"KEHEBATAN BOB MARLEY" Di tengah gemuruh revolusi - TopicsExpress



          

"KEHEBATAN BOB MARLEY" Di tengah gemuruh revolusi dunia, tepatnya 6 Februari 1945, Bob Marley yang bernama asli Robert Nesta Marley lahir di Jamaika. Seperti anak kecil umumnya di sebuah negeri miskin, Bob pun ikut bekerja mencari nafkah. Sepulang dari sekolah, ia bersama ibunya, Cedella Marley, membuat usaha pengelasan secara kecil-kecilan, meski Bob akhirnya menyadari potensinya bukan di situ. Lalu ia pilih bernyanyi dan bermusik dengan banyak belajar dari Joe Higgs, tetangganya di Kingstone, yang juga pemusik dan pencipta lagu. Sejak itu dia aktif mempelajari musik, termasuk mengkonsumsi musik asal Amerika melalui radio. Begitu banyak aliran yang didengar, pilihan jatuh pada reggae. Dia pun banyak mempelajari musik-musik reggae dari para pendahulunya, seperti Jimmy Cliff dan Horace Andy. Berkat Bob, reggae makin digemari khalayak. Musik serapan ska, calypso, dan mento ini terus mendayu menelisik telinga, menggerakkan tubuh. Keberadaan ganja yang dihalalkan oleh Perdana Menteri Jamaika, Michael Manley, pada dekade 1970-an, ikut memberikan kontribusi bagi reggae. Ganja yang oleh kaum Rastafarian dianggap sebagai ritual dalam menegaskan diri sebagai manusia pencinta perdamaian dan kebersamaan hidup, ternyata sangat cocok dialognya dengan irama musik reggae. Bob Marley bukan sekadar penyanyi. Dari buku yang ditulis Helmi Y. Haska, Bob Marley: Rasta, Reggae, Revolusi, kita kian tahu bahwa dia juga pejuang, penyeru revolusi, dan pengabdi kemerdekaan manusia dari segala bentuk penjajahan. Dia bukan sekadar pengikut kaum Rastafarian, tapi telah menjadi guru bagi mereka. Ia juga tidak semata mengajak orang untuk selalu optimistis dalam memandang hidup, tapi ia telah mencontohkan itu sepanjang masa hidupnya. Ketegaran Bob Marley terutama tampak saat tragedi penembakan pada 3 Desember 1976 menimpa dirinya. Tragedi itu tak membuat dia ciut, meski lengan dan dadanya ditembus peluru panas. Bob makin tegas. Bahkan dua hari setelah peristiwa itu, ia tetap menggelar konser besarnya yang telah lama direncanakan, "Smile Jamaica", di arena National Heroes Circle. Konser ini digelar khusus untuk misi perdamaian menjelang pemilihan umum 15 Desember 1976 di Jamaika yang sedang berkecamuk. Saat pertunjukan berakhir, Bob menunjukkan bekas luka tembak yang belum sembuh kepada para penggemarnya. Di atas panggung besar itu ia tertawa lantang. Menertawakan para penembak yang pengecut. Sebagai musisi yang taat pada nilai- nilai kemanusiaan, Bob Marley selalu menyerukan perdamaian di setiap konsernya
Posted on: Wed, 19 Jun 2013 07:01:23 +0000

Recently Viewed Topics




© 2015