Jujur hari ini banyak hal yang banyak membuat saya merinding, - TopicsExpress



          

Jujur hari ini banyak hal yang banyak membuat saya merinding, terutama ketika merefleksikan diri dan apa yang telah diperbuat diri dalam perjahalan kehidupan ini. Proses diskusi dengan sahabat-sahabat PMII berkenaan dengan eksistensi dan peran individu masing-masing dalam roda organisasi (khusus) dan roda kehidupan (umum). Eksistensi yang kini dipertanyakan baik secara kualitas dan kuantitas ini tentunya harus memiliki problem solvingnya. Karena apabila ini terus didiamkan bukan hanya akan semakin menumpuk namun lebih jauh dari itu ini bisa membusuk. Titik kemirisan dan kemerindingan itu sangat terasa ketika setiap problematika itu dibenturkan pada diri sendiri. Saya berfikir bahwa kesalahan yang terjadi dalam roda organisasi ini kebanyakan adalah salah saya atau bahkan keseluruhan. Eksistensi yang kurang jelas karena letak keistiqamahan dan kegigihan yang lembek menjadi sebab dari akibat dan keadaan ini. Memang tak baik bila saya melihat masalalu terlalu dalam dan meluputkan masa mendatang sebagai perbaikan, namun saya ingin mengingat semua untuk mengumpulkan semangat dan menjadikan semangat (kekurangan masa lalu) menjadi bahan bakar untuk memperbaiki keadaan di masa mendatang. Kini saya seperti berada di ruang gelap dengan segumpal angan berada di suatu titik yang cahaya bisa saya lihat dimana-mana termasuk dalam diri saya. Mempunyai tujuan ingin keluar dari sini adalah modal yang baik supaya tidak mudah terombang-ambing dalam ruang-ruang eksistensi yang hanya menyinari saya namun menggelapkan yang lain atau ruang-ruang eksistensi yang menerangi yang lain namun diri tetap gelap. Tentunya keinginan itupun harus dibawa dalam langkah praktis sebagai pijkan untuk melangkah setahap demi setahap syaiun bi syaiin. Inilah yang paling sukar menurut saya, dan jujur saya merasakan kebutuhan akan seseorang pendamping, seorang guru, yang senantiasa mengingatan dan mengarahkan saya menuju tujuan yang dicita-citakan. Kesadaran diri yang hari ini memiliki banyak peran baik secara individu fisiologis, individu akademis, maupun individu organisatoris. Dan itupun sekarang dibenturkan dengan tanggung jawab yang dipikul sebagai anak yang sedang belajar dan sedang di tingkat terakhir yang sedang menyusun membereskan perkuliahan. Semua hal itu menjadi tanggungan besar yang seringkali membuat saya gugup, gagap dan tak sanggup bergerak. Tempat tinggal saya di sekre PMII menambah beban apabila saya coba mengacuhkan satu peran untuk peran yang laiinya. Walaupun tak ada orang yang mewajibkan saya untuk memikirkan dan bergumul dengan peran aktivis dan menyusahkan diri dengan tetap berada disana, namun kecintaan ini terhadap organisasi dan tanggungjawab atas problematika yang berkembang membuat saya mencoba untuk bertahan setidaknya sampai detik ini. Sebagian dari sahabat pernah curhat secara tulus tentang keadaan dirinya di PMII dan menginginkan perbaikan-perbaikan untuk masa mendatang. Mereka mulai mengeluhkan tentang eksistensi mereka secara individual dalam realitas ke-PMII-an hari ini dan juga tentang eksistensi mereka yang tak berkembang sebagai kader PMII di lingkungan perkuliahan, dan juga keluahan tentang gambaran PMII yang sebenarnya. Saya maklumi semua, karena pertanyaan-pertanyaan itupun bersemayam menghantui dalam hati dan pikiran saya secara pribadi. Keluahan-keluhan itu tentunya membutuhkan tafsiran secara pribadi dan mereduksi semua sebagai bahan untuk melakukan tindkan nyata. Inilah yang menjadi berat, kemampuan yang terbatas serta kekuatan yang lemah seringkali menjadi batu sandungan buat diri untuk bergerak lebih banyak dan lebih baik. Tulisan ini saya buat, semata-mata untuk usaha saya untuk mengembalikan diri dalam barisan perbaikan dan untuk mengasah kepekaan terhadap realitas ke-PMII-an yang mulai tergerus oleh kepentingan-kepentingan yang memecah-mecah masalah hingga sukar untuk disatukan. Saya mulai dari pertanyaan siapa diri saya dan apa yang bisa saya lakukan untuk perbaikan. Memang terlalu naïf atau sangat naïf ketika mempertanyakan saya sendiri dan saya sendiri juga yang menjawab pertanyaan itu, namun pertanyaan itu harus dijawab sebagai tangga awal dalam perbaikan. Dengan bercermin dalam realita yang ada, saya sadar bahwa saya bukan orang hebat baik secara pengetahuan, pengamalan apalagi keikhlasan. Kekurangan-kekurangan ini tentunya harus saya tambal dan tak boleh membiarkannya terlalu lama menjadi menjadi jubah diri. Saya menggunakan konsep melakukan perbaikan mulai dari diri sendiri dan gerakan akar rumput sebagai model perbaikan. Membuat pola seperti membuat jalan untuk mencapai tujuan, membuat pola seperti mengarahkan untuk mejauhkan ketersesatan. Inilah PR yang hari ini sedang dan akan terus saya kerjakan. Di sisi lain saya pun sedang menyusun strategi untuk merangkul kembali element-elemnen organisasi tingkat bawah penggerak roda rayon untuk mengaktifkan mesin rayon sehingga bisa melaju dan melambaikan tangan pada orang-orang non organisasi. Saya bicara rayon karena disanalah keluhan-keluhan lahir. Saya melihat bahwa rayon (kendaraa) sedang mengalami mogok besar-besaran. Prilaku orang di dalamnya bermacam-macam ada yang diam dalam kendaraan dan menunggu nasib sampai rayon (kendaraan) kembali, Ada yang berusaha untuk menjalankannya dengan motivasi yang dia punya, ada yang keluar dulu dan menunggu ajakan atau bahkan ada yang menghilang, ada yang memilih mencari tunggangan lain dan memilih jalan kaki menggunakan tenaga sendiri meninggalkan rayon (kendaraan) dan mulai tak peduli dengan keadaannya. Sayangnya saya kurang paham mengenai menjalankan mesin karena saya tak didik dengan baik untuk menjalankan mesin kecuali hanya disuruh melihat kendaraan lain dengan respons yang tak wajar. Untungnya say abaca buku Herwono yang menganjurkan saya membaca dan menulis sebagai pola gerak dari keterbatas yang saya punya. Ingin rasanya saya pinjam gen malaikat untuk saya suntikan kepada diri saya dan kepada sahabat-sahabat saya untuk mengaktifkan kendaraan kembali. Karena konon gen malaikatlah yang senantiasa ikhlas dalam menjalankan kendaraan. Sebagian ahli organisasi memberi petunjuk untuk saya mendapatkan gen tersebut. Mereka bilang bahwa gen itu bisa diramu sendiri karena kalau mencari entah kapan akan muncul pedagang gen malaikat ditemui. Mereka memberi tentang cara meraciknya. Pertama think. Setiap anggota harus mengartikulasikan kembali PMII baik dari sejarahnya dan PMII ke kinian. Semua harus tahu tentang komponen-komponen penting yang dalam pembentukan kendaraan PMII. Inilah yang sering saya lupakan dan ini cambukan bagi saya karena saya terlalu lempeung ber PMII. Saya hanya tahu PMII sebagai wadah organisasi ekstra dan PMII adalah pergerakan mahasiswa islam Indonesia tanpa mampuan memaknai lebih lanjut dan lebih dalam tentang ke-PMII-an. Semangat para pencipta PMII tak saya hiraukan dan saya hanya berbaga bahwa saya kader PMII kendaraanya banyak tersebar dimana-mana. Kedua loving. Mencintai … “tumbuhkanlah rasa cinta kepada diri dan segenap kader terhadap PMII. Ciptakan sarana-sarana yang bisa membangkitan romantisme kecintaan pada PMII. Jangan jadikan PMII sebagai sarana publikasi diri kepada non PMII dengan mencoret-coret tanpa mengindahkan PMII secara keseluruhan”. Ketiga dan yang terakhir modeling. “setiap bagian dari PMII harus mampu menggambarkan bahwa dirinya kader PMII yang baik. Dengan filosfis-filosfis tindakan yang mencerminkan tentang ke-PMII-an. Uhkuwah ke-PMII-an dijaga ditata dengan sebaik-baiknya tataan dan dipahami dengan sebaik-baiknya pemahaman. Semua resep inilah yang harus dilakukan guna membuat gen malaikat. Saya hawatir dengan diri saya terutama keberadaan diri saya, berada dimanakah diri saya ini hari ini guna mencapai cita-cita “gen malaikat” tersebut. Saya sudah melihat diri saya ada dalam peta keindahannya. Dan sayapun mulai mempertanyakan apakah benar saya ini kader PMII. Bila tak melalui proses MAPABA mungkin saya akan sulit menjawab itu. Kader PMII harus mengamalkan dzikir, fikir dan amal shaleh sedang saya… dzikir saya setahun sekali, fikir saya sembrono amal shaleh saya hanya romantisme historis ketika berada di ma’had. Saya membutuhkan ruang privat sebelum masuk meracik gen malaikat sendiri. Dan saya kira banyak orang yang lebih layak untuk menjadi actor peracikan ini. Yang ingin saya lakukan hari ini menuntaskan PR pribadi secara individu guna menuntaskan kepantasan saya untuk ambil bagian lebih banyak meracik gen tersebut. Akhirnya saya serahkan semua kepada Sang Pencipta dengan menyertakan diri dalam proses perbaikannya.
Posted on: Mon, 16 Sep 2013 07:38:51 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015