Letjen TNI G.H.Mantik [mantan: Pangkowilhan Sumatera, Pangdam - TopicsExpress



          

Letjen TNI G.H.Mantik [mantan: Pangkowilhan Sumatera, Pangdam Jaya, Gubernur Sulawesi Utara, Wakil Ketua MPR-RI] adalah seorang ‘maniak’ kolektor boneka dan patung burung Manguni. Di rumahnya di Depok, terpajang sampai beratus-ratus patung dan boneka manguni (owl) dalam pelbagai ukuran, gaya dan bahan dasar (keramik, porselin, kristal, marmer, batu, giok, kayu, tembikar dan lain-lain). Begitu pula dalam hal aneka ukuran, dari yang kecil-kecil mungil seperti telor burung puyuh imut-imut sampai dua patung manguni setinggi orang dewasa yang dipasang gagah di depan pintu sebagai ‘penjaga’. Mengapa Jend. Mantik sampai sedemikian ‘fanatik’ pada burung yang berperan sentral dalam mitologi, budaya lama, bahkan sejarah konkrit masyarakat Minahasa itu? Ternyata ada sejarahnya. Saat perang mempertahankan kemerdekaan (1945-1949), pemuda Mantik yg memulai karir militer dari pasukan Laskar KRIS Bandung suatu ketika menghadapi dilema. Ketika itu ia mau menolong rekannya yang jadi korban tembakan musuh, tapi ada sedikit ragu untuk melangkah karena posisi mereka di front tersebut memang sangat berbahaya. Walau begitu, kemauan buat menolong jauh lebih besar. Dalam detik-detik itu datang “pertolongan” untuk pengambilan keputusan: terdengar suara burung manguni, dengan tanda bahaya! Maka Mantik menahan langkahnya. Dan ternyata bahaya maut itu benar terjadi. Itulah kisah nyata manguni dalam sejarah Gus Mantik, Tona’as Wangko Um Banua yang sangat marah bila menyaksikan tokoh penyandang gelar adat Minahasa tersebut tak berperan selayaknya tona’as bagi tou Minahasa, jenderal yang suka membanggakan bahwa dalam rumah tangganya ada 3 jenderal bintang 3, yakni ia sendiri, anak mantunya: Letjen TNI Arie Kumaat, dan anak angkatnya: Letjen TNI Kiki Syanakri. Mau mengerti lebih tuntas tentang hakikat fenomena-fenomena misteri atau gaib seperti peran manguni dalam kultur Minahasa sebagaimana dialami Jend. Mantik? Dan manfaat apa saja bagi kehidupan praktis kita sehari-hari? Bagaimana hubungannya dengan keyakinan iman kita sebagaimana diajarkan agama-agama formal? Hadirilah Acara: Peluncuran & Beda Buku “MISTERI YANG BUKAN MISTERI DALAM KEHIDUPAN” karya Alm. Inspektur Jenderal Pol. (Purn) Drs. Alexius Gordon Mogot, MSi yang akan diselenggarakan pada Hari Minggu 30 Juni 2013 Jam 12.00 WITA s/d selesai; di Aula Elvianus Mogot, Woloan, Tomohon. Sederet teolog, cendekiawan dan budayawan Minahasa akan membahasnya. Ayo, semua kita pun sangat diharap berperan aktif dalam dialog kebersamaan dan kekeluargaan ini. Buku ini adalah wujud sebuah upaya-logis yang sangat panjang penuh liku dan pergumulan intens untuk menjelaskan hakikat dari pelbagai fenomena yang sering dialami kita semua yang oleh kalangan awam dibilang “gaib”, “ajaib”, “anomali”, “mukjizat”, dan sebagainya, pendek kata: “misteri”. Sejumlah kejadian ‘gaib’ dikisahkan — semuanya berdasar pengalaman nyata penulisnya sendiri — bersama penjelasan logis mengenai hakikat dan penyebab semua itu. Kalau begitu, penjelasan logis seperti apakah yang feasible, atau bahkan sekadar possible, mengenai persoalan yang kita tahu sudah sangat tua ini? Sepanjang sejarah telah banyak ahli yang berusaha menjelaskan dengan pendekatan disiplin keilmuannya masing-masing. Filsafat, teologi, antropologi, psikologi, bahkan neurologi, dan yang paling mutakhir yakni menggunakan teori fisika modern. Alexius Gordon Mogot, dengan mempelajari garis-garis besar semua pendekatan tersebut, menggunakan semua itu tapi hanya dalam rangka proses kreatifnya; sedangkan yang diutamakan dalam karyanya ini ialah pendekatan etika. Salahsatu dorongan untuk menggunakan pendekatan etika tak lain agar menjadi praktis. Agar bisa dimanfaatkan oleh siapapun, para pembaca, dalam kehidupan sehari-hari, dalam karir serta pelbagai tugas dan tanggung jawab. ☼
Posted on: Thu, 27 Jun 2013 02:03:20 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015