Kisah pembukaan Andalus, Sepanyol oleh Tariq bin Ziyad Mendung - TopicsExpress



          

Kisah pembukaan Andalus, Sepanyol oleh Tariq bin Ziyad Mendung hitam menyelubungi bumi Sepanyol. Eropah kini sedang dikengkangi oleh penjajah, seorang Raja Gotik yang kejam, Raja Roderic. Di bawah Kerajaan Visigoth ini, wanita merasa terancam kesuciannya, petani dikenakan pajak tanah yang tinggi, dan banyak lagi penindasan yang tak berperikemanausiaan. Raja dan pengikut-pengikutnya bersuka ria dalam kemewahan sedang rakyat merintih dalam kesengsaraan. Sebagian besar penduduk yang beragama Kristian danYahudi, melarikan diri ke Afrika, berharap mendapat ketenangan yang lebih menjanjikan. Dan saat itu Afrika, adalah sebuah daerah yang makmur dan mempunyai toleransi yang tinggi kerana berada di bawah naungan pemerintahan Islam. Satu dari jutaan orang yang melarikan itu adalah Julian, Gabenor Ceuta yang mempunyai seorang puteri, bernama Florinda. Julian telah memendam kesumat kepada Raja Roderic kerana kezalimannya. Roderic telah menodai Florinda, yang telah dihantar untuk belajar di Sepanyol. Maka, Julian berkeinginan untuk menuntut balas atas perbuatan itu. Julian kemudiaannya mengunjungi Gabenor Tangier, Afrika Utara, Musa ibn Nusair yang berada di bawah kekuasaan Dinasti Ummayah. Mereka memohon pada Musa ibn Nusair, raja muda Islam di Afrika itu untuk memerdekakan negeri mereka dari penindasan raja yang zalim itu. Selama ini, kedua pihak menjalin hubungan baik dan tidak pernah ada perselisihan. Setelah mendapat persetujuan Khalifah, Musa ibn Nusair melakukan pengintaian ke pantai selatan Spanyol. Pasukan pendahulu sebanyak 400 tentara dikirim pada 710 M yang dimpimpin oleh Tarif bin Malik. Julian menyediakan empat unit kapal untuk kepentingan itu. Beberapa saat kemudian, Tarif kembali dan memberi kabar bahwa apa yang diungkapkan Julian merupakan cerita yang dapat dibuktikan kebenarannya. Bulan Mei tahun 711 Masehi, Tariq bin Ziyad, budak Barbar (seorang hamba pada asalnya) telah dilantik menjadi pembantu kepada Musa ibn Nusair untuk membantu Julian. Maka, General Tariq bin Ziyad kemudian memimpin pasukan berjumlah 12 ribu orang yang merupakan orang-orang Barbar. Mereka merupakan bangsa non Arab yang hidup di kawasan utara Maroko dan nomaden. Saat Islam masuk ke wilayah mereka, kemudian mereka menanggalkan animisme dan memeluk agama yang didakwahkan oleh Nabi Muhammad. Pasukan Muslim ini menyeberangi selat antara Afrika dan daratan Eropah, berangkat dati Ceuta dan tiba di Gibraltar. Wilayah ini kemudian dijadikan markas dan tempat untuk menyusun strategi melakukan penyerangan. Sebaik sahaja kapal-kapal yang berisi pasukannya mendarat di Eropah, Tariq mengumpulkan mereka di atas sebuah bukit karang, yang dinamai Jabal Tariq (karang Tariq) yang sekarang terkenal dengan nama Gibraltar. Diatas bukit karang itu Tariq memerintahkan pembakaran kapal-kapal yang telah menyeberangkan mereka. Tentu saja perintah ini membuat prajuritnya keheranan. Namun, pasukan bergerak dan perintah Tariq, pemimpin pasukan, tetap dijalankan. Langkah ini bukannya tanpa perhitungan. Nyala api merayap cepat, melalap habis kapal-kapal kokoh. Kepulan asap menyebar memenuhi angkasa. “Kenapa kamu lakukan ini?” tanya mereka. “Bagaimana kita kembali nanti?” tanya yang lain. “Tidak ada jalan untuk melarikan diri. Laut dibelakang kalian dan musuh di depan kalian. Demi Allah tidak ada yang dapat kalian lakukan sekarang kecuali bersungguh-sungguh penuh keikhlasan dan kesabaran. Kita datang ke sini tidak untuk kembali. Kita hanya punya pilihan, menaklukkan negeri ini dan menetap di sini, atau kita semua syahid.” kata Tariq bin Ziyad lantang kepada anggota pasukan tempurnya. Prajurit-prajurit mengatakan, tindakannya tidak bijaksana. Bagaimana mereka ingin kembali ke negeri Asal, dan merosakan peralatan adalah bertentangan dengan hukum Islam. Mendengar itu semua, Tariq menghunus pedangnya, dan menyatakan bahwa setiap negeri kepunyaan Allah adalah kampung halaman kita.” Tariq ingin agar pasukannya memiliki daya juang dan keberanian dalam menghadapi pasukan musuh yang berjumlah lebih besar. Dan akhirnya, tak ada jalan lain bagi pasukan Tariq kecuali bertempur dengan penuh kesungguhan. Menaklukan pasukan musuh atau mempersembahkan jiwa dan raga untuk menuai kesyahidan. Seketika dada bergemuruh berisi luapan tekad kemenangan. Pada akhirnya, kedatangan pasukan Tariq diketahui oleh Gabenor Edeco yang wilayahnya berdekatan dengan Gibraltar. Ia bergegas menginformasikan hal ini kepada Roderic. Pasukan Tariq bergerak menghadapi pasukan Raja Roderic. Bala tentara muslim yang berjumlah 12.000 orang maju melawan tentara Gotik yang berkekuatan 100.000 tentara. Pasukan Kristen jauh lebih unggul baik dalam jumlah maupun persenjataan. Namun semua itu tak mengecutkan hati pasukan muslim. Dalam pertempuran selama sekitar sepekan berdekatan di muara sungai Rio Barbate, pasukan Tariq berhasil menaklukan pasukan musuh. Pertempuran berlangsung 11 hingga 19 Juli 711 M atau 20 hingga 28 Ramadhan 92 H. Pada pertempuran ini, Tariq dan pasukannya berhasil melumpuhkan pasukan Gotik, hingga Raja Roderick tenggelam di sungai itu. Kemenangan Tariq yang luar biasa ini, menjatuhkan semangat orang-orang Spanyol dan semenjak itu mereka tidak berani lagi menghadapi tentara Islam secara terbuka. Tariq kemudiannya, membahagi pasukannya menjadi empat kelompok, dan menyebarkan mereka ke Wilayah Cordoba, Malaga, dan Granada. Mughith al-Rumi menjadi pemimpin pasukan dengan kekuatan 700 pasukan berkuda menuju ke Cordoba, sedangkan Tariq sendiri bersama pasukan utamanya menuju ke Toledo, ibu kota Spanyol. Semua kota-kota itu menyerah tanpa perlawanan berarti. Kecepatan gerak dan kehebatan pasukan Tariq berhasil melumpuhkan orang-orang Gotik. Selesai menguasai Toledo, Tariq menghantar surat kepada Musa bin Nusair atas kejayaan menaluki Andalus. Lalu, Musa ibn Nusair menyampaikan kabar kemenangan ini kepada Khalifah Walid di Damaskus. Selesai kemenangan gemilang ini, Musa menyusul Tariq pada 712 M dengan membawa 18 ribu pasukan untuk memperluas wilayah penaklukan. Musa bertemu dengan Tariq di Talavera dekat Toledo. Salah satu pertempuran paling serius terjadi di Ecija, yang membawa kemenangan bagi pasukan Tariq. Dalam pertempuran ini, Musa ibn Nusair, atasannya, sang raja muda Islam di Afrika ikut bergabung dengannya. Selanjutnya, kedua General itu bergerak maju terus berdampingan dan dalam kurun waktu kurang dari 2 tahun seluruh dataran Spanyol jatuh ke tangan Islam. Penaklukan selanjutnya diteruskan oleh pasukan Islam setelahnya. Penaklukan yang dilakukan pasukan Islam hingga 721 M meliputi seluruh Semenanjung Iberia dan sebagian wilayah Perancis bagian selatan. Hingga abad ke-10, wilayah kekuasan Islam masih meliputi sekitar empat perlima Semenanjung Iberia. “Ini merupakan perjuangan utama yang terakhir dan paling sensi bagi bangsa Arab itu,” tulis Phillip K.Hitti, “dan membawa masuknya wilayah Eropah yang paling luas yang belum pernah mereka peroleh sebelumnya ke dalam kekuasaan Islam. Kecepatan pelaksanaan dan kesempurnaan keberhasilan operasi ke Spanyol ini telah mendapat tempat yang unik di dalam sejarah peperangan abad pertengahan.” Penaklukkan Spanyol oleh orang-orang Islam mendorong timbulnya revolusi sosial di mana kebebasan beragama benar-benar diakui. Ketidak toleranan dan penganiayaan yang biasa dilakukan orang-orang Kristen, digantikan oleh toleransi yang tinggi dan kebaikan hati yangluar biasa. Rakyat Spanyol yang sekian lama tertekan akibat penjajahan bangsa Gotik, mengalu-alukan orang-orang Islam. Selain itu, perilaku Tariq dan orang-orang Islam begitu mulia sehingga mereka disayangi oleh bangsa-bangsa yang ditaklukkannya. Keadilan ditegakkan tanpa pandang bulu, sehingga jika tentara Islam yang melakukan kekerasan akan dikenakan hukuman berat. Tidak ada harta benda atau tanah milik rakyat yang disita. Orang-orang Islam memperkenalkan sistem perpajakan yang sangat jitu yang dengan cepat membawa kemakmuran di semenanjung itu dan menjadikan negeri teladan di Barat. Orang-orang Kristian dibiarkan memiliki hakim sendiri untuk memutuskan perkara-perkara mereka. Semua komuni mendapat kesempatan yang sama dalam pelayanan umum. Pemerintahan Islam yang baik dan bijaksana ini membawa kesan luar biasa. Orang-orang Kristian termasuk pendeta-pendetanya yang pada mulanya meninggalkan rumah mereka dalam keadaan ketakutan, kembali pulang dan menjalani hidup yang bahagia dan makmur. Seorang penulis Kristian terkenal menulis: “Muslim-muslim Arab itu memerintah kerajaan Cordoba dengan baik adalah sebuah keajaiban Abad Pertengahan, mereka mengenalkan obor pengetahuan dan peradaban, kecemerlangan dan keistimewaan kepada dunia Barat. Dan saat itu Eropah sedang dalam keadaan percakaran dan kebodohan yang biadab.” Tariq bermaksud menaklukkan seluruh Eropah, tapi Allah menentukan lain. Saat merencanakan penyerbuan ke Eropah, datang panggilan dari Khalifah untuk pergi ke Damaskus. Dengan disiplin dan kepatuhan tinggi, Tariq memenuhi panggilan Khalifah dan berusaha tiba seawal mungkin di Damaskus. Tak lama kemudian, Tariq wafat di sana. Budak Barbar, penakluk Sepanyol, wilayah Islam terbesar di Eropah yang selama lapan abad di bawah kekuasaan Islam telah memenuhi panggilan Rabbnya. Semoga Allah merahmatinya.
Posted on: Sat, 03 Aug 2013 00:29:09 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015