======{KAULAH BINTANGKU}======Part16 CREATED BY : - TopicsExpress



          

======{KAULAH BINTANGKU}======Part16 CREATED BY : @ChelGasLoversAd !NoBully! !GaSuka?GaUsahBaca! Sorry klo jelek.. Sedikit demi sedikit hujan mulai reda meski tidak reda sepenuhnya. Chelsea duduk diatas bukit sendirian sambil menangis tersedu. Menangisi kenyataan yang kini ia hadapi. Tangis Chelsea semakin menjadi saat semua kebersamaan demi kebersamaan yang telah ia lalui bersama Bagas kembali berkelebat dikepalanya. Sesak itu semakin kuat menyiksa dada Chelsea. Bagas…. Chelsea benar-benar sangat mencintainya. Apapun bisa Chelsea hadapi asal bisa berada disisi Bagas untuk seterusnya, tapi tidak dengan kenyataan ini. Kenyataan yang sekarang Chelsea hadapi benar-benar sulit ia mengerti. Ia memang sangat mencintai Bagas, melebihi apapun. Tetapi, Mama nya juga begitu mencintai Papa Bagas. Apa Chelsea harus menyerah dan mengalah begitu saja? Chelsea memegangi kepalanya, isak tangisnya semakin pecah. Seakan mengerti dengan kesakitan yang Chelsea rasakan saat ini, Langitpun kembali menangis. Hujan turun dengan lebatnya dan kembali mengguyur tubuh Chelsea. Tiba-tiba Chelsea merasakan ada seseorang yang memayunginya, melindunginya dari guyuran hujan. Chelsea mengangkat wajahnya dan mendapati Difa yang waktu tengah berdiri dihadapannya dengan tatapan mata yang sendu. Difa memayungi tubuh Chelsea dan membiarkan tubuhnya sendiri yang terguyur hujan. Melihat kehadiran Difa, tangis Chelsea malah semakin pecah, “lo kenapa, Chel? Lo bisa kan cerita sama gue?” Chelsea diam, tidak menjawab pertanyaan Difa sama sekali. Difa lalu duduk disamping Chelsea, ia membuka jaketnya yang belum terlalu kuyup lalu memasangkannya pada tubuh lemah Chelsea. “Bagas lagi??” Tanya Difa sekali lagi. Chelseamenggeleng berkali-kali lalu menghambur kedalam pelukan Difa. Sebisa mungkin Difa berusaha memegangi payung itu seerat mungkin agar tidak terjatuh. “lo kenapa, Chel?” “Bagas, Dif…. Bagas… Bagas ternyata—“ “Bagas? Kenapa?” “hik… hik… hik… Bagas ter… ternyata Calon saudara tiri gue, Difa….” Dengan susah payah Chelsea akhirnya bisa menyelesaikan perkataannya. Difa kaget dan semakin mempererat dekapannya pada Chelsea. Bagas calon saudara tiri Chelsea? Bagaimana semua ini bisa terjadi? Tapi Difa belum mampu mengeluarkan sepatah katapun. Melihat Chelsea menangis seperti ini benar-benar membuat Difa rapuh. Difa mengusap lengan Chelsea beberapa kali untuk memberikannya sedikit kehangatan dan ketenangan. Dengan pelan Difa berucap, “ya, udah kita pulang yuk! Ceritanya nanti dirumah aja. Kasian lo udah basah kuyup kayak gini, nanti lo sakit. Lo nggak mau sakit kan?” Chelsea menggeleng cepat, “gue nggak mau pulang Dif, gue takut Mama marah gara-gara tadi gue kabur dari resotan, hiks…” “nggak, Tante nggak akan marah. Kan ada gue, lo percaya ya sama gue?” Sekali lagi Chelsea menggeleng, “nggak, gue tetep nggak mau” Difa menghela nafas beratnya lalu membelai lembut rambut Chelsea yang basah, “ya udah, kalo gitu pulang kerumah gue yuk…” ^_^ Tubuh lemah Chelsea sudah terbaring diatas tempat tidur milik Difa dengan kedua mata terpejam. Chelsea mengenakan baju kaos Difa juga celana training Difa yang sedikit kebesaran untuk ukuran tubuhnya. Sebuah kain kompres yang mulai sedikit mengering bertengger diatas keningnya. Sekujur tubuh Chelsea menggigil kedinginan saat Difa membawanya pulang tadi. Dan ketika tahu kalau Chelsea demam, Difa langsung panic. Difa menatap wajah Chelsea dengan pandangan sayu. Difa benar-benar merasa tidak sanggup melihat Gadis bawelnya berada dalam kondisi seperti sekarang ini. Jika bisa, rasanya Difa ingin sekali menggantikan posisi Chelsea detik ini juga. Difa meraih tangan Chelsea yang terasa dingin. Difa menggenggamnya kuat-kuat lantas mengecupnya lama. “kalo udah seperti ini gue harus gimana, Chel?Apa yang harus gue lakuin? Jujur gue bingung. Maafin gue, Chel…. Saat ini otak gue bener-bener buntu, gue nggak tau harus ngelakuin apa. Maafin gue, maaf karna gue nggak bisa jadi sahabat yang baik buat lo, Chel. Maaf….” Ucap Difa lirih tanpa sedikitpun mengalihkan tatapannya dari wajah Chelsea. “seandainya waktu itu lo selangkah lebih maju dari Bagas, mungkin ini semua nggak bakalan terjadi….” Ucap Mas Cakka yang sejak tadi berdiri didepan pintu kamar Difa. Mas Cakka memang mengetahui segalanya antara Chelsea dan Difa. Mas Cakka tahu betul bagaimana perasaan Difa pada Chelsea. Sejak awal Mas Cakka selalu berusaha untuk memberikan Difa dorongan agar mau mengungkapkan isi hatinya yang sebenarnya pada Chelsea, tapi Difa selalu saja keras kepala. “dia nggak cinta sama gue, Mas. Mau kayak apapun dia tetep nggak cinta sama gue" ujar Difa tanpa sedikitpun menoleh kearah Mas Cakka. “itu kan kata lo…” “tapi faktanya yang Chelsea cinta itu Cuma Bagas” “itu juga karna kesalahan lo yang selalu berusaha nutup-nutupin perasaan lo didepan Chelsea” “Cukup, Mas! Nggak usah bahas itu lagi, nanti Chelsea denger” “terserah elo” Mas Cakkapun akhirnya meninggalkan kamar Difa. Difa menghela nafas panjang dan kembali mengalihkan perhatiannya pada Chelsea. Jika sudah menatap Gadis Bawel ini lekat-lekat seperti ini, Difa seakan lupa waktu. Ia merasa jarum jam tidak berdetak lagi saat kedua matanya menelusuri setiap lekuk kecantikan Chelsea. ^_^ Secara mengejutkan Sivia memasuki kamar Difa. Difa yang kaget langsung menoleh kebelakang ketika mendengar ada suara seseorang yang membuka pintu kamarnya tanpa mengetok terlebih dahulu, “Chelsea, bangun kamu, Chelsea!!” Ucap Sivia sedikit keras. Sivia merasa benar-benar marah pada Chelsea saat tahu bahwa Chelsea kabur dari Restoran tanpa sepengetahuannya. Bagaimana Sivia tidak marah? Setelah Alvin berusaha mati-matian membujuk Bagas supaya mau berkenalan dengannya hingga akhirnya Bagas luluh, malah sekarang Chelsea yang kabur. “Tante, jangan keras-keras Tan, Chelsea lagi sakit” ucap Difa setengah berbisik berusaha menenangkan Sivia. “Sa… sakit? Kok bisa?” Tanya Sivia cemas. Sivia yang awalnya diselimuti oleh amarah langsung cemas seketika saat Difa mengatakan bahwa Chelsea sakit. Sebelum Difa menjawab pertanyaannya, Sivia buru-buru menghampiri Chelsea dan duduk disamping anak sulungnya itu, “Chelsea … kok kamu bisa sakit sih, sayang??” “tadi, Chelsea pulang dalam keadaan ujan-ujanan Tante, makanya langsung sakit” jawab Difa apa adanya, “kamu tau kenapa Chelsea pulang terlebih dahulu, Difa?” Tanya Sivia pada Difa. Otak Difa langsung berfikir dengan cepat. jika ia jujur sekarang, pasti urusannya akan semakin runyam. Apalagi kan Difa belum sempat berdiskusi apa-apa dengan Chelsea mengenai masalah ini. Tapi Difa yakin, Chelsea pasti tidak menginginkannya untuk jujur kepada Mamanya. Difapun mulai memutar otak. Mencari alasan yang tepat untuk melindungi Chelsea dari amarah Mamanya. Tidak lama…. “kita ada tugas kelompok yang harus kita kumpulin besok pagi. Tapi tadi sebelum Chelsea berangkat ke restoran sama Tante, aku lupa ngasih tau Chelsea kalo malem ini kita bakalan nyelesein tugas bareng. Makanya tadi aku nelpon Chelsea buru-buru dan minta supaya Chelsea pulang, soalnya kan buku tugas Chelsea yang pegang, Tante. Tapi ternyata sepulangnya Chelsea dari restoran, Chelsea malah kehujanan dan basa kuyup kayak gini. Chelsea demam dan aku langsung minta Bi Imah buat ganti baju Chelsea pake baju aku untuk sementara” Sempurna. Kebohongan Difa benar-benar sangat sempurna. Bahkan Difa tidak perlu repot-repot meyakinkan SiviA dengan cara-cara yang aneh, karna kinipun Sivia sudah mempercayainya seratus persen. Dalam hati sebenarnya Difa merasa sangat bersalah. Tapi mau bagaimana lagi? Difa tidak memiliki cara lain untuk melindungi Chelsea selain harus membohongi Sivia. “tapi syukurlah Dif kamu cepet-cepet nolongin Chelsea, kalo nggak, mungkin sekarang Chelsea bakalan lebih parah dari ini…” Difa menghela nafas lega. Ia mengusap dada beberapa kali lantas bergumam dalam hati, “maafin aku, Tante…..” ^_^ Bagas membanting keras handphonenya diatas kasur dengan kekesalan yang sudah mencapai puncak klimaks. Sejak semalam ia berusaha menelpon Chelsea, tapi Chelsea tidak juga mengangkat telfonnya. SMS dari Bagas juga sama sekali tidak balas oleh Chelsea. Bagas bingung. Ada apa sebenarnya dengan Si Jelek itu? Apa mungkin Chelsea marah pada Bagas karna kemarin selama seharian penuh mereka tidak bertemu. Bagas terduduk dipinggir tempat tidurnya sembari berfikir. “awas lo Jelek! Jangan harep lo bakalan bebas dari gue hari ini…” ucap Bagas lebih kepada dirinya sendiri. Bagas bangkit dari tempat tidurnya lalu berjalan keluar menuju meja makan. ^_^ “gimana semalem pertemuanmu dengan keluarga Tante Sivia?” Tanya Mama saat Bagas baru saja duduk meja makan. Bagas meraih roti beserta selai cokelat yang ada dihadapannya, “nggak seru, Ma” jawab Bagas seadanya seraya mengoleskan selai cokelat pada rotinya, “nggak seru gimana?” Tanya Mama –lagi- “ya gitu, anak sulungnya Tante Sivia kabur sebelum kita sempet kenalan” “kabur? Kok bisa?” Bagas mengangkat kedua bahunya tanda ketidakpeduliannya, “tau deh, Ma. Yang jelas Bagas bersyukur banget anaknya Tante Sivia kabur, dengan begitukan Bagas nggak perlu susah-susah nyari cara buat ngacauin acara semalem…” “sttt… Bagas, jangan sembarangan ngomong deh” “emang fakta kok Ma. Si Anaknya Tante Sivia itu juga nggak setuju kali dengan acara perkenalan semalam…” “udah ah, ganti topic, tiap kali ngomongin masalah Papa kamu sama Tante Sivia kamu selalu aja kayak gini. Oya, kapan nih kamu mau bawa Chelsea kesini? Mama pengen deh ketemu lagi sama pacar kamu” “tenang, nanti Chelsea nya Bagas bawa’in deh…” “janji ya?” Bagas mengangkat wajahnya lantas menatap Mamanya sambil tersenyum, “janji, Ma….” ^_^ Bagas menghentikan motornya tepat didepan rumah Chelsea. Kedua mata Bagas langsung menangkap siluet Chelsea yang saat itu tengah asyik menyiram bunga dihalaman rumahnya. Yang membuat Bagas heran adalah, sampai jam segini Chelsea masih belum siap. Bahkan Chelsea masih mengenakan pakaian tidurnya. Apa Gadis itu sakit dan berniat untuk tidak masuk sekolah hari ini? Bagas turun dari motornya lalu berjalan perlahan memasuki pekarangan rumah Chelsea. Posisi Chelsea yang saat itu membelakangi Bagas membuat Chelsea belum menyadari kehadiran Bagas. “lo marah?” Tanya Bagas yang tiba-tiba saja sudah berdiri dengan tegak disamping Chelsea. Chelsea menghentikan aktifitasnya menyiram bunga lantas menoleh kearah Bagas, “elo?” kata Chelsea pelan. wajah Chelsea terlihat sedikit pucat, dan hal itu semakin membuat Bagas heran. Bagas memegangi wajah Chelsea, “Chelsea, elo kok pucet? Lo sakit? Sakit apa?” Chelsea berdecak pelan lantas menurunkan kedua tangan Bagas dari wajahnya. “gue nggak sakit” jawab Chelsea dingin. “lo bohong!” “terserah elo mau percaya ato nggak. Ngapain lo kerumah gue?” Sikap Chelsea pagi ini benar-benar sangat aneh dan membuat Bagas bertanya-tanya. Bukankah baru kemarin Bagas berjanji bahwa pagi ini ia akan mejemput Chelsea dan berkenalan langsung dengan Mamanya. Apa Chelsea lupa? Atau jangan-jangan Chelsea benar-benar marah gara-gara kemarin Bagas menghilang. “Lo kenapa sih berubah aneh, Chel? Dari semalem gue telfon lo nggak angkat, gue sms juga lo nggak bales, dan sekarang gue kerumah lo buat ngejemput lo, lo malah nanya gue kesini mau ngapain. Ada apa sih? Apa lo marah gara-gara kemarin gue ilang? gue kan udah minta maaf” ucap Bagas sedikit emosi. “udah marah-marahnya?” sahut Chelsea cepat. kali ini Bagas menatap Chelsea dengan pandangan bertanya. Chelsea bukan hanya aneh, tapi sangat aneh. “kalo lo udah puas marahin gue, sekarang mending lo pergi kesekolah. Nanti lo telat” sinis Chelsea. Saat Chelsea akan melangkah pergi meninggalkan halaman rumahnya, Bagas langsung mencekal pergelangan tangannya dan menarikknya hingga berdekatan dengannya. “sekarang lo kasi tau gue, Chelsea. Elo kenapa?” “lepasin tangan gue!” pinta Chelsea sedikit keras. Bagas menggeleng cepat, “nggak sebelum lo ngomong lo kenapa” “udah gue bilang gue nggak apa-apa” “gue tau lo bohong Agatha Chelsea. Dan jangan fikir gue begok, gue tau ada yang nggak beres dari lo” “sekali lagi gue bilang lepasin tangan gue dan tinggalin gue sendiri…” “CHELSEA!!!” Teriak Bagas tak sabar. “GUE MAU SENDIRI BAGAS, PLIS NGERTIIN GUE!” Setetes air mata Chelsea jatuh membasahi pipi chubbynya. Genggaman tangan Bagas pada pergelangan tangan Chelsea mulai sedikit melonggar. Chelsea tidak menyia-nyikan kesempatan itu. Karna beberapa saat kemudian, Chelsea langsung menarik pergelangan tangannya dari genggaman Bagas. Chelsea menyeka air matanya. Ia memejamkan kedua matanya sejenak seraya menghela nafas beratnya. “udah hampir jam 7 Gas, mending sekarang lo berangkat kesekolah. Gue nggak mau lo telat” kata Chelsea lebih lembut lagi. Bagas mengangguk beberapa kali. Meski sulit memahami perubahan sikap Chelsea, tapi Bagas mencoba tetap tenang dan berusaha untuk tidak membalas emosi Chelsea dengan emosi juga. Bagas sama sekali tidak ingin sedikit saja emosinya akan membuat semuanya jadi kacau. Bagas lebih memilih untuk mengalah meskipun sangat bertentangan dengan kata hatinya. “ok, untuk kali ini gue ngalah, Chel. Tapi asal lo tau, gue ngalah bukan karna lo, tapi semata-mata karna gue mau mempertahankan apa yang udah kita jalanin selama 2 bulan ini. Gue nggak mau semuanya berakhir sia-sia. Dan meskipun gue nggak tau salah gue apa sama lo, gue tetep minta maaf…” Bagas mengangkat tangannya lalu mengusap puncak kepala Chelsea beberapa kali, “maafin gue ya, Jelek? Gue sayang lo” Bagas mendorong pelan kepala Chelsea lantas mengecup puncak kepala Chelsea untuk beberapa lama. Chelsea memejamkan kedua matanya saat Bagas mengecup lembut puncak kepalanya. Air mata Chelsea lagi-lagi menetes. “gue berangkat sekarang!” Bagaspun pergi meninggalkan rumah Chelsea tanpa sekalipun menoleh kebalakang. Bagas berjalan dengan langkah yang cepat. seumur hidupnya, ini baru pertama kalinya Bagas merasakan rasa sesakit ini. Ketika jarak Bagas sudah lumayan jauh dari jaraknya sekarang, Chelseapun mengejar langkah Bagas. Tapi sia-sia, karna sekarang Bagas bersama motornya sudah menghilang dari pandangan Chelsea. Chelsea terduduk lemah didepan gerbangnya. Isak tangisnya terdengar pelan, “maafin gue, Gas, maafin gue…. Maaf karna gue udah nyakitin lo, maaf…” lirih Chelsea disela-sela isakkannya. ^_^ “gimana keadaan lo?” Tanya Difa yang tiba-tiba saja muncul disamping Chelsea. Udah kayak jin botol aja. Chelsea mengomel dalam hati. “udah agak baikan sih, Dif…” jawab Chelsea cepat lalu kembali mengalihkan perhatiannya pada novel yang sejak tadi ia baca. Difa menyentuh kening Chelsea dan berusaha merasakan suhu tubuhnya. Merasa terganggu dengan apa yang Difa lakukan, Chelsea buru-buru menepis tangan Difa dari keningnya, “Dafur, gue udah bilang gue nggak apa-apa kan…. Eh, kok lo pulangnya pagi sih? Lo bolos ya?” Difa membenahi posisi duduknya lalu menjawab pertanyaan Chelsea, “terpaksa bolos sih sebenernya, habis didalem kelas gue kefikiran elo terus sih, jadi nggak konsen belajar” Difa melirik kearah Chelsea sejenak, “gue cemas sama keadaan lo” Difa melanjutkan perkataannya dengan penuh kesungguhan. Jujur, Chelsea merasa sedikit terharu ketika mendengarkan ucapan Difa barusan. “oh….” Gumam Chelsea pelan, “gimana sama Bagas? Bagas udah tau?” Tanya Difa berusaha mengalihkan topic. Chelsea mengangkat kedua bahunya lalu menggeleng beberapa kali, “tadi Bagas kesini, Dif…” ujar Chelsea pelan seraya memainkan ujung pakaian tidurnya. “terus?” “gue usir. Gue suruh pergi” “kok….?” “gue bingung Dif, gue nggak tau harus ngelakuin apa. Mau ngejelasin sama Bagas aja rasanya susah banget, gue juga nggak tau harus mulai darimana buat ngejelasin semuanya ke Bagas, gue bingung…. Disatu sisi, gue cinta banget sama Bagas, tapi disisi lain, ada Mama gue yang sangat mencintai Om Alvin, Papa Bagas. Udah sejak lama Mama pengen nikah sama Om Alvin, tapi sekarang apa gue tega mempertaruhkan keinginan Mama gue Cuma karna cinta gue ke Bagas? Sumpah, gue bingung Dif. Kayaknya gue emang harus nyerah aja deh….” Chelsea menutup wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya lantas menunduk dalam. Difa terdiam. Bukannya Difa tidak mau menanggapai ucapan Chelsea, hanya saja Difa sudah tidak tahu lagi harus berbicara apa pada Chelsea. Menurut Difa, masalah yang sekarang Chelsea hadapi benar-benar sulit dan susah dimengerti. Andai Difa bisa melakukan sesuatu untuk Chelsea. Tapi Difa tidak bisa, sekalipun dia ingin. “lo sendiri gimana sama Angel?” Tanya Chelsea tiba-tiba yang langsung membuat Difa terkesiap, “eh…” “iya, lo gimana sama Angel?” “kok jadi bawa-bawa gue sama Angel sih?” kata Difa bingung, Chelsea tersenyum kecil, “udah saatnya Dif lo nyari seorang pacar. Emang dari sekian banyak cewek yang ngefans sama lo nggak ada satupun gitu yang nyantol dihati lo?” Difa menggeleng. Bagaimana bisa Difa jatuh cinta pada Gadis lain sementara dihatinya hanya terukir satu nama yang mungkin selamanya tidak akan pernah terhapus dan tidak akan pernah tergantikan. Selama-lamanya. Dan nama itu tentu saja milik Chelsea. “ato jangan-jangan lo homo ya?” gurau Chelsea. Difa langsung menatap Chelsea dengan tajam. “haha… Viss!” ujar Chelsea seraya mengacungkan kedua jarinya dan dengan disertai oleh suara tawa yang berusaha ia paksakan. “sebenernya ada satu cewek yang gue sayang, bahkan gue cinta” ucap Difa tiba-tiba. Perkataan dari Difa itu sukses membuat suara tawa Chelsea terhenti seketika. Difa mencintai seorang Gadis? Siapa? Kenapa Chelsea tidak tahu sama sekali? Dan kenapa Difa tidak pernah bercerita selama ini? “siapa??” Tanya Chelsea yang mulai digeletiki oleh rasa penasaran. Difa tersenyum penuh arti pada Chelsea, “lo nggak perlu tau lah” “iiiii….. Difa jahaaatt!!!” rengek Chelsea dengan suara manjanya. Difa terkekeh geli lantas beringsut dari sofa yang ia duduki. Setelah berdiri dihadapan Chelsea, Difa langsung mengulurkan tangan kananya pada Si Bawel itu. “ikut gue yuk!” Chelsea melirik sebentar kearah tangan Difa yang terulur, “kemana?” “kesuatu tempat. Yang jelas hari ini gue mau bikin lo seneng. Gue mau ngehibur lo” Chelsea terlihat berfikir sejenak. Tidak lama Chelsea tersenyum lantas menyambut uluran tangan Difa. ^_^ Bagas mendrible bolanya dengan keras. Bayang-bayang wajah Chelsea terus berpendar diingatannya dan membuat jantungnya semakin terasa sakit. Jujur saja, sampai saat ini Bagas masih belum mengerti dengan perubahan sikap Chelsea. Sepanjang hari ini Bagas terus berfikir kesalahan apa yang telah ia lakukan hingga membuat Chelsea berubah dingin seperti itu. Sekarang Bagas tau bagaimana rasanya diacuhkan oleh seseorang yang sangat ia sendiri sayangi. Dulu Bagas pernah melakukan hal ini pada Chelsea, dan sekarang giliran ia yang merasakan, Bagas malah merasa tidak sanggup menanggung semuanya. Rasanya sakit sekali. Bagas meloncat lalu memasukan bola yang sejak tadi ia drible kedalam ring. Bola itu memasuki ring dengan sempurna tanpa meleset sedikitpun. Bagas membiarkan bola itu terpental beberapa kali dilapangan hingga akhirnya menggelinding entah kemana. Bagas menunduk sambil menopang kedua lututnya. Bagas berusaha mengatur nafas yang terdengar tidak teratur. Keringat membanjiri seluruh tubuhnya. “terserah elo mau ngelakuin apa aja, Chel. Gue nggak peduli. Tapi, jangan pernah berfikir gue akan melepaskan lo. Selamanya elo Cuma boleh jadi milik gue, dan apapun nggak boleh ngubah itu….” ^_^ Difa membawa Chelsea kesebuah lapangan hijau yang luas. Hari ini Difa benar-benar ingin menyenangkan hati Chelsea. Meskipun tidak bisa membantu Chelsea sepenuhnya, tapi setidaknya Difa akan berusaha sebisa mungkin untuk bisa mengurangi sakit yang kini mendera Chelsea. Chelsea menatap kesekeliling lapangan, tidak ada satupun hal menarik yang bisa ditangkap olehnya. Menyadari apa yang tengah Chelsea fikirkan, Difa hanya bisa tersenyum, “ngapain lo bawa gue kelapangan kosong kayak gini?” “tunggu bentar ya disini? Bentaaarr aja. Jangan kemana-mana! Awas lo” kata Difa lalu berlari meninggalkan Chelsea sebelum Chelsea sempat menghentikannya. Chelsea hanya pasrah dan menanti hal apa yang akan Difa lakukan padanya. Beberapa menit kemudian, Difa kembali lagi seraya membawa 2 buah layangan lengkap dengan talinya. Dengan wajah yang ceria layaknya anak kecil, Difa menghampiri Chelsea. “layangan??” Tanya Chelsea heran, “lo lupa? Dulu kan pas masih kecil, lo suka ngerengek sama gue minta diajakin maen layangan, terus pas tali layangan lo putus lo pasti bakalan nangis-nangisan dan minta layangan gue…” Chelsea tertawa kecil ketika mengingat masa kecilnya bersama Difa. Difa mengulurkan layangan yang satunya lagi dihadapan Chelsea. Dengan senang hati Chelseapun menerima layangan pemberian Difa. Difa dan Chelsea berdiri ditengah-tengah lapangan memainkan layangan mereka masing-masing. Sesekali Chelsea berjalan mundur bahkan sampai berlari kecil mengikuti gerak layangannya. Tawa Chelsea pecah seketika, dan jujur, Difa merasa begitu damai ketika mendengar suara tawa lepas Chelsea. Tidak ada yang lebih penting lagi bagi Difa selain bisa mendengar tawa nyaring Chelsea juga bisa melihat senyuman manisnnya yang selalu merekah indah menghiasi wajah cantiknya. Difa menatap Chelsea sejenak. Dalam hati Difa berjanji, semua ini hanyalah bagian-bagian kecil dari kebahagiaan yang nantinya akan Difa berikan pada Chelsea. Setelah merasa puas bermain layangan, Difa dan Chelseapun duduk ditengah lapangan sambil memeluk lutut mereka masing-masing. Setelah cukup lama terjadi keheningan diantara mereka, Chelsea akhirnya buka suara, “makasih ya, Dif?” “buat?” “ya buat semuanya. Lo itu bukan Cuma sahabat gue Dif, tapi malaikat pelindung gue, dan gue bener-bener nggak bisa bayangin gimana hidup gue jika tanpa lo….” Lirih Chelsea dengan suara sedikit bergetar. Difa tersenyum miris, tanpa sadar mulutnya berucap, “Chel, apa gue boleh mencintai lo?” Chelsea tersentak, ia langsung melirik tajam kearah Difa. Apa yang baru saja Difa tanyakan padanya? Chelsea benar-benar tidak mengerti. “ma… maksud lo?” Difa merutuki kebodohan yang baru saja ia lakukan. Pertanyaan macam apa yang Difa tanyakan pada Chelsea? Itu sih sama saja artinya Difa menelanjangi perasaannya didepan Chelsea. Dan Difa sadar, Difa tidak boleh melakukan hal itu. Difa membalas tatapan Chelsea. Ia berusaha terlihat biasa saja dan berusaha bersikap sewajar mungkin, “nggak apa-apa, gue Cuma asal nyablak aja tadi, hehe….” Kata Difa dengan diiringi oleh cengiran khasnya. Chelsea mengangguk beberapa kali. Meskipun agak sanksi dengan ucapan Difa barusan, tapi Chelsea berusaha untuk mempercayai Difa seratus persen. Difa sahabatnya, malaikat pelindungnya. Jadi sudah sewajarnya Chelsea menyerahkan seluruh kepercayaannya pada Difa. Tiba-tiba, Chelsea bangkit dari duduknya lalu meminta Difa untuk berdiri dihadapannya. Tanpa banyak bicara lagi, Difa langsung berdiri dihadapan Chelsea. Chelsea menatap Difa sejenak lalu membawa dirinya kedalam pelukan Difa. Difa sempat terkejut dengan apa yang Chelsea lakukan, tapi itu tidak lama, karna setelahnya Difa buru-buru membalas pelukan Chelsea, “Chelsea sayang Difa…. Chelsea sahabat Difa selamanya….” Bisik Chelsea pelan didepan telinga Difa. Difa diam, ia lebih memilih untuk tidak membalas ucapan Chelsea. Selamanya status dan posisi Difa dihati Chelsea tidak akan pernah berubah, dan apapun tidak akan pernah bisa mengubahnya. Selamanya pula, Difa hanya akan menjadi sahabat Chelsea, malaikat pelindung bagi Chelsea, tidak akan pernah lebih dari itu. “gue boleh minta sesuatu sama lo, Chel…?” “apapun…” jawab Chelsea seraya tetap memeluk Difa, “jangan nangis lagi ya? Gue paling nggak suka ngeliat lo nangis” Chelsea menghela nafas panjang lalu membalas perkataan Difa, “gue nggak bisa janji. Tapi, gue akan usaha, demi elo, demi persahabatan kita….” “iya, demi persahabatan kita….” Sahut Difa. Sorry baru dinext :D Next?? -MinShan
Posted on: Sun, 01 Sep 2013 11:46:07 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015