MDua orang pria dari bangsa yang berbeda duduk berdampingan di - TopicsExpress



          

MDua orang pria dari bangsa yang berbeda duduk berdampingan di ruang tunggu di sebuah bandara internasional. Keduanya terlibat perbincangan. Salah satunya bertanya: "Anda berasal dari mana." Orang yang satunya menjawab: "Saya berasal dari Finlandia, salah satu negara Skandinavia." Yang bertanya tersebut menyela: "Saya tahu Finlandia, Negeri asalnya Hp Nokia." Orang Finlandia tersebut menganggukkan kepala, lalu bertanya balik: "Anda berasal dari negara apa?" "Saya berasal dari Indonesia", jawabnya. "Wah, saya tahu negara Anda, negara yang berpenduduk Muslim terbesar di Dunia." Kata orang Finlandia tersebut. Orang Indonesia mencoba bertanya hal lain: "Di Finlandia, pekerjaan Anda apa?" "Saya bekerja sebagai pegawai negeri," jawab orang Skandinavia. "Berapa gaji Anda per-bulan," tanya orang Indonesia lagi. "Sebenarnya ini sudah pribadi, tapi tidak apa-apa. Gaji saya setara dengan USD 5000 per bulan," jawab orang Finlandia. Orang Indonesia sangat terkejut dengan besaran gajinya per bulan, dan bertanya lagi. "Bisa saya tahu budget pengeluaran Anda dengan gaji sebesar itu per bulan? Orang Skandinavia tersebut menjawab: "Pertanyaan Anda sudah sangat pribadi, tetapi tidak apa-apa. Budget pengeluaran saya adalah: USD 700 untuk biaya makan keluarga, USD 500 untuk biaya transportasi, USD 300 untuk biaya listrik, dan air USD 200 untuk biaya telepon, USD 200 untuk biaya rekreasi, dan USD 100 untuk biaya tak terduga." Orang Indonesia terheran dan bertanya lagi: "Gaji Anda USD 5000 dan pengeluaran Anda baru USD 2000, bagaimana dengan sisanya?" Orang Finlandia tersebut menjawab tegas: "Yang sisanya adalah urusan saya pribadi, dan Anda tidak berhak untuk mencampurinya." Saat orang Indonesia terdiam, tiba-tiba orang Finlandia itu bertanya: "Sebagai Pegawai Negeri, berapa gaji Anda per bulan di Indonesia?" Orang Indonesia tersebut begitu tertarik menjawab: "Gaji saya tiga juta rupiah yang setara dengan USD 300." Orang Skandinavia tersebut tersentak heran dengan jumlah yang sangat sedikit, dan bertanya: "Bisa saya tahu budget pengeluaran Anda dengan gaji sekecil itu?" Orang Indonesia menjawab dengan bersemangat: "Dua juta lima ratus untuk biaya makan keluarga, satu juta lima ratus untuk biaya pendidikan tiga anak saya, satu juta untuk biaya transportasi, satu juta untuk biaya telepon, satu juta untuk pulsa HP anak-anak saya, satu juta untuk gaji sopir saya, lima ratus ribu untuk listrik, tiga ratus ribu untuk biaya air, dua ratus ribu untuk…." "Maaf, gaji Anda cuma tiga juta rupiah, tapi pengeluaran Anda sudah hampir 10 juta, bagaimana dengan sisanya?" Tanya orang Finlandia. Dengan suara tinggi, Orang Indonesia menjawab: "Yang sisanya adalah urusan saya pribadi, dan Anda tidak berhak untuk mencampurinya." Saya mencoba mengaitkan ilustrasi di atas dengan kuliah umum beberapa saat lalu oleh Mr Kevin Evans, orang Australia yang sudah "menjadi" orang Indonesia dan aktif malang melintang di LSM dan sekarang memimpin TIRI, organisasi berjaringan internasional dalam mengampanyekan integritas publik. Mengutip Kevin menjadi menarik apalagi dalam kaitan dengan krisis integritas bangsa seperti ilustrasi di atas. Dalam konteks kehidupan bernegara, Kevin membedakan antara moralitas dan integritas. Menurutnya, moralitas terkait dengan persoalan teologi individual yang belum menjelma menjadi sistem baku, sementara integritas lebih bersifat teologi sosial yang sudah menjadi sistem yang diterima publik. Karena moralitas lebih bersifat teologis-individual, maka dampaknya adalah pemberdayaan diri atau keluarga semata, sementara integritas adalah sistem kebajikan bersifat sosial, dan karenanya lebih merujuk kepada kemaslahatan umum.
Posted on: Fri, 27 Sep 2013 14:12:12 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015