Kehidupan di alam dunia bukanlah satu-satunya kehidupan yang - TopicsExpress



          

Kehidupan di alam dunia bukanlah satu-satunya kehidupan yang dijalani manusia, tetapi ia adalah saat bagi setiap orang untuk mempersiapkan diri sebelum memulai perjalanan hidup berikutnya yang sangat panjang. Jika tanpa persiapan dan bekal yang memadai, akan selalu ada resiko yang menghadang sebelum sampai ke tujuan. Oleh karena itu, sebelum melakukan perjalanan selanjutnya, setiap orang harus mengetahui bekal apa yang perlu dibawa dalam perjalanan agar perjalanan menjadi mudah dan tujuan dapat tercapai. Perjalanan yang akan ditempuh adalah perjalanan yang sulit, dan akan lebih sulit lagi jika dilakukan tanpa bekal ilmu yang cukup. Oleh karena itu, bekal pertama yang harus dipersiapkan adalah bekal ilmu. Dengan ilmu, seseorang akan terbebas dari belenggu kebodohan, dan sadarilah bahwa kebodohan akan menyesatkan banyak orang dari jalan lurus yang harus ditempuh dan menggagalkan mereka untuk sampai ke tujuan. Pada malam Isra Mi’raj Nabi Muhammad Saw telah diperlihatkan neraka, dan ternyata kebanyakan penghuninya adalah orang-orang miskin. Para sahabat bertanya, “Apakah mereka miskin harta?” Jawab Rasulallah, ”Bukan, tapi mereka miskin Ilmu”. Jadi, kebodohanlah yang menjadi penyebab utama mengapa kebanyakan orang masuk neraka. Kebodohan ada yang dapat ditolerir dan ada pula yang tidak. Kebodohan dapat ditolerir bukan karena seseorang tidak mau belajar, tapi karena dia tidak mempunyai akses kepada ilmu sehingga ilmu tidak sampai kepadanya. Kesalahan yang diakibatkan oleh kebodohan seperti ini masih bisa dimaafkan. Tapi apabila seseorang mempunyai akses kepada ilmu, ada madrasah, pesantren, ustadz, kyai, atau pengajian lalu dia tidak datang ke tempat-tempat dimana ilmu diajarkan sehingga ilmu tidak sampai kepadanya, maka kesalahan yang dilakukan akibat kebodohan seperti ini sukar untuk bisa dimaafkan. Di dalam diri setiap orang telah tertanam rasa ingin mengetahui segala sesuatu. Ini adalah fitrah insani yang harus senantiasa dihidupkan dan terpuaskan dengan terus membangkitkan semangat, keinginan, dan aspirasi terhadap ilmu yang perlu terus diaktualisasikan. Pelajarilah apa-apa yang belum diketahui sebelum perjalanan hidup berikutnya dimulai sebab ketika perjalanan baru sudah dimulai tidak ada pertobatan yang dapat dilakukan terhadap kebodohan yang melekat pada diri seseorang. Pertobatan dapat diterima kini dan di sini bukan sesudahnya dan di sana. Persiapan kedua adalah bahwa seseorang tidak mempunyai beban hutang terlalu berat yang belum dilunasi. Dalam hidup, setiap orang mempunyai hutang tertentu yang harus dibayar; hutang kepada Allah, hutang kepada ibu atau ayahnya, saudara atau kerabatnya, tetangga atau temannya, bangsa dan neganya, atau hutang kepada kemanusiaan. Jika dia tidak membayar hutang yang harus dibayarnya maka akan selalu ada aral melintang yang menghalangi perjalanannya. Eksistensi manusia, jiwa dan raganya adalah pinjaman yang harus dikembalikan kepada Pemiliknya, yaitu Allah Swt., Pencipa dan Pemelihara eksistensi manusia yang sebelum diciptakan manusia bukan sesuatu apa pun kemudian ia menjadi ada, dan melalui perantara makhluk-Nya Allah memelihara eksistensi manusia agar dapat tumbuh dan berkembang. Dengan demikian, hutang manusia kepada sesamanya bersifat metaporis, secara hakiki hutang manusia hanya kepada Allah. Pengembalian hutang dilakukan dengan penyerahan diri kepada Allah Swt., Peminjam Hakiki, dalam bentuk layanan atau khidmat dengan manaati perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya secara tulus ikhlas dan kerendahan hati. Dan pengabdian kepada Allah hanya dapat dilakukan apabila disertai pula dengan kesediaan untuk mengabdi kepada sesama yang dengan perantaraan mereka Allah memelihara eksistensi manusia. Sudah berapa banyak orang di dunia ini yang dengan mereka seseorang telah lama terhubung dan terkait dengan berbagai cara, atau dengan orang-orang yang baru dia temui sehari-hari sehingga dia dapat tumbuh dan berkembang. Inilah hutang yang harus dibayar sebelum memulai perjalanan hidup berikutnya yang panjang. Hutang yang sudah jatuh tempo dan belum sempat dibayar, konsekwensinya adalah dia harus membayarnya dengan siksa pedih yang akan dialaminya di akhir perjalanannya nanti. Sebaliknya, jika seseorang telah melunasi hutang-hutangnya yang harus dibayar dengan memenuhi tugas hidupnya kepada Allah dan kepada sesamanya, memberikan apa yang menjadi hak Allah dan hak orang lain, Allah akan membalasnya dengan balasan yang berlipat ganda pada waktunya laksana air hujan yang turun ke bumi dengan membawa kehidupan yang menyebabkan pertumbuhan dan mendatangkan manfaat, keberuntungan, dan pendapatan darinya. Agar perjalanan melaju dengan cepat dan menyenangkan, setiap orang membutuhkan kendaraan.Kendaraan yang baik adalah kendaraan yang dapat melaju secara seimbang, tidak berat sebelah dan tidak oleng. Untuk itu, sebelum menempuh perjalanan setiap orang perlu mempersiapkan diri dengan kendaraan yang seimbang berupa keseimbangan dalam hidup, seimbang antara otak dan hati, antara yang ideal dan yang aktual, ilmu dan amal, syariah dan thariqah, pikiran dan perasaan, moral dan perilaku, semuanya saling melengkapi, kebutuhan jasmaniah tidak mengalahkan kebutuhan ruhaniah, dan prestasi duniawi tidak mengalahkan prestasi ukhrowi. Pusat kehidupan adalah ritme, dan ritme menyebabkan keseimbangan.Hanya yang dapat hidup seimbang yang akan mengalami indahnya perjalanan panjang yang ditempuh. Dan ketika seseorang hendak memulai perjalanan, sebelum mengucapkan “selamat tinggal,” dia seharusnya sudah meninggalkan kenangan indah kepada orang-orang yang ditinggalkannya. Dengan kenangan indah yang dia tinggalkan, dia akan mendapatken balasan berupa kiriman bantuan yang akan terus mengalir mengiringi perjalanannya, kiriman makanan dan minuman yang akan terus mengalir melepaskan rasa lapar dan dahaganya, mantel yang akan melindungi dirinya dari badai dan cuaca buruk. Kenangan indah yang dimaksud adalah sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits Nabi Saw “Apabila mati anak Adam, putuslah semua amalannya kecuali tiga perkara: Sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan atau anak soleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim). Bantuan akan terus datang mengalir kepada siapa saja yang gemar memberi. Kebaikan yang diberikan akan menggema dari segala arah untuk memudian ia akan kembali kepada si pemberi dengan jumlah yang berlipat ganda. Seseorang yang memberikan sebagian dari hartanya sebagai amal jariah, memberikan ilmunya yang bermanfaat bagi orang lain, dan memberikan anak-anaknya penddidikan yang baik, maka itu semua akan menjadi investasi baginya yang pahalanya akan terus mengalir padanya meskipun setelah meninggal dunia dia sudah tidak lagi diwajibkan mengerjakan ibadah taklifi. Ya, hidup adalah sebuah perjalanan panjang; tidak ada seorang pun yang menetap di sini, semua akan meninggalkan kehidupan dunia ini untuk kemudian melanjutkan perjalanan berikutnya yang jauh lebih panjang. Oleh karena itu, tidak benar jika ada yang mengatakan bahwa ketika seseorang meninggal dunia, maka berakhirlah segalanya. Kematian bukanlah akhir dari kehidupan, tetapi ia adalah awal kehidupan baru. Dengan persiapan dan bekal yang baik, perjalanan berikutnya akan lebih mudah dan membahagiakan. Hiduplah di dunia, tapi jangan dunia hidup di hati kita. Hidupkan hati kita dengan al-din, dengan iman, Islam, dan ikhsan. Hanya dengan cara inilah kita dapat mengarahkan perjalanan hidup kita kepada kesempurnaannya, kesempurnaan cinta, harmoni, dan kebahagiaan menuju Allah Swt.
Posted on: Thu, 25 Jul 2013 14:37:18 +0000

Recently Viewed Topics




© 2015