Info berita dari - TopicsExpress



          

Info berita dari : bisnis.news.viva.co.id/news/read/162678-walmart--carrefour-bantu-rusak-hutan-ri- Greenpeace menuduh sejumlah perusahaan internasional terlibat dalam menghancurkan hutan Indonesia. LSM lingkungan internasional tersebut menilai Walmart, Tesco, Carrefour dan perusahaan internasional lainnya telah membeli produk pulp dan kertas dari produsen Indonesia yang merusak hutan. Dalam laporan terbaru, Greenpeace menyebutkan Asia Pulp & Paper (APP), produsen pulp dan kertas terbesar keempat di dunia yang dikendalikan oleh Sinar Mas, konglomerat Indonesia sebagai pihak tertuduh. "Sinar Mas terus mengakuisisi dan menghancurkan hutan alam yang menjadi habitat harimau, serta membabat lahan gambut kaya karbon untuk pabrik pulp di Sumatera," ujar Greenpeace seperti ditulis Financial Times, 5 Juli 2010. Greenpeace menuding APP tidak pernah serius menggunakan kayu pulp dari perkebunan eksklusif ... meskipun memberikan jaminan kepada pelanggan. Namun, APP justru mempertahankan ketergantungan pada hutan alam. Greenpeace tidak menyebutkan dimana lokasi Sinar Mas melanggar hukum, tapi LSM ini percaya perusahaan ini telah mendapatkan lisensi dari pemerintah beroperasi di areal lahan yang semestinya dilindungi. Masalah status lahan, menurut Greenpeace, menjadi biang konflik di Indonesia karena persoalan hukum yang rumit dan tumpang tindih, minimnya penegakan peraturan, serta korupsi di pemerintah. Selain Tesco dan Carrefour, Greenpeace menyebutkan Kentucky Fried Chicken, Hewlett Packard, dan Auchan menggunakan produk dari APP. Laporan ini juga menyebutkan nama-nama lain, seperti grup retail WH Smith, Corporate Express asal Belanda yang dimiliki oleh Staples, serta PaperlinX, pedagang kertas Australia. Greenpeace menyerukan kepada semua perusahaan itu berhenti membeli produk APP dan mencegah merek mereka dikotori oleh tudingan terlibat dalam kerusakan hutan. David Shirer, juru bicara Paperlinx, berkata: "Jika ada bukti dari bahan ilegal yang dipakai pemasok kami, kami akan berhenti berdagang dengan pemasok." Jurubicara Tesco mengatakan pihaknya tidak membeli produk dari APP di Inggris, baik secara langsung atau tidak langsung. "Kami berkomitmen membeli kayu dan produk kayu yang legal, dari bahan baku berkelanjutan. " Seorang juru bicara dari Carrefour juga mengaku berkomitmen menggunakan produk dari bahan baku untuk pembangunan berkelanjutan, serta memutuskan untuk menghentikan pasokan APP di Indonesia untuk produk bermerek Carrefour pada musim panas ini. "Carrefour telah bertemu dengan APP untuk membahas soal ini," katanya. Auchan menyebutkan APP bukanlah pemasok besar. Namun, mereka akan mempelajari kesimpulan laporan Greenpeace secara hati-hati untuk memutuskan tindakan apa yang harus diambil. Sedangkan, sumber dari dari Walmart, KFC, HP, dan Staples menolak berkomentar. Mengutip dokumen internal APP dan data pemerintah Indonesia, Greenpeace menuduh bahwa APP telah menghancurkan habitat harimau dan orang utan Sumatera, serta merusak hutan yang kaya karbon untuk memenuhi target ambisius Indonesia mengurangi emisi 26 persen dalam 10 tahun mendatang. Aida Greenbury, Direktur APP menolak memberikan rincian tentang para pembelinya. Namun, ia mengatakan klaim bahwa aktivitas perusahaan telah membuat spesies terancam punah "sama sekali tidak benar". APP menyatakan dua kali dalam laporan dan kepada pemegang saham bahwa akan manggunakan 100 persen kayu dari sumber bahan baku berkelanjutan, ditargetkan pada 2007 dan diubah 2009. Namun, perusahaan tak bisa menggapai target tersebut. Greenbury mengatakan bahwa sejak 2008, sekitar 85 persen dari kayu APP telah datang dari perkebunan. Perusahaan juga akan mengurangi ketergantungan pada sumber-sumber non-berkelanjutan hingga 10 persen mulai tahun ini. Bagaimana jawaban dari grup bisnis Sinar Mas Atas Tudingan Greenpeace, silakan baca di sini bisnis.news.viva.co.id/news/read/162566-smart-bantah-tuduhan-greenpeace __________________ # Cermati benar bantahannya, benar atau tidak ? Pembukaan Perkebunan Sawit tentunya akan membuka lahan dari sebuah area hutan (karena tidak mungkin sawit tumbuh subur di lahan gambut). Lalu Kertas yang berhasil diproduksi itu, dibuat dari bahan baku apa coba, pasti dari kayu yang ditebang dari pohon. Seiring dengan perkembangan teknologi, pembuatan kertas mengalami kemajuan pesat dan tersebar ke seluruh dunia sehingga kini seolah-olah manusia tidak dapat hidup tanpa kertas. Bahan baku utama pembuatan kertas sendiri adalah pohon. Di Indonesia, bahan baku kertas yang disebut pulp atau bubur kertas biasanya menggunakan batang pohon Akasia dan Eukaliptus, karena selain kadar selulosanya tinggi, pohon ini mampu tumbuh dengan cepat. Yang menjadi masalah adalah, tidak semua negara bisa ditanami pohon tersebut. Jelas hanya di negara tertentu kedua pohon tersebut dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Kebutuhan umat manusia akan kertas tidak juga akan tercukupi dan sampai saat ini pengguna kertas terbanyak di dunia adalah Amerika Serikat (AS), Cina, dan Kanada. Berdasarkan informasi di atas, pohon-pohon tersebut akan semakin banyak yang ditebang. Sementara di seluruh dunia, sebenarnya ada 4 miliar hektar hutan atau 30 persen dari luas daratan. Indonesia mempunyai 133,6 juta hektar hutan atau 3 persen hutan dunia. Masalahnya, dari sekitar 4 miliar hektar hutan dunia, tiap tahunnya hampir 13 juta hektar mengalami deforestasi. Selama 20 tahun terakhir, 3 persen hutan dunia telah beralih fungsi. Kalau dilihat dari penggunaan hutan kita, hingga tahun 1996, luas hutan untuk Hutan Tanaman Industri (HTI) untuk pulp dan kayu adalah 10,26 juta hektar. Dari luasan di atas, yang direalisasikan 3,03 juta hektar, dengan 1,8 juta hektar di antaranya untuk industri pulp. Jumlah ini relatif kecil dibandingkan dengan hutan yang dialokasi untuk hutan alam produksi—mencapai 60,9 juta hektar. Dari sisi itu, isu konsumsi kertas sebagai perusak lingkungan menjadi agak berlebihan. Indonesia berada pada urutan ke-9 di jajaran negara produsen pulp dunia, menyumbang 2,5 juta hingga 2,7 juta ton per tahun. Posisi teratas produsen pulp dan kertas dunia tetap dipegang AS, yang produksinya 52,6 juta ton pulp dan 82 juta ton kertas. Indonesia memiliki keuntungan strategis yang sulit dikalahkan. Sebagai negara beriklim tropis, pohon Akasia dan Eukaliptus di Indonesia bisa berkembang lebih cepat dibandingkan dengan di negara sub-tropis. Waktu yang dibutuhkan pohon tersebut untuk panen adalah hanya enam tahun. Menurut data dari Departemen Kehutanan 2007, yang justru rusak parah akibat penebangan yang tak disertai penanaman kembali dan maraknya penebangan liar adalah hutan alam, hutan produksi terbatas, ataupun produksi tetap. Jadi, meski arealnya jauh lebih luas, kontribusi ekonominya justru menurun tajam selama 10 tahun terakhir karena kurangnya pasokan bahan baku kayu. Setengah dari 303 perusahaan terkait industri kayu yang ada, kini bangkrut atau tidak beroperasi lagi. Saat ini, pilihan-pilihan sedang dihadapkan pada kita, bagaimana kita dapat bersikap sebijaksana mungkin untuk mengatasi masalah di depan mata seperti ini. Penanaman pohon kembali atau reboisasi, penghematan penggunaan kertas, peralihan teknologi media informasi dari media cetak ke media digital dan elektronik, atau menggunakan kembali kertas (reuse) hingga mendaur ulang kertas (recycle). SALAM PEDULI LINGKUNGAN Ian Apokayan Hp. 0812.8463.8562 Email. ian.apokayan@gmail Skype : ian.apokayan
Posted on: Fri, 30 Aug 2013 14:44:43 +0000

Trending Topics




© 2015