KETUJUH Tujuh Akhir Halaman Hidup itu selalu sama, terdiri dari - TopicsExpress



          

KETUJUH Tujuh Akhir Halaman Hidup itu selalu sama, terdiri dari empat fase yang monoton, perbedaan bisa tercipta tergantung gimananya kita ngejalani empat fase itu, foreplay, penetrasi, klimaks, dan selesai.. Dengan gerakan sedikit memutar nan gemulai ala balerina, aku segera berbalik badan, berusaha mencari tau siapa sosok yang baru saja menahan bahuku. Mulutku menganga lebar setelah mengetahui siapa sosok perempuan bersuara lembut itu. Sosok yang tidak asing lagi berdiri disana, sosok yang pernah aku kenal sebelumnya, sosok yang meninggalkan sebuah kenangan tak terlupakan untukku. Sosok itu adalah.. " Chu.. " " Chusnul.. " ujarku lirih, dengan mulut masih menganga, kali ini tidak selebar tadi, karena mulai ada beberapa lalat hijau yang menghampiri. Aku terdiam, menutup mulutku rapat-rapat, kemudian berpikir keras tentang siapakah sosok itu. Aku sedikit lupa. Lupa akan nama lengkapnya. Dia keheranan menatap tingkah laku anehku. " E-eh, Chusnul siapa ya? " tanyaku sambil menggaruk bagian belakang kepalaku. " Chusnul Amiruddin mas.. " jawabnya lempeng. Sedetik, dua detik, aku kembali terdiam. Mematung. Mirip zombie bengong yang berdiri ditengah pematang sawah. " Masa lupa sich ama akyuuu.. " ujarnya sambil memonyongkan bibir. " Haaahhhhh!!! Iya, kamu!!!!! Chusnul yang itu!!! Pe-penjahat bokong!!! " aku berteriak histeris setelah menemukan serpihan kenanganku bersamanya. Secepat kilat aku beringsut menjauhinya. Melepaskan cengkeraman tangannya dari pundakku. Aku harus menjaga jarak. Ingat, dia ini memiliki jurus totok yang entah mengapa sukses dikuasainya dengan sangat baik, ilmu yang bisa membuatku engga berdaya sewaktu dia memperkosa bokongku. " Yiaaa, cantik-cantik gini kok dipanggil Penjahat Bokong sich.. " balasnya dengan memasang wajah innocent, wajah cantik yang sempet menjebakku sesaat. " Aku minta maaf mas.. " ekspresinya mendadak berubah, terlihat galau, " Aku khilaf waktu itu, abis mas Bambang ganteng.. Jadi mupeng deh.. " " Mupeng apanya!!! " bentakku kesal melihatnya. " Bokong perjakaku malah jadi korban!!! " Chusnul Amiruddin menangis, dia kembali mengulanginya, dia terus meminta maaf padaku. Tingkah lakunya membuat beberapa orang yang melintas disekitar kami jadi menatap sinis padaku. Bahkan ada seorang pemudi yang menyeletuk, " Tanggung jawab mas kalo habis ngehamilin anak orang.. ", atau bapak-bapak sok tau yang dengan entengnya berkata, " Sadarlah nak, perlakukan pacarmu dengan baik, jangan buat dia menangis.. Apalagi pacarmu itu cantik.. " What the, kenapa malah seakan-akan aku yang salah padanya. Ah ya, aku baru ingat kalau penampilan Chusnul memang benar-benar cantik, tidak mudah membedakannya dengan perempuan tulen. Terpaksa aku harus mendekatinya, berusaha sedikit berbuat manis untuknya agar tidak ada lagi semakin banyak orang yang salah paham padaku. Semakin dekat dengannya, semakin aku merasakan ada satu kejanggalan disana. Pakaian. Dia mengenakan pakaian yang tidak lazim dikenakannya. Sangat berbeda jauh dari baju seksi yang dulu melekat pada tubuh semoknya saat menemuiku di hotel. Pakaian itu, seragam satpam. Eh, kenapa dia mengenakan seragam satpam? " Udah, udah, ga usah mewek gitu, kamu malah nyusahin aku kalo kayak gini.. " aku berusaha menenangkan dan menghentikan tangisnya. " Dimaafin dulu baru akyu engga mewek lagi.. Hikk, hikkk... " dia coba mengajukan satu syarat. " Iya, iya, dimaafin deh, asal jangan diulangin lagi.. " jawabku terpaksa. " Kyaaa!!! Asikkk, udah dimaafin.. " mendadak dia berteriak ceria dan langsung memelukku erat-erat, seperti seseorang yang baru saja memenangkan undian satu milyar. Orang-orang kembali memperhatikan kami, membuatku makin risih. " Udah, lepasin.. " aku berusaha berontak melepaskan diri dari pelukannya, namun dia terlalu kuat, sama seperti dulu, " Sebelum aku berubah pikiran.. " " Ga mau lepas.. " " Lepasin gak? Aku hitung sampai tiga. Satu.. " " Ga mau, ga mau, gendong dulu muterin apartemen.. " Dafuq, dia pikir aku ini odong-odong apa.. " Dua.. " " Huft.. Iya deh iya, nyerah... " Oke, akhirnya aku menang. Situasi kembali normal sekarang, meski ada satu hal yang mulai mengganjal pikiranku. Man, kenapa dia selalu ada setiap kali aku berusaha mencari Chusu? " Makasih ya mas Bambang udah maafin akyu.. " Minta maaf, kata-kata sederhana yang sebenarnya sulit diucapkan. Aku kagum akan niatannya untuk meminta maaf padaku. Aku jadi membandingkannya dengan diriku sendiri. Apa aku pernah meminta maaf pada mereka? Minta maaf pada gadis-gadis yang pernah aku tiduri. Gadis-gadis yang keperawanannya sempat direnggut oleh keperkasaan Bams Junior. Meski semua itu berdasar perasaan suka sama suka. Apa aku tau apa yang ada dalam dasar hati mereka? Pasti mereka juga merasa pedih, perasaan yang sama pedihnya dengan apa yang aku rasa saat aku kehilangan keperjakaan bokongku. Aku salah, aku seharusnya minta maaf pada mereka. Bukan malah menjadikan mereka boneka yang berlabelkan TTM. Hatiku terusik, aku menarik nafas dalam-dalam, dan aku memutuskan akan membuang jauh-jauh kebiasaan burukku itu. Kini, aku hanya ingin serius menjalin hubungan dengan Windi. " Ummm, aku yang harus makasih sama kamu.. " ujarku tiba-tiba, " Entah mengapa aku mendadak berkata seperti itu pada Chusnul Amiruddin. Faktanya, dia memang menyadarkanku akan hal penting yang selama ini aku lupakan. " Eh? " laki-laki berwujud perempuan itu menatapku bengong. " Hahaha, jangan dipikir.. " aku coba mengelak, mengalihkan pembicaraan, " Ngomong-ngomong, kenapa kamu pake seragam satpam? Ada karnaval? " " Yeee kok malah dibilang karnaval sich.. Aku kerja disini mas.. " " Jadi satpam? " aku sungguh tidak percaya dengan jawabannya. " Iya, satpam, masalah buat looo? " dia mengeluarkan suara laki-lakinya, nyaliku langsung menciut seketika. " Eng-engga, ga masalah, asal halal dan ga jadi tukang tusbol kok.. " aku melengos, membuang ketakutanku. " Hihihi, tuh kan maafinnya ikhlas ga sichhh, masih dibahas mulu.. Aku ga bisa kerja ditempat sembarangan mas, maklum lah daftar riwayat hidupku kan rada-rada ga jelas gitu.. " " Maksudnya? " " Dibagian jenis kelaminnya mas, selalu aku tulis laki-laki berwujud perempuan.. Rata-rata perusahaan engga mau menerima akyu.. Cuman pemilik apartemen ini yang mau terima, soalnya akyu udah kenal dia dari sewaktu jaman SMA dulu.. Keahlian beladiri yang akyu punya sangat berguna disini mas, apartemen jadi aman dan tenteram, ada maling macem-macem tinggal di totok aja deh.. Dan untungnya orang-orang disini selalu bisa nerima akyu, hihihi, mereka malah mengira akyu ini perempuan tulen loch mas.. Malah ada yang pernah mau booking akyu.. Bla.. bla... bla.... Ah, malah jadi curhat gini dehhh.. " Penjelasan yang masuk akal. Aku bersimpati padanya. Dia ternyata bisa berperilaku jujur seperti itu. " O ya, mas mau kemana? Sini biar aku anter.. " tawarnya. " Unit nomor 505, aku mau ketemu seseorang.. " jawabku jujur. Akhirnya dia mengantarku menuju kesana, unit 505. Sepanjang perjalanan dia masih saja terus meminta maaf padaku. Untuk saat ini, Chusnul Amiruddin adalah satpam yang paling cantik di Indonesia. Dia juga satpam yang paling berbahaya, percaya atau engga, coba sendiri deh cari gara-gara dengannya. Curhatan kami berdua tidak berlangsung sepihak, aku juga sedikit bercerita dengannya tentang apa tujuanku berada disini saat ini. Aku telah tiba didepan pintu unit nomor 505. Berdasarkan data yang diberikan Windi, disinilah tempat tinggal Chusu. Seharusnya kali ini aku benar-benar bisa menemuinya. Chusnul Amiruddin masih menemaniku, setelah permohonan maafnya tadi, entah mengapa aku benar-benar meyakini bahwa dia tidak akan melakukan hal-hal buruk lagi padaku. " Unit nomor 505 ya.. " dia berujar lirih, mengelus dagunya, " Kalo engga salah pemilik kamar ini seorang perempuan cantik.. Namanya agak-agak mirip nama akyu gitchuuu.. " Nama yang mirip dengannya? Berarti memang benar bahwa ini adalah tempat tinggal Chusu, nama lengkap dia adalah Chusnul Alissia, hampir mirip dengan Chusnul Amiruddin kan? Kenapa dia tinggal di apartemen? Tipe-tipe keluarga seperti keluarganya seharusnya lebih memilih hidup didalam perumahan elit ketimbang menghabiskan waktu untuk tinggal didalam apartemen. Aku menekan bel, bukan hanya sekali, tapi beberapa kali. Tidak ada jawaban. Aku mulai gelisah, jangan-jangan usahaku harus terhenti lagi tanpa hasil. " Ga ada orang sepertinya mas.. " celetuk Chusnul Amiruddin. " Kamar ini cuman ditinggali satu orang aja sich, dan tadi akyu liat dia lagi keluar.. " tambahnya. " Eh.. " " Kamprettt, napa ga bilang dari tadi!!! " protesku sambil menepok jidatnya keras. " Ampuuun mas.. " Chusnul Amiruddin langsung memasang wajah memelas. " Itu kabar buruknya.. " dia berujar sambil merogoh-rogoh kantong celana panjangnya, sebuah kunci dikeluarkannya dari sana. " Kabar baiknya, akyu punya kunci kamar ini.. Akyu bisa ngerasain, kayaknya dia ini orang yang sangat berarti buat kamyuuu kan mas, jangan-jangan yang kamu cari disini itu Chusnul Alissia yang asli ya? Hihihi, semoga aja kali ini ga salah alamat lagi yaaa.. Akyu kenal perempuan yang tinggal disini, tapi akyu ga tau namanya.. Perempuan itu selalu keliatan sedih mas.. Oya, nih.. " dia menyerahkan kunci itu padaku, kemudian melangkah meninggalkanku menuju ke salah satu sisi koridor yang bisa dengan mudah digunakannya untuk mengawasi tangga dan lift pada lantai tempat kami berpijak sekarang, " Biar akyu yang awasin, tapi jangan macem-macem waktu didalem loh.. Liat-liat aja, cari tau siapa yang tinggal disana.. Jangan nyolong mas, hihihi.. " " Kamprettt, kamu pikir aku ini maling apa.. " " Kyaaa, ampuuun... " Skip, skip... (coba pake FR style) Hari ini, secara mengejutkan, Chusnul Amiruddin malah menjadi orang yang paling banyak membantuku. Mungkin kami bisa bersahabat setelah ini, asal dia engga macem-macem coba memperkosaku lagi. Dengan gerakan mantap akyu segera membuka pinta kamar itu, kamar nomor 505. Akyu melangkah dengan langkah tegap masuk kedalam sana. Eh? Kenapa jadi akyu sih. Kenapa mendadak jadi tiruin gaya ngomongnya si Chusnul Amiruddin. Aku terkejut setelah sukses memasuki ruangan luas nan mewah itu. Pemandangan yang sangat aneh tersaji disana. Pemandangan yang tidak lazim, namun juga tidak asing. Interior unit 505, Red Sapphire Apartment, didominasi dengan warna merah-putih. Nuansa khas klub favoritku, Southampton. Ada hiasan dinding berupa logo klub itu disana, karpet jumbo berukuran besar dengan gambar serupa, juga beberapa poster pemain favoritku menggantung dengan rapi, terbungkus pigora serba merah yang nampak megah. Bersih, semuanya sangat bersih dan rapi. Mirip sebuah unit apartemen yang tak berpenghuni. " Ada Adam Lallana.. " ujarku lirih, menatap takjub. " Morgan Schneiderlin juga.. " " Maya Yoshida, Adam Lambert... " aku terus mengurut memperhatikan foto-foto itu. Mataku terbelalak setelah menatap beberapa foto yang jelas benar-benar aku kenal juga menggantung disana. Foto diriku sendiri!!! Foto diriku sendiri dalam berbagai macam pose. Foto yang didapat dengan cara sembunyi-sembunyi. Foto saat pertandingan futsal, foto saat aku berulang tahun, foto saat wisuda SMA, dan masih banyak foto-fotoku lainnya. Aku terus menjelajahi ruangan itu, mataku berhenti pada sebuah foto yang paling berbeda diantara foto-foto lainnya. Foto yang terletak diatas sebuah meja hias berbahan kayu jati disalah satu sudut ruang depan. Foto dua anak kecil yang sedang bermain dakochan. Itu jelas adalah foto diriku, foto diriku dengannya, dengan Chusnul Alissia. Aku sangat terkejut mendapati ini semua. Jangan-jangan selama ini dia selalu memperhatikanku, dia selalu dekat denganku, hanya aku yang sama sekali engga menyadarinya. Ada sebuah diary diatas meja, berada tepat disamping kanan foto itu. Diary berwarna pink. Sebuah tulisan latin berada dibagian cover. Ditulis dengan sebuah tinta warna emas, bertuliskan.. " Chusnul Alissia.. " = = = = = Masih dari Red Sapphire Apartment, unit lainnya, unit 507. Unit yang berada tepat disebelah unit 505, tempat dimana seorang Bambang Lesus Soekawi membaca setiap halaman diary yang begitu berarti baginya. Diary milik seseorang yang berasal dari masa lalunya, Chusnul Alissia. Diary yang banyak bercerita tentang kehidupan perempuan itu, lebih banyak guratan tinta penuh luka dibanding guratan yang mengandung tawa. Sang pemilik diary berdiri didalam unit itu. Dia terlihat rapuh. Wajah cantiknya masih memancar ditengah redup hatinya. Dia tidak sendirian, didalam sana ada dua sosok perempuan cantik lain yang menemani sepi harinya. Windi Adelina dan juga Chusnul Amiruddin (oke, kalau yang ini memang bukan perempuan tulen ya). " Chusuuu, apa bener gapapa kalo harus berakhir seperti ini? " tanya Windi pelan, dia terlihat khawatir, " Aku engga mau kalo kamu harus mengorbankan kebahagiaan diri kamu sendiri.. " " Iya, ini semua belum terlambat cyin.. " sahut Chunul (Chusnul yang KW, bukan yang asli), " Dia masih ada disebelah loch, semua cerita ini masih bisa kita rubah.. " Chusu terdiam. Hatinya mulai bimbang, mulai meragu, namun dia buru-buru menepis semua perasaan itu. Perasaan yang bisa membuatnya berbalik arah. " Umm.. Engga apa.. " jawabnya, dia masih terlihat rapuh meski mencoba untuk menjadi sekuat yang dia inginkan. " Semua udah selesai, aku harap kamu jaga dia baik-baik ya Ndi.. " " Dia orang baik, terlepas dari sifatnya yang suka main cewe, dan aku yakin dia bisa berubah setelah ini.. " harapnya, " Sesuai apa yang udah aku rencanain sebelumnya.. " Dialah yang merancang beberapa skenario dalam hidup Bambang. Mulai dari awal. Semuanya dia sendiri yang menyusunnya. Skenario untuk membahagiakan seseorang dari masa kecilnya itu, skenario untuk mengubahnya menjadi pribadi pejantan yang lebih baik. Mulai dari mempertemukannya dengan Chusnul Amiruddin, mengarahkan Dimas untuk merenggut Wanda darinya, lebih mendekatkan Windi, hingga meninggalkan sebuah diary penuh berisi tulisan-tulisan yang bisa mengubah pola pikir laki-laki itu. Dia tidak ingin Bambang menjadi seorang pemain wanita lebih dari ini. Belum terlambat untuk mengubahnya, dan Windi adalah orang yang tepat untuk ini. Bukan dirinya. Karena dia tidak akan bisa berlama-lama menikmati indah dunia. Vonis penyakit yang harus diterimanya mulai mengubah semua mimpi indahnya. Mimpi yang pernah dia impikan bisa terwujud bersama-sama dengan teman masa kecilnya itu. " Engga apa-apa Windi, Amir juga.. Makasih kalian udah bantu aku selama ini.. " " Amir awas aja ya jangan khilaf lagi pake tusbol-tusbol pantat Dakochan lagi.. " " Hihihihi... " " Iya, iya cyinnn.. " jawab Chusnul Amiruddin sambil sedikit manyun. Chusu tertawa kecil, dia mengingat jelas setiap kejadian konyol yang menimpa Bambang akibat salah perhitungan rencananya. Salah satu yang paling diingatnya adalah ketika Chusnul nekat memperkosa bokong Bambang saat dia menyuruhnya menemui laki-laki itu untuk sekedar memberikan sedikit pelajaran kecil. Chusnul Amiruddin adalah teman Chusu semasa SMA, tentu saja saat itu dia masih berada dalam wujud laki-lakinya. Chusnul yang berperilaku kelewat kemayu selalu menjadi bahan ejekan bagi teman-teman mereka, dan Chusu selalu berada disana untuk membelanya. Setelah lulus SMA, Chusnul memutuskan untuk mengubah penampilannya lebih drastis, untuk itu dia sampai menghabiskan dana yang cukup fantastis untuk mengoperasi fisik dirinya di Thailand. Separuh dana untuk itu diberikan oleh Chusu. Segala kebaikan Chusu membuat Chusnul Amiruddin banyak berhutang budi padanya, dan dia menebusnya dengan cara selalu membantu Chusu kapanpun perempuan itu membutuhkannya. " Makasih ya.. " ujar Chusu tulus, " Makasih kalian udah bantuin aku selama ini.. " " Engga, engga cyinnn... " balas Chusnul, air matanya mulai berlinangan, " Akyu yang harus makasih ama kamu.. Hikkk, hik... " Sedangkan Windi, adalah salah seorang sahabat terbaik yang dimiliki oleh Chusu. Mereka satu sekolah sejak SMP. Windi begitu mengenal Chusu dengan sangat baik, begitu pula sebaliknya. Dialah sahabat pertama yang dimilikinya setelah kembali ke Surabaya. Chusu meninggalkan Surabaya selama 5 tahun lebih untuk mengikuti orang tuanya yang mulai mengembangkan bisnis di beberapa kota diluar Surabaya. Chusu banyak bercerita tentang Bambang padanya, dan karena itulah dia berani memberikan laki-laki itu untuknya. " Aku sungguh engga suka situasi kayak gini.. " kata Windi tiba-tiba, mata indahnya berkaca-kaca, " Aku yakin kamu bisa sembuh kok, Chusu.. " " Aku yakin pengobatan di Jepang nanti bisa sembuhin kamu.. " Chusu menggeleng pelan. " Kalo udah takdirnya seperti ini yahhh, mau gimana lagi.. " dia kembali menunjukkan senyumnya. " Selamat tinggal ya, Windi, Amir.. " " Selamat tinggal, Dakochan.. " = = = = = Tidak mungkin setiap halaman dalam diary tebal itu bisa aku lahap dengan cepat. Air mataku terus mengalir deras. Terlalu banyak kesedihan. Aku memutuskan untuk langsung menuju kepada akhir halaman. Tinta warna merah yang konsisten memenuhi tiap halaman diary itu makin memudar. Ada beberapa bercak basah disana. Bekas air mata sepertinya. Aku mulai membacanya perlahan. Hanya ada beberapa kalimat disana. Aku tau ini pasti akan semakin melukai perasaanku. Dear Dakochan, Aku percaya, kamu pasti bisa sampai disini. Membaca diary ini dengan air mata berlinangan, ya kan? Ngaku aja deh. Aku tau kamu selama ini masih saja terus mencariku. Sebenernya, aku engga berniat membagi kesedihanku ini padamu, hanya aku ingin kamu benar-benar mengetahui apa yang dikerjakan oleh seorang Chusu selama menghilang dari kehidupanmu. O ya.. Unit ini, sepenuhnya untukmu. Hihihihi.. Bukan bermaksud menyombongkan diri, tapi memang saat ini aku benar-benar menjadi seorang perempuan muda yang sangat kaya raya. Aku ini pewaris tunggal keluarga pemilik bisnis properti ternama di Indonesia. Kamu engga perlu tinggal ditempat kos sempit itu lagi. Kamu engga perlu menyalurkan hasrat seksualmu pada tante Linda yang genit itu lagi. Inget, kamu udah punya Windi. Jaga dia baik-baik. Jaga baik-baik unit ini. Kenapa unit nomor 505, karena kita berpisah saat kita berusia 5 tahun. Beberapa bulan sebelumnya, masih diusia kita yang baru menyentuh angka 5, kamu juga bilang akan menikahiku suatu saat nanti. Sungguh Dakochan saat itu benar-benar lucu, benar-benar konyol.. Aku selalu tertawa jika mengingatnya. Ummm... Kita memang engga akan bisa menepati janji yang dulu pernah kita ucapkan bersama-sama. Aku yakin umurmu masih sangat panjang. Berbanding terbalik dengan usiaku yang mulai memasuki masa-masa akhir. Terakhir, jagalah dirimu baik-baik. Jaga semua yang menyayangimu. Jangan lupain aku yah Dakochan, tapi jangan juga terlalu mengingatku. Aku engga pantas untuk selalu diingat. Aku hanya akan menjadi bayangan yang akan hilang saat kamu telah menemukan cahaya terang dalam hidupmu. Selamat tinggal. Aku akan terus menjagamu, meski itu hanya bisa aku lakukan tanpa terlihat olehmu. Chusu, anak perempuan kecil yang dulu selalu kalah saat bermain Dakon melawanmu. - T A M A T -
Posted on: Sun, 25 Aug 2013 05:04:32 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015