Membangun struktur perasaan dari faktor fisik dalam puisi - TopicsExpress



          

Membangun struktur perasaan dari faktor fisik dalam puisi religi. Secara fisik tubuh kita terdiri dari kepala, leher, tangan, badan, kaki, tenggorokan, paru-paru, jantung, darah air mata dan sebagainya. Secara psikis ada senang, gembira, bahagia, sedih, duka,rasa sakit, sengsara dan sebagainya. Antara unsur fisik (lahir) dan spikis (batin) saling berhubungan bagai dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Misalnya saat kaki terinjak duri, mulut menjerit, suara yang keluar adalah UNGKAPAN PERASAAN, bagaimana kualitas makna dalam jeritan itu disebut dengan NILAI, cara menjerit disebut dengan GAYA. Ungkapan perasaan, nilai dan gaya adalah di antara sekian banyak hal-hal yang membangun struktur perasaan seseorang. Ketiga unsur itu saling berhubungan. Jika ia seorang yang shaleh, ketika kakinya terinjak, ia akan mengucapkan “masya Allah”, sebagai ungkapan perasaan sabar. Seorang yang “biasa saja” mungkin akan mengucapkan kata “Ohh..” sebagai ungkapan perasaan sakit. Yang berakhlaq buruk mungkin akan memaki dengan kata-kata kotor sebagai ungkapan perasaan kesal. Ungkapan perasan di atas, apakah “Masya Allah, “Ohh”, atau “makian” lahir dalam bentuk verbal dengan gaya spontan, sementara puisi kaitannya dengan tulisan (meski kemudian ada yang diverbalisasi menjadi “pembacaan puisi”), dan biasanya bersifat tidak spontan (meskipun banyak puisi lahir secara spontan, tapi bukan yang sedang dibahas di sini). Artinya, kelahiran puisi dari faktor fisik biasanya bersifat “second hand” tau “peristiwa kedua”. Merujuk contoh di atas, seorang penyair yang sedang berjalan terinjak duri, spontan mengucapkan kata “Masya Allah”, kemudian lahirlah ungkapan perasaan berikut ini: Engkau menegurku ya Allah dengan duri yang telah lama menungguku di jalan... (H.A)
Posted on: Fri, 04 Oct 2013 07:28:23 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015