JAWABAN MENGENAI ISU ISU KONFLIK SURIAH SUNNI VS SYIAH Adalah - TopicsExpress



          

JAWABAN MENGENAI ISU ISU KONFLIK SURIAH SUNNI VS SYIAH Adalah Dean Henderson, seorang kolumnis ternama yang juga aktivis lingkungan, pernah menyatakan dengan lugas bahwa konflik yang terjadi di Suriah bukan sebagai konflik sektarian antara kelompok Sunni-Syiah, melainkan konflik politik global yang melibatkan kepentingan Barat di negara tersebut. Adapun perpecahan Sunni-Syiah hanya digunakan sebagai isu untuk membagi Suriah hingga negara itu jatuh ke dalam “pelukan” kepentingan Barat seperti negara-negara Timur Tengah lainnya. Dan benar! Tidak hanya di Suriah, isu Sunni-Syiah adalah bahan bakar yang cukup murah dan mumpuni untuk membelah muslim sehingga berujung kepada menumpahkan darah sesamanya. Saya dahulu pernah menulis satu artikel mengenai adanya rekayasa di balik konflik Sunni-Syiah yang kembali mencuat tajam dalam dekade terakhir, terutama pasca revolusi Islam yang terjadi di Iran pada medio 1979. Ketika itu saya mengutip dokumen dari RAND Corporation, lembaga “think- thank” AS yang juga merupakan partner dari Departemen Pertahanan AS. Sebagai catatan tambahan, lembaga yang sama pula pada tahun 1998 pernah merilis perlunya Indonesia untuk dipecah menjadi 8 bagian. Timor-Timur (yang telah dikonkritkan), Aceh, Ambon, Irian Jaya, Riau dan Bali, sisanya tetap menjadi bagian dari Indonesia. Khusus untuk Suriah, maka agaknya kembali isu Sunni-Syiah dikobarkan di sana. Media-media Barat secara intens menggambarkan bahwa konflik Suriah adalah konflik sektarian antara kelompok Sunni dan Syiah. Mirisnya, propaganda ini justru ditelan mentah-mentah dan serampangan oleh berbagai media Islam di Indonesia. Secara massive media-medi Islam itu memprovakasi para pembawanya dengan membesar-besarkan tema perseteruan antara Sunni-Syiah, dan mengesampingkan gejolak Timur Tengah belakangan ini. Padahal, jika dicermati dengan jernih, maka konflik di Suriah sangat tidak tepat bila digambarkan sebagai konflik sektarian antara Sunni dengan Syiah. Walaupun secara madzhab, Bashar Al- Asad adalah seorang Alawi, namun “Syiah”-nya Bashar sangat berbeda dengan Syiah Iran. Asad bukanlah pendukung dari konsep “Wilayatul Fakih” atau pemerintahan ulama di Iran. Ia - Bashar- adalah penyokong partai Ba’ath dengan pandangan hidup dan politik sekuler ala Barat. Fakta ini juga diperkuat bahwa di sekelilingnya terdapat banyak ulama Sunni yang mendukung kepemimpinannya. Belum lagi fakta bahwa mayoritas pasukan Suriah adalah Sunni, dan bukan Syiah. Sebagaimana mayoritas masyarakat di Suriah adalah pemeluk Islam bermadzhab Sunni, dan bukan pemeluk Islam madzhab-nya Bashar. Sehingga sangat sungguh menggelikan bila di berbagai media segelintir pihak dengan “semangat 45″ menghembuskan isu bahwa konflik di Suriah adalah konflik sektarian antara Sunni-Syiah. Parahnya, mereka menganggap perseteruan itu sebagai “jihad”? Jika demikian, lalu mengapa Iran terkesan turut serta dalam konflik Suriah? Sebelumnya, perlu disimak bahwa Iran bukan satu-satunya negara yang berperan di Suriah, melainkan banyak negara. Sebut saja Amerika Serikat dan sekutunya, Saudi Arabia, Qatar, Turki, Rusia, China, dan lainnya. Dengan demikian penyebutan Iran sangat memberi kesan kepada publik bahwa konflik di Suriah adalah konflik Sunni- Syiah. Padahal bukan! Saya lebih cenderung beranggapan bahwa dukungan Iran kepada Bashar Al- Assad bukan dilatarbelakangi oleh keyakinan (silakan cermati bahwa kekuasaan politik Bashar dibangun dan disokong oleh kekuatan Partai Ba’aath yang beridologi sosialis dan sekuler). Alasan utama Iran mendukung Suriah ialah tak lebih kepada karena Suriah selama ini menjadi aliansi strategis Iran dalam menghadapi ancaman Israel. Sudah bukan rahasia, Poros segitiga (Suriah, Iran, Hizbullah) adalah poros Timur Tengah untuk melawan Israel. Suriah pula adalah negara yang diduga sebagai perpanjangan tangan Iran dalam menyokong Hizbullah di Lebanon Selatan, yang nota bene pernah berperang secara terbuka dengan Israel. Walhasil, menyatakan bahwa konflik Suriah adalah konflik sektarian adalah kesimpulan yang terlalu gegabah dan terburu-buru. Ada banyak kepentingan asing yang bermain di Suriah. Dan isu Sunni-Syiah -sekali lagi - hanya digunakan sebagai kendaraan tunggangan untuk memutuskan kepentingan asing tersebut. Mengapa? Karena tidak ada lagi bahan bakar yang paling murah untuk membakar kecuali isu- isu Sunni-Syiah. Dalam hal ini Saudi dengan Wahabi-nya menjadi aktor utama dalam menyiramkan isu-isu yang sebenarnya harus telah usai tersebut. story_fbid=399505516849399&id= Syria News Indonesia &refid=7&_ft_=qid.595121912501828 3Amf_story_key.806078204388
Posted on: Thu, 28 Nov 2013 08:31:12 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015