Ikhwanul Muslimin Telah Menunggu Lama, Perang Peradaban dan Puncak - TopicsExpress



          

Ikhwanul Muslimin Telah Menunggu Lama, Perang Peradaban dan Puncak Ujian Politik di Mesir (2) Hakekat Perang Peradaban Hakekat lain yang perlu kita ketahui, terkait konflik politik di Mesir saat ini. Percaya atau tidak percaya, suka atau benci, apa yang terjadi di Mesir adalah perang peradaban sesungguhnya. Bahkan konflik ini sebenarnya bukan menghadapi militer Mesir di bawah Jendral As Sisi, tetapi konflik menghadapi The New World Order itu sendiri. Kita tahu, sejak Mesir merdeka, atau sejak Gamal Abdun Naser mengendalikan Mesir pada tahun 1952, negara itu sudah tidak memiliki kemandirian. Apalagi sejak ditanda-tangani Perjanjian Camp David antara Mesir dan Israel. Sejak itu posisi Mesir tak lebih sebagai “anjing penjaga” kepentingan Zionis Israel. Mesir menjadi sekutu paling setia Israel dari kalangan dunia Arab. Namun setelah Presiden Mursi menjadi Presiden, sejak 30 Juni 2012, Israel merasa sangat ketakutan kehilangan sekutu paling setianya. Seperti diketahui, salah satu missi berdirinya gerakan Ikhwanul Muslimin sejak era pendirinya, Syaikh Hasan Al Banna, ialah merebut kembali tanah Palestina yang telah dirampas oleh Yahudi Israel. Hal itu juga terkait dengan amanat yang pernah dititipkan oleh Sultan Abdul Hamid II rahimahullah dari Khilafah Turki Utsmani. Beliau tak mau menyerahkan tanah Palestina ke tangan konsorsium Zionis di bawah ketuanya Theodore Hertzl, karena ia adalah tanah wakaf milik Ummat Islam. Presiden Mursi menjadi sasaran yang harus dijatuhkan secepat mungkin, berapapun harganya, adalah demi melindungi kepentingan Israel. Jika Mesir terus berada di bawah kendali kepemimpinan Ikhwanul Muslimin, maka posisi Israel akan sangat terancam. Pastilah pemimpin Al Ikhwan akan bergerak menuju satu tujuan, untuk membatalkan Perjanjian Camp David. Lambat atau cepat itu akan tercapai. Maka posisi konflik politik di Mesir saat ini sangatlah krusial. Kita kaum Muslimin (terutama diwakili para pejuang Ikhwanul Muslimin) ingin merebut Mesir dan menyelematkannya agar tidak menjadi “anjing penjaga” kepentingan Zionis Israel; sementara Jendral As Sisi, militer Mesir, gerakan Tamarod, media-media massa sedunia (termasuk media-media sekuler di Indonesia), Amerika, Uni Eropa, dan seterusnya menginginkan Mesir tetap melayani kepentingan Zionis Israel. Terjadi tarik-menarik yang sangat kuat dan potensi konfliknya begitu besar. Gerakan Al Ikhwan seperti Musa ‘Alaihissalam yang sedang menghadang “imperium Fir’aun” (baca: New World Order). Lihatlah wahai Muslimin, lihatlah wahai Mukminin, apakah ini konflik yang kecil? Apakah ini sebatas konflik seputar demokrasi dan jabatan presiden saja? Anda bisa simpulkan sendiri. Puncak Percobaan Politik Kita jangan menyalahkan para pemimpin Ikhwanul Muslimin di Mesir jika saat ini mereka gigih berjuang Fi Sabilillah untuk memenangkan pergumulan politik sangat strategis. Mereka sedang mewakili kaum Muslimin sedunia untuk meruntuhkan “payung perlindungan” yang selama ini memayungi eksistensi negara Yahudi, Israel. Jika kendali politik Mesir berhasil direbut sehingga tidak lagi melayani Yahudi, maka eksistensi Israel di Timur Tengah akan semakin lemah. Dari sisi pengalaman politik internal, apa yang dialami Ikhwanul Muslimin saat ini bisa dianggap sebagai saat-saat kritis menuju cita-cita politik mereka. Kita tahu, sejak era Syaikh Hasan Al Banna rahimahullah, Al Ikhwan sudah memasuki panggung politik di Mesir. Sejak itu mereka mengalami banyak sekali turbulensi (guncangan) politik. Para pemimpin Al Ikhwan banyak mengalami eksekusi mati di tangan militer Mesir, seperti Sayyid Quthb, Albdul Qadir Al Audah, Kamal As Saraniri, dan lain-lain rahimahumullah jami’an. Belum lagi yang mengalami siksaan-siksaan fisik di penjara. Apa yang terjadi di Mesir saat ini adalah sebuah momen yang sekian lama ditunggu oleh para pemimpin Al Ikhwan. Mereka selama 60 tahun terakhir telah bersabar, telah menahan diri, telah mengekang segala ambisi, demi mendapatkan momen besar untuk mewujudkan cita-cita besar, membangun kehidupan rakyat Mesir yang adil, sentosa, sejahtera, dan bermartabat. Pemimpin-pemimpin A Ikhwan selama ini telah amat sangat bersabar menghadapi aneka cercaan dari luar dan keluhan-keluhan dari internal organisasi mereka sendiri. Mereka terus ditanya, “Kita melakukan tarbiyah, tarbiyah, dan tarbiyah terus. Lalu kapan berjuangnya? Masak harus tarbiyah terus selama-lamanya, sampai Hari Kiamat?” Masya Allah, kalau bukan karena ketakwaan dan kesabaran hati para pemimpin Al Ikhwan, pastilah mereka tak akan sabar menghadapi pertanyaan-pertanyaan seperti itu. Nah, kini momennya telah tiba. Perjuangan besar terhidang di depan mata. Kini saatnya para pejuang Al Ikhwan mengasah hasil-hasil pembinaan mereka di hadapan beban perjuangan sebenarnya. Insya Allah perjuangan mereka akan membuahkan hasil; pastilah Allah tidak akan menyia-nyiakan kesabaran, ketakwaan hati, dan pengorbanan mereka selama ini. Sebagai sebuah entitas politik berbasis gerakan Islam, Al Ikhwan telah melalui masa-masa panjang penantian. Mereka telah melakukan aneka percobaan politik dan menanggung segala akibatnya. Kini mereka berada di puncak percobaan politik itu. Kita sebagai kaum Muslimin di luar Mesir harus memandang keadaan ini secara jernih. Jangan asal menyalahkan atau mengkritik saja. Pahami keadaan saudaramu, belalah mereka dalam batas-batas kemampuanmu, maafkan kekurangannya, mohonkan keteguhan hati dan kemenangan atas mereka. Amin Allahumma amin. Hikmah Amal Jama’i Seorang tokoh gerakan Islam (dari Ikhwanul Muslimin) pernah mengatakan, bahwa membangun amal jama’i itu sangat berat, prosesnya lama, dan melelahkan. Namun ketika ia telah membuahkan hasil, buahnya sangatlah menakjubkan. Saya sangat setuju dengan pandangan itu. Kalau tidak salah, pernyataan ini terlontar sebagai “hiburan hati” bagi kader-kader Partai Keadilan (PK) setelah mendapatkan hasil mengecewakan dalam Pemilu Juni 1999. Sebagai contoh, gerakan politik PKS pada tahun 2004 berhasil memenangkan pemilu di tingkat DKI Jakarta. Hal itu hanya dalam masa gerakan politik sekitar 5 tahun (1999-2004). Andaikan kawan-kawan PKS itu konsisten dan istiqamah, mereka bisa merawat dominasinya di DKI Jakarta. Jika Jakarta bisa dikelola dengan baik, selangkah lagi meraih Indonesia. Ini adalah buah amal jama’i. Sayang sekali, dalam Pemilu 2009, dominasi atas DKI Jakarta tidak bisa dipertahankan. Contoh lain, selama 30 tahunan Orde Baru telah melakukan “amal jama’i” di tingkat birokrasi, melalui organisasi Korpri. Hasilnya, mereka berhasil mencetak kader-kader birokrat (pejabat atau pegawai negara) bermental Orde Baru di segala lini. Ketika Reformasi 1998 muncul, ia tak berhasil membersihkan birokrasi dari mental Orde Baru. Malah dalam Pemilu 1999, Golkar menjadi pemenang kedua setelah PDIP. Golkar sendiri sampai saat ini masih bercokol kuat. Pola “amal jama’i” juga dikembangkan oleh organisasi-organisasi mantel Zionisme, seperti Freemasonry, Illuminati, dan lain-lain. Semua ini membenarkan sebuah kesimpulan, bahwa kemajuan selangkah secara berjamaah lebih baik daripada kemajuan 1000 langkah secara sendiri-sendiri. Dalam riwayat disebutkan: “Yadullahi ‘alal jama’ah” (Tangan Allah ada di atas jamaah). Kekuatan Ikhwanul Muslimin di Mesir diperkirakan tak akan mampu dibendung, meskipun militer mengerahkan segala macam cara untuk meredamnya. Harus diingat, para pemimpin dan kader Ikhwanul Muslimin telah belajar banyak dari musibah-musibah yang menimpa mereka selama ini; mereka sudah mempersiapkan segala sesuatunya. Dalam beberapa waktu ke depan kita akan menyaksikan panorama-panorama menakjubkan, ketika gerakan Islam di Mesir berhasil meraih kemenangan; Al Fathu Min Futuhatil Islamiyyah (satu kemenangan di antara kemenangan-kemenangan Islam). Justru yang sedih adalah diri kita sendiri, di Indonesia. Amal jama’i apa yang telah kita siapkan untuk menyongsong datangnya era kemenangan? Adakah kita selama ini memiliki konsistensi dan komitmen untuk membuahkan kemenangan Islam? Atau kita cukup menunggu saja, biarlah yang terjadi kan terjadi, sambil kita bersiap-siap (selalu) menjadi komentator dan kritikus ulung? Duhai malangnya kalau mereka telah beramal, sementara kita sebatas berdebat kusir. Karakter Kompromi Satu hal yang patut dipuji dari langkah gerakan Islam Al Ikhwan di Mesir, yaitu kemauan mereka untuk berkompromi, melakukan perbaikan, dan mengantisipasi perubahan zaman. Ini luar biasa. Biasanya komunitas-komunitas dakwah Islam cenderung kaku dengan manhajnya dan bersifat taqlid kepada arahan ulama-ulamanya. Tetapi Al Ikhwan tetap bersikap obyektif dengan memberi ruang-ruang toleransi bagi perubahan. Bukti paling nyata ialah sikap kompromi kalangan Al Ikhwan kepada komunitas Salafi. Seperti kita ketahui, di antara kelompok-kelompok Islam yang ada, Salafi paling kritis dan tekun dalam mengkritik gerakan Al Ikhwan. Di mata Salafi pengikut Syaikh Rabi’ Al Madkhali, Syaikh Muqbil Al Wadi’i, atau Syaikh Ali Hasan Al Halabi, seolah kelompok Al Ikhwan sudah tidak punya kebaikan sama sekali. Tetapi mereka tetap memandang Salafi sebagai saudara, tidak menganggapnya musuh atau serupa orang kafir. Ada bantahan-bantahan yang disampaikan ulama-ulama Al Ikhwan, tetapi tidak terlalu menyolok. Bahkan kalangan Al Ikhwan jarang menuduh kaum Salafi sebagai Murji’ah. Selain itu, Al Ikhwan juga mencoba membangun hubungan baik dengan kalangan Jihadis, khususnya Jamaah Islamiyah Mesir. Ketika tokoh-tokoh Islam nyaris tidak pernah bersikap tentang nasib Syaikh Umar Abdurrahman, pemimpin Jamaah Islamiyah, yang dipenjara di Amerika; maka Dr. Yusuf Al Qaradhawi dengan lantang menyerukan agar Syaikh Umar Abdurrahman dibebaskan dari penjara Amerika, karena kondisi beliau sangat lemah akibat sakit yang menimpanya. Saat merayakan kemenangannya dalam pemilu 30 Juni 2012 di lapangan Tahrir Square, Dr. Muhammad Mursi menegaskan, salah satu missi diplomatik kabinetnya ialah akan mengusahakan pembebasan bagi Syaikh Umar Abdurrahman. Harus diakui, meskipun banyak kalangan mencela Usamah bin Ladin terutama terkait dengan peristiwa 11 September 2001, kalangan Al Ikhwan (setahu saya) tidak pernah secara eksplesit menyebut Usamah bin Ladin atau Al Qa’idah sebagai teroris. Sebersalah apapun ia di mata orang lain, Al Ikhwan (setahu saya) tetap menghargainya. Seringkali Al Ikhwan dituduh terkait sikap lunaknya kepada Syiah dan Iran. Seolah mereka menganggap sepele persoalan Syiah. Tetapi hal ini bukan tanpa alasan. Kita tahu posisi Al Ikhwan di Timur Tengah seringkali terjepit oleh kekejaman rezim-rezim penguasa militer. Di Eropa dan negeri-negeri Muslim non Arab, mereka juga kerap dicurigai. Saat itu mereka butuh pembela, atau sekedar penolong, ketika sulit menemukan penguasa Sunni yang ramah kepada mereka. Maka munculnya Iran yang membuka diri, menyatakan “Ahlan wa Sahlan” (meskipun hanya berpura-pura), mereka sambut gembira; dengan tanpa melupakan catatan-catatan kekejaman kaum Syiah. Seolah mereka mengambil teladan dari kebijakan politik Sultan Shalahuddin Al Ayyubi rahimahullah yang semula kerjasama dengan Syiah, namun kemudian berhasil membersihkan Syiah dari Mesir. Bagaimanapun juga Al Ikhwan tetaplah sebuah organisasi dakwah Ahlus Sunnah Wal Jamaah. Hal itu dibuktikan dengan pidato Presiden Mursi saat KTT negara-negara Non Blok di Teheran, yang mengawali pidatonya dengan memuji Khalifah Abu Bakar, Umar, Utsman, dan AliRadhiyallahu ‘Anhum. Juga terkait dukungan Al Ikhwan terhadap perjuangan menggusur rezim menindas Basyar Assad di Suriah; juga terkait komitmen Hamas di Palestina terhadap akidah Ahlus Sunnah dan kepentingan kaum Muslimin Sunni. Termasuk pernyataan-pernyataan terbaru Syaikh Al Qaradhawi yang mengkritik keras gerakan Syiahisasi yang dimotori Iran. Harus diakui, banyak ulama-ulama Al Ikhwan yang menjadi pakar seputar akidah Syiah Rafidhah. Sikap kompromi kalangan Al Ikhwan terhadap Salafi, Jamaah Islamiyah, juga pembelaan mereka terhadap akidah dan kepentingan Ahlus Sunnah Wal Jamaah, merupakan kebaikan-kebaikan yang harus kita apresiasi. Selagi mereka masih dikenali sebagai “jamaah manusia” pastilah tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan; tetapi adanya niat baik untuk bersaudara, bekerjasama, dan menghargai sesama Muslim (meskipun berbeda manhaj dakwah), itu harus dihargai setulusnya. Maklumi Posisi Mereka Sebagai Muslim di Tanah Air, di Mesir, atau di mana saja, kita harus berusaha mencari sebanyak-banyak alasan untuk memahami keadaan saudara, berprasangka baik atas mereka, serta mendukung kebaikan perjuangan mereka semampu pertolongan yang bisa diberikan. Alhamdulillah, jamaah Al Ikhwan Al Muslimun sejak pertama kali didirikan, mereka tetap konsisten dengan Syariat Islam. Mereka ingin menegakkan Islam secara kaffah, melalui sarana-sarana politik yang ada. Tujuannya sama seperti gerakan-gerakan dakwah Islam lainnya, hanya secara metode mereka lebih adaptatif dan realistik; meskipun hal itu sering disalah-pahami sebagai sikap “melunak”. Faktanya, posisi Al Ikhwan saat ini di Mesir sedang dikurung oleh aliansi kekuatan internal dan eksternal Mesir yang berusaha menundukkan mereka, melemahkan mereka, serta merampas capaian-capaian politik yang telah mereka raih dengan susah-payah. Di sini Al Ikhwan sedang mengemban tiga missi besar yang butuh dukungan seluruh kaum Muslimin di dunia, yaitu: [1]. Al Ikhwan ingin membebaskan kehidupan rakyat Mesir dari korupsi, monopoli, serta penindasan rezim militer yang telah 60 tahunan memimpin bangsa Mesir. Mereka ingin membebaskan rakyat Mesir dari cengkeraman rezim “Fir’aun modern”. [2]. Al Ikhwan ingin mengakhiri praktik kekejaman, penindasan, serta kezhaliman yang sering menimpa para aktivis Islam yang biasa dilakukan rezim-rezim haus darah, dimulai dari Mesir. [3]. Al Ikhwan ingin menyelamatkan negara Mesir agar bebas, tidak lagi dieksploitasi untuk melayani, melindungi, dan menjaga kepentingan Zionis Israel. Apa yang dipikul Al Ikhwan saat ini, dengan gerakan massa-nya di Mesir, merupakan amanat perjuangan yang besar. Mereka telah lama menanti datangnya momen ini, dan mereka ingin membuktikan sejauhmana efektivitas pembinaan organisasi yang mereka kembangkan selama ini. Maka tugas kaum Muslimin di seluruh dunia untuk membantu perjuangan Al Ikhwan di Mesir. Minimal, doakan mereka, berikan dukungan moral, dan pahami langkah-langkah mereka. Kalau kita tak mampu membantu dengan apapun, minimal jangan berkata apa-apa yang akan menimbulkan madharat bagi saudara. Seperti pesan Nabi Saw: “Fal yaqul khairan au liyasmut” (berkata-katalah yang baik, atau kalau tidak diam sajalah). The Real Arabs Spring Apa yang terjadi di Mesir saat ini adalah gelombang Arabs Spring sebenarnya. Ia adalah pertarungan peradaban antara Gerakan Islam Vs New World Order. Gerakan Islam bermaksud membebaskan Mesir agar tidak menjadi pelayan kepentingan Zionisme Israel, sementara serikat global pendukung New World Order ingin tetap memaksa Mesir tunduk di bawah telapak kaki Zionis Israel. Perjuangan ini tidak mudah, tetapi bukan pula tanpa harapan. Ikhwanul Muslimin telah melalui masa-masa panjang, penuh cobaan, rintangan, dan mengalami segala macam jenis tekanan dan kezhaliman. Mereka telah mempersiapkan diri untuk hajatan “perang peradaban” ini. Maka kaum Muslimin sedunia, termasuk yang ada di Indonesia (apalagi yang sedang berada di Mesir) harus mendukung, membantu, menolong Ikhwanul Muslimin. Mereka sedang menerjuni konflik besar, Jihad sesungguhnya, untuk meruntuhkan tirani di Mesir, tirani Zionis, dan tirani militer atas para aktivis Islam. Dukunglah mereka, semampunya, sekuatnya. Jangan mundur, jangan lemah! Jangan pedulikan ocehan orang-orang yang tidak berguna hidupnya, selain hanya menghamba dunia. Dalam Al Qur’an disebutkan, “Kadzalika haqqan ‘alaina nunjil mukminin” (demikianlah, sudah menjadi kewajiban Kami untuk menyelamatkan orang-orang beriman. Surat Yunus 103). Ini adalah janji Allah Ta’ala untuk menolong hamba-hamba-Nya yang Mukmin. Maka kita harus beredar bersama ayat ini, yaitu terus berusaha membantu sesama Mukmin yang sedang berjuang keras untuk meninggikan Kalimah Allah, menegakkan keadilan, melenyapkan kezhaliman. Bantulah Ikhwanul Muslimin di Mesir yang sedang menghadapi aneka cobaan perjuangan. [Seruan ini mengingatkan kepada fatwa Yang Mulia Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah ketika beliau menyerukan kaum Muslimin Arab agar menolong Ikhwanul Muslimin di Suriah, saat menghadapi penindasan rezim Fir’aun, Hafezh Assad (ayah Basyar Assad)]. Allahummanshur ikhwananal mukminin fi mishri ‘ala jahadatihim wa jiddiyatihim wa sa’yihim wa nashrihim lil Islam wal Muslimin; Allahummanshur ikhwananal mukminin fi mishri ‘ala ‘aduwihim minaz zhalimina wal munafiqina wal kafirina wal musyrikin; Allahummanshur ikhwananal mukminin fi mishri wa yassir umurahum wa najjihim min jahdil bala’ wa darkis syaqa’ wa su’il qadha wa tsamatatil a’daa’. Amin Allahumma amin. Tatar Pasundan, 1 Agustus 2013. AM. Waskito. Penulis buku “Air Mata Presiden Mursi”.
Posted on: Tue, 01 Oct 2013 11:32:15 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015