KISAH perjuangan ANAK MANUSIA demi MENCIUM sebongkah BATU - TopicsExpress



          

KISAH perjuangan ANAK MANUSIA demi MENCIUM sebongkah BATU SORGA...!! Sekilas tentang "Hajar Aswad" mastonie-go2blog.blogspot/2011/04/mencium-hajar-aswad.html Pada saat menunaikan ibadah haji saya yang pertama inilah, saya mengalami suatu peristiwa yang termasuk “ruuuarrrr biasaa”. Yaitu ketika saya diajak oleh teman-teman TPOH untuk mencoba mencium ‘Hajar Aswad’. Batu hitam yang terletak disudut Ka’bah itu memang selalu dicium oleh Rasulullah SAW pada waktu beliau melakukan ibadah tawaf seperti dikisahkan dalam hadits dibawah ini: Ibnu ‘Umar RA bercerita, Rasulullah SAW mendekati Hajar Aswad, lalu menciumnya, kemudian beliau tampak menangis untuk beberapa saat lamanya. Setelah itu beliau menoleh kepada ‘Umar bin Khattab yang juga sedang menangis disebelahnya. Maka Rasulullahpun bersabda: “Wahai ‘Umar, disinilah seharusnya air mata itu ditumpahkan” (HR. Ibnu Majah). Sejak itu ‘Umar bin Khattab RA (juga) selalu mencium Hajar Aswad seraya berkata: “Demi Allah, aku tahu engkau hanya batu. Seandainya aku tidak melihat Rasulullah SAW menciummu, maka aku juga tidak akan menciummu” (HR. Muslim). Kebiasaan Rasulullah SAW (yang kemudian dilakukan pula oleh para sahabatnya) itulah yang kemudian ditiru oleh (hampir semua) umat Islam yang menjalankan ibadah tawaf, baik pada musim haji ataupun umrah. Padahal Kementrian Haji Kerajaan Arab Saudi selalu mengedarkan ‘pamflet/selebaran’ gratis kepada para jemaah haji atau umrah. Dicetak dalam berbagai bahasa, selebaran itu antara lain intinya menyebutkan bahwa: “Mencium Hajar Aswad itu hukumnya adalah SUNAH, menghormati sesama muslim hukumnya adalah WAJIB”. Oleh karena itu sesungguhnya tidak boleh mengerjakan sunah dengan meninggalkan hal yang wajib. Dengan adanya Pamflet berisi himbauan itu diharapkan para jemaah tidak memaksakan diri untuk mencium Hajar Aswad dengan cara berdesakan dan berebutan sehingga terkadang nyaris melupakan ‘tata krama’, etika dan sopan santun. Apalagi dengan saling tarik dan dorong (yang cenderung menyakiti orang lain) seperti yang selama ini selalu terjadi. Tapi sayang, himbauan tinggallah himbauan. Pada kenyataannya jemaah haji yang datang dari segala penjuru dunia tetap saja saling berebut untuk dapat mencium Hajar Aswad! Apa sebetulnya yang disebut sebagai “Hajar Aswad” itu dan apa keistimewaannya sehingga selalu saja orang berebut untuk menciumnya? Menurut buku ‘Sejarah Mekah’ yang ditulis oleh Dr. Muhammad Ilyas Abdul Ghani (Al-Rasheed Printers, Lahore Pakistan, third Edition, 2004), Hajar Aswad adalah sebuah batu (Hajar) berwarna hitam (Aswad), yang terletak dipojok sebelah selatan Baitullah. Batu itu menempel setinggi kurang lebih 1,10 meter dari permukaan tanah. Ukuran batu hitam itu sekitar 25 x 17 cm. Awalnya memang hanya sebongkah batu saja, tapi konon pada tahun 310 H, Hajar Aswad pernah dicuri dan dilarikan ke kota Ihsa’ dan kemudian dipecah menjadi 8 bagian. Pada tahun 339 H batu itu berhasil diketemukan dan dikembalikan ketempat semula dipojok Ka’bah. Delapan kepingan batu itu kemudian disatukan lagi dan dibuatkan pelindung dipinggirnya (sekaligus pengaman) dengan logam perak. Dalam sebuah hadits Rasulullah pernah bersabda: “Hajar Aswad itu adalah sebuah batu yang diturunkan dari surga. Warnanya lebih putih daripada susu. Kemudian batu itu berubah (warnanya) menjadi hitam karena dosa anak cucu Adam”. Hal itu dibenarkan dalam Riwayat Mujahid yang menyebutkan kesaksian Ibn Zubair pada saat memugar Ka’bah. Ia bersaksi bahwa bagian batu yang menempel disebelah dalam Ka’bah berwarna putih bersih. Selain itu menurut beberapa kisah, Hajar Aswad adalah batu yang mempunyai keistimewaan dan keutamaan. Batu itu adalah sebuah batu mulia (yaakuut) yang diberikan kepada Nabi Ibrahim AS untuk dipasang disudut Ka’bah. Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Tirmidzi disebutkan, Rasulullah juga pernah bersabda: “Demi Allah, pada hari kiamat kelak batu itu -Hajar Aswad- akan diutus Allah sebagai saksi. Dengan dua matanya ;) dan dengan lidahnya :p ia akan memberikan kesaksian atas siapa saja yang menyalaminya (y) dengan kebenaran”. Demikianlah maka pada siang hari yang terik itu, bersama teman-teman TPOH yang berjumlah sekitar 10 orang, saya melakukan tawaf sunah. Kami semua berjalan beriringan saling berpegangan tangan dengan erat, menjaga agar supaya rombongan tidak terpisah. Sambil berjalan kami segera berusaha untuk merapat kedinding Ka’bah. Saya yang usianya paling muda ditempatkan didepan untuk bertindak sebagai ‘ujung tombak’ sekaligus bemper. Saya didampingi oleh seorang mutawif (pemandu tawaf). Beliau adalah seorang anggota TPOH senior dari Departemen Agama RI (salah satu Staf Ahli Menteri Agama). Sebelum melakukan tawaf, teman-teman dalam satu rombongan sudah dipesan untuk secara perlahan -sambil tawaf- berjalan semakin mendekat ke dinding Ka’bah. Ternyata “teori” mendekati Hajar Aswad yang tampak mudah itu pada prakteknya sangat susah dilaksanakan. Kami, jemaah Indonesia yang rata-rata bertubuh kecil, seperti dilanda angin puting beliung! Jemaah yang berasal dari berbagai Negara dan berjumlah ribuan itu hampir semuanya tampak sangat bernafsu untuk mendekati Hajar Aswad. Mereka mengerahkan segala daya dan upaya, meskipun harus menyikut dan ‘menyikat’ jemaah haji lainnya yang notabene adalah sesama muslim. Disinilah rombongan kami mulai tercerai berai. Tanpa sadar satu persatu lepas dari gandengan. Apalagi ketika jarak sudah makin dekat ke ‘batu hitam’ itu. Teman-teman yang usianya relatif sudah ‘sepuh’ tampaknya mulai mengalah karena tidak tahan desakan yang makin lama makin parah. Akhirnya ternyata hanya saya seorang diri yang tertinggal dalam ‘amukan gelombang’ manusia yang semuanya tampak ingin menang sendiri itu. Subhanallah. Dengan ‘ndremimil’ (tidak berhenti) membaca semua do’a yang saya hafal, saya nekat, maju terus pantang mundur. Sudah kelewat basah sih. Jadi ya nyebur saja sekalian. Sekarang saya sudah betul-betul berada didepan Hajar Aswad. Batu hitam yang dikelilingi logam berwarna keperakan itu seperti menyihir saya. Dengan sekuat tenaga saya berusaha maju mendekat. Tarikan, jambakan dan teriakan jemaah lain seakan sudah tak terdengar lagi. Sebuah tangan (yang saya yakin tentu kuat sekali) tiba-tiba seperti menarik tubuh saya keatas sekaligus membuat wajah saya terdorong kearah sang batu. Ajaib! Saya seperti lupa semua doa yang harus saya ucapkan. Otak saya mendadak berhenti bekerja. Mata saya memandang batu didepan saya seolah tak percaya saya betul-betul telah berada didepannya. Ketika saya sedang mencium dan mengusap batu berwarna hitam itu, sekonyong rambut dan ‘baju koko’ saya ditarik kebelakang dengan kuat sehingga leher saya tercekik :p . Sekilas terdengar oleh saya teriakan dalam bahasa Arab: “Halas, halas!” (sudah, sudah). Saya tak bisa bernafas :p . Begitu kuatnya cekikan :p dileher saya itu, sampai saya berfikir bahwa ajal saya sampailah sudah! :p Masya Allah. Karena badan saya menjadi lemas :p saking susah bernafas, tiba-tiba buku panduan do’a yang ada digenggaman tangan saya jadi terlepas. Secara refleks saya berusaha meraih buku yang jatuh tersebut. Saya membungkukkan badan untuk mencari. Lagi-lagi sebuah tangan yang sangat kuat (ternyata tangan askar penjaga Hajar Aswad!) menarik tubuh saya keatas sambil berteriak “Haram haji 3:) , haram” 3:) . Pada saat itu saya samasekali lupa anjuran yang selalu ditekankan kepada semua jemaah haji, untuk tidak memungut benda apapun yang terjatuh pada saat tawaf, karena hal itu bisa mengakibatkan badan terinjak-injak jemaah lain sehingga dapat menyebabkan kematian! Lepas dari ‘kemelut bak angin ribut’ itu, saya berdiri terbengong-bengong di Multazam. Sebuah daerah didekat pintu ka’bah, yang mustajab, karena konon siapapun yang berdoa didepan tempat itu akan dikabulkan oleh Allah SWT. Wallahu ‘alam. Untuk beberapa saat lamanya saya masih tidak yakin sudah ‘sukses’ mencium Hajar Aswad! Tapi belum sadar seratus persen, saya sudah ‘digulung ombak’ :p lautan manusia yang keluar dari kerumunan Hajar Aswad. Pontang panting :p saya mencari jalan keluar yang aman, sambil tak henti-hentinya mengucap syukur kehadirat Allah SWT yang telah berkenan mengijinkan saya mencium Hajar Aswad sekaligus melindungi jiwa saya dari kematian.
Posted on: Mon, 26 Aug 2013 06:02:06 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015