? Al-Qadhi ‘Iyadh berkata, “Demikianlah semua ungkapan nan ada dlm Shahiih Muslim: ‘Dari bani Ishaq. ” Kemudian beliau berkata, “Sebagian dari mereka berkata, ‘Yang terkenal lagi terjaga ungkapannya adalah dari bani Ismail,” inilah makna nan ditunjukkan oleh hadits, karena nan dimaksud sebenarnya adalah orang-orang Arab. ” (*5) Sementara itu al-Hafizh Ibnu Katsir berpendapat sesungguhnya hadits ini menunjukkan bahwa bangsa Romawi memeluk Islam di akhir zaman. Barangkali penaklukan kota Konstantinopel dilakukan oleh sebagian dari mereka, sebagaimana diungkapkan oleh hadits terdahulu, ‘Sesungguhnya 70. 000 orang dari bani Ishaq memeranginya. ” Pendapat ini diperkuat dgn kenyataan bahwa mereka dipuji di dlm hadits al-Mustaurid al-Qurasy, dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: تَقُومُ السَّاعَةُ وَالرُّومُ أَكْثَرُ النَّاسِ، فَقَالَ لَهُ عَمْرٌو: أَبْصِرْ مَا تَقُولُ. قَالَ: أَقُولُ مَا سَمِعْتُ مِنْ رَسُـولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. قَالَ: لَئِنْ قُلْتَ ذَلِكَ إِنَّ فِيهِمْ لَخِصَالاً أَرْبَعًا إِنَّهُمْ َلأَحْلَمُ النَّاسِ عِنْدَ فِتْنَةٍ، وَأَسْرَعُهُمْ إِفَاقَةً بَعْدَ مُصِيبَةٍ، وَأَوْشَكُهُمْ كَرَّةً بَعْدَ فَرَّةٍ، وَخَيْرُهُمْ لِمِسْكِينٍ وَيَتِيمٍ وَضَعِيفٍ، وَخَامِسَةٌ حَسَنَةٌ جَمِيلَةٌ وَأَمْنَعُهُمْ مِنْ ظُلْمِ الْمُلُوكِ. ‘Kiamat akan tegak sementara bangsa Romawi adalah manusia nan paling banyak,” lalu ‘Amr berkata (kepada al-Mustaurid), “Jelaskanlah apa nan kau ucapkan itu” dia berkata, “Aku mengatakan apa nan aku dengar dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. ” Dia berkata, “Jika demikian nan engkau ungkapkan, maka sesungguhnya di dlm diri mereka ada 4 (keistimewaan): sesungguhnya mereka adalah manusia paling tenang ketika datang fitnah, paling cepat sadar ketika terjadi musibah, paling cepat menyerang setelah mundur, & sebaik-baiknya (manusia) dlm menghadapi orang miskin, anak yatim & orang lemah, & nan kelima adalah sesuatu nan indah lagi elok, yaitu mereka orang nan paling bersemangat mencegah kezhaliman para raja. ” (*6) Komentar saya: Di antara dalil nan menunjukkan bahwa orang-orang Romawi di akhir zaman memeluk Islam adalah hadits Abu Hurairah terdahulu tentang peperangan bangsa Romawi. Waktu itu bangsa Romawi berkata kepada kaum muslimin: خَلُّوا بَيْنَنَا وَبَيْنَ الَّذِينَ سَبَوْا مِنَّا نُقَاتِلْهُمْ. فَيَقُولُ الْمُسْلِمُونَ: لاَ وَاللهِ لاَ نُخَلِّي بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ إِخْوَانِنَا. “Biarkanlah kami membunuh orang-orang nan tertawan dari kalangan kami. ” Kemudian kaum muslimin berkata, “Kami tak akan membiarkan kalian memerangi saudara-saudara kami. ” (*7) Bangsa Romawi meminta kepada kaum muslimin agar membiarkan mereka memerangi orang nan telah ditawan dari kalangan mereka karena mereka telah memeluk Islam, lalu kaum muslimin menolaknya & menjelaskan kepada orang-orang Romawi bahwa orang nan telah masuk Islam dari kalangan mereka adalah saudara-saudara kami, maka kami tak akan menyerahkannya kepada siapa pun. Kenyataan banyaknya pasukan kaum muslimin dari kalangan orang-orang nan sebelumnya ditawan dari kalangan orang-orang kafir bukanlah hal nan aneh. Imam an-Nawawi rahimahullah berkata, “Hal ini ada pada zaman kita ini sekarang ini, bahkan kebanyakan pasukan Islam di negeri-negeri Syam, & Mesir adalah para tawanan, kemudian mereka sekarang ini -alhamdulillaah- adalah orang nan menawan orang-orang kafir, & beberapa kali menawan mereka di zaman kita ini ini, 1 kali saja mereka menawan ada beberapa ribu orang kafir nan ditawan, maka segala puji hanya bagi Allah nan telah memberikan kemenangan & kejayaan kepada Islam. (*8) Pendapat nan mengatakan bahwa nan menaklukkan Konstantinopel adalah orang-orang dari keturunan Ishaq diperkuat oleh kenyataan bahwa pasukan Romawi jumlahnya mencapai jutaan. Sebagian dari mereka tewas & nan lainnya masuk ke dlm Islam, & nan masuk Islam dari kalangan mereka bergabung dgn pasukan kaum muslimin utk menaklukan Kon-stantinopel, wallaahu alam. Penaklukan Konstantinopel tanpa peperangan belum terjadi sampai se-karang. Imam at-Tirmidzi meriwayatkan dari Anas bin Malik, bahwasanya beliau berkata: فَتْحُ الْقُسْطَنْطِينِيَّةِ مَعَ قِيَامِ السَّاعَةِ. “Penaklukan Konstantinopel terjadi seiring dgn akan terjadinya hari Kiamat. “ Kemudian at-Tirmidzi berkata, “Mahmud -maksudnya adalah Ibnu Ghailan, guru at-Tirmidzi- berkata, ‘Hadits ini gharib. Konstantinopel adalah sebuah kota di Romawi, ditaklukkan ketika Dajjal keluar. Sedangkan Konstantinopel telah ditaklukkan pada zaman Sahabat Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. ”(*9) Yang benar bahwa Konstantinopel tak pernah ditaklukkan pada zaman Sahabat, karena Muawiyah Radhiyallahu anhu mengirim anaknya, Yazid, ke sana dgn membawa pasukan nan di antara mereka adalah Abu Ayyub al-Anshari, & penaklukannya belum sempurna. Kemudian daerah tersebut dikepung oleh Maslamah bin ‘Abdil Malik, akan tetapi belum juga bisa ditaklukan, akan tetapi beliau melakukan perdamaian dgn penduduknya utk mendirikan masjid di sana. ” (*10) Penaklukan nan dilakukan bangsa Turk terhadap Konstantinopel pun terjadi dgn peperangan. Kemudian negeri tersebut saat ini berada di tangan orang-orang kafir & akan ditaklukkan kembali dgn penaklukan nan terakhir, sebagaimana dikabarkan oleh orang nan dibenarkan ucapannya Shallallahu alaihi wa sallam. Ahmad Syakir rahimahullah berkata, “Penaklukan Konstantinopel nan merupakan sebagai kabar gembira dlm hadits ini akan terjadi di kemudian hari, cepat ataupun lambat, hanya Allahlah nan mengetahuinya. Ia adalah penaklukan nan benar (adanya) ketika kaum muslimin kembali kepada agamanya, padahal sebelumnya mereka menolaknya. Adapun penaklukan nan dilakukan bangsa Turk nan terjadi sebelum zaman kita ini ini, maka hal itu hanya sebagai pembuka bagi penaklukan nan terakhir (paling besar). Kemudian kota ini keluar dari kekuasaan kaum muslimin ketika pemerintahan di sana telah mengumumkan bahwa pemerintahannya bukanlah pemerintahan Islam & bukan pemerintahan agama. Mereka telah melakukan perjanjian dgn orang-orang kafir, musuh-musuh Islam, & memberlakukan undang-undang kafir terhadap penduduknya. Penaklukan nan dilakukan oleh kaum muslimin akan kembali dilakukan insya Allah, sebagaimana dikabarkan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. ” (*11) [Disalin dari kitab Asyraathus Saaah, Penulis Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil, Daar Ibnil Jauzi, Cetakan Kelima 1415H-1995M, Edisi Indonesia Hari Kiamat Sudah Dekat, Penerjemah Beni Sarbeni, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir] Referensi (*1). Kota bangsa Romawi, dinamakan Konstantinopel, yaitu sebuah kota nan terkenal pada zaman sekarang dgn nama Istanbul, 1 kota di Turki. Pada masa lalu terkenal dgn sebutan Bizantium, kemudian ketika raja tertinggi Bizantium memimpin Romawi, dia membangun pagar di sana & menamakannya dgn sebutan Konstantinopel & menjadikannya sebagai ibu kota bagi kerajaannya. Daerah tersebut memiliki teluk nan mengelilingi 2 sisi, sebelah timur & utara (di lautan), & kedua sisinya nan lain, yaitu sebelah barat & selatan adalah di daratan. Lihat kitab Mujamul Buldaan (IV/347-348), karya Yaqut al-Hamawi. (*2). Dia adalah Tsaur bin Zaid ad-Daili mawali mereka adalah al-Madani, tsiqah, wafat pada tahun (135 H) rahimahullah. Lihat Shahiih Muslim (XVIII/43, an-Nawawi), & Tahdziibut Tahdziib (II/ 31-32). (*3). Shahiih Muslim, kitab al-Fitan wa Asyraatus Saaah (XVIII/43-44, Syarh an-Nawawi). (*4). Lihat an-Nihaayah/al-Fitan wal Malaahim (I/58) tahqiq Dr. Thaha Zaini. (*5). Syarh an-Nawawi li Shahiih Muslim (XVIII/43-44). (*6). Shahiih Muslim, kitab al-Fitan wa Asyraathus Saaah (XVIII/22, Syarh an-Nawawi). (*7). Shahiih Muslim (XVIII/21, Syarh an-Nawawi). (*8). Syarah an-Nawawi li Shahiih Muslim (XVIII/21). (*9). Jaami at-Tirmidzi, bab Maa Jaa-a fii ‘Alaamatil Khuruujid Dajjal (VI/498). (*10). Lihat an-Nihaayah fil Fitan wal Malaahim (I/62) tahqiq Dr. Thaha Zaini. (*11). Hasyiyah ‘Umdatut Tafsiir ‘an Ibni Katsir (II/256) diringkas dari ditahqiq oleh Ahmad Syakir. 53. MUNCULNYA AL-QATHANI Di akhir zaman akan muncul seorang laki-laki dari Qahthan, orang-orang taat kepadanya, & berkumpul padanya. Hal itu terjadi ketika zaman telah berubah, karena itulah Imam al-Bukhari menyebutkannya dlm bab taghayyuriz zamaan (perubahan zaman). Imam Ahmad & asy-Syaikhani (al-Bukhari & Muslim) meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَخْرُجَ رَجُلٌ مِنْ قَحْطَانَ يَسُوقُ النَّاسَ بِعَصَاهُ. “Tidak akan tiba hari Kiamat hingga keluar seorang laki-laki dari Qahthan nan menggiring manusia dgn tongkatnya. ” (*1) Al-Qurthubi rahimahullah berkata, “Sabda beliau: ‘… menggiring manusia dgn tongkatnya, adalah kinayah (kiasan) dari ketaatan manusia kepadanya & kesepakatan mereka utk mentaatinya, bukanlah nan dimaksud (di dlm hadits) adalah tongkat secara hakiki, itu hanya sebagai perumpamaan dari ketaatan mereka kepadanya & kekuasaannya kepada mereka. Hanya saja, penyebutan kata tersebut terdapat dalil bahwa ia orang nan keras kepada mereka. ” (*2) Kami katakan: Benar, penggiringan nan dilakukannya terhadap manusia merupakan kiasan ketaatan & kepatuhan mereka kepadanya. Hanya saja, nan diisyaratkan oleh al-Qurthubi berupa sikapnya nan keras kepada mereka bukanlah sikap nan ditujukan kepada semuanya, sebagaimana nam-pak dari perkataannya. Ia hanyalah keras kepada orang-orang nan melakukan kemaksiatan. Dia adalah orang shalih nan menghukumi dgn adil. Pendapat ini diperkuat dgn riwayat nan dinukil oleh Ibnu Hajar dari Nuaim bin Hammad (*3), beliau meriwayatkan dari jalan nan kuat dari ‘Abdullah bin ‘Amr, bahwa beliau menyebutkan para khalifah, kemudian dia berkata, “Dan seorang laki-laki dari Qahthan. “ Demikian pula nan diriwayatkan dgn sanad nan jayyid dari Ibnu ‘Abbas, sesungguhnya beliau berkata tentangnya: وَرَجُلٌ مِنْ قَحْطَانَ كُلُّهُمْ صَالِحٌ. “Dan seseorang dari Qahthan, semuanya (orang Qahthan) adalah orang shalih. ” (*4) Ketika ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash Radhiyallahu anhuma meriwayatkan bahwa akan ada seorang raja (penguasa) dari Qahthan, marahlah Muawiyah Radhiyallahu anhu, lalu dia berdiri & memuji Allah dgn sesuatu nan sesuai dengan-Nya, kemudian beliau berkata, “Amma badu, telah sampai kepadaku bahwa beberapa orang dari kalian membawakan beberapa riwayat nan tak ada di dlm Kitabullah, tak pula diriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, mereka adalah orang-orang bodoh di antara kalian, maka hati-hatilah kalian dari angan-angan nan dapat menyesatkan pelakunya, sesungguhnya aku mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: إِنَّ هَذَا اْلأَمْرَ فِي قُرَيْشٍ، لاَ يُعَادِيْهِمْ أَحَدٌ، إِلاَّ كَبَّهُ اللهُ عَلَى وَجْهِهِ، مَا أَقَامُوا الدِّيْنَ. “Sesungguhnya urusan (kekhilafahan) ini akan tetap ada pada keturunan Quraisy, tak ada seorang pun nan mencabutnya kecuali Allah akan menelungkupkan mukanya; selama mereka (keturunan Quraisy) menegakkan agama. ” [HR. Al-Bukhari](*5) Muawiyah hanya mengingkarinya karena takut bila seseorang menyangka bahwa kekhalifahan bisa dipegang oleh selain Quraisy, sementara Muawiyah sendiri tak mengingkari akan adanya seorang tokoh dari Qahthan. Karena di dlm hadits Muawiyah terdapat ungkapan “Selama mereka menegakkan agama”, artinya jika mereka (Quraisy) tak menegakkan agama, maka urusan (kekhilafahan) tersebut keluar dari tangan mereka, & ini pernah terjadi. Manusia akan tetap mentaati seorang Quraisy hingga mereka lemah dlm memegang teguh agama, sehingga mereka pun lemah, & pada akhirnya kepemimpinan berpindah kepada nan lainnya. (*6) Al-Qahthani ini bukanlah Jahjah (*7) , karena al-Qahtani di sini adalah keturunan dari orang merdeka, karena penisbatannya kepada Qahthan nan merupakan puncak nasab penduduk Yaman dari kalangan Himyar, Kindah, Hamadan & nan lainnya (*8). Adapun Jahjah termasuk dari keturunan budak belian. Pendapat ini diperkuat riwayat nan disebutkan oleh Imam Ahmad dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: لاَ يَذْهَبُ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ حَتَّـى يَمْلِكَ رَجُلٌ مِنْ الْمَوَالِـي يُقَالُ لَهُ جَهْجَاهُ. ‘Tidak akan lenyap siang & malam sehingga seseorang dari (kalangan) hamba sahaya nan bernama Jahjah menjadi raja. ”(*9) Devi Cahaya Siregar Joel Delamonte Ade Rosyid Kamal Muntaha Al Ghifary Pahrul Rozi
Posted on: Fri, 29 Nov 2013 10:10:00 +0000

Trending Topics



-left:0px; min-height:30px;"> URGENT HIRING! Str0nghold Intl. Rejoice Intl. Sara Intl, First

Recently Viewed Topics




© 2015