Meski memiliki potensi ekonomi yang tinggi, florikultura (tanaman bunga) masih kurang menjadi perhatian bagi pemerintah. Padahal, Indonesia memiliki potensi pasar Rp 2 triliun/tahun bila berbagai pihak serius untuk mengembangkan komoditas tersebut. Kurangnya perhatian tersebut disebabkan pemerintah belum melihat florikultura sebagai kebutuhan yang mendasar dan masih menomorsatukan pangan. Padahal, Belanda sebagai eksportir terbesar florikultura bisa memberikan kontribusi 40 persen devisa dari komoditas tersebut. [...] Karena minimnya promosi, maka kebiasaan masyarakat Indonesia pun akhirnya sulit untuk diubah. Hingga saat ini, hanya sebagian kecil masyarakat yang sadar betapa pentingnya kehadiran florikultura di halaman atau pada bagian tertentu tempat tinggalnya. Menurut Glenn, tidak sedikit ditemukan rumah yang megah dan mewah tapi minim sekali florikultura di rumah tersebut. Padahal, dari sisi daya beli pasti pemilik rumah tersebut mampu untuk membeli florikultura. Sumber: pikiran-rakyat/node/252465 ---- Industri kreatif –TIK misalnya– tidak usah ikut-ikutan menuding kurang diperhatikan, ya? Jika masyarakat lebih tergerak untuk berbelanja gawai atau sistem aplikasi mutakhir daripada menyelamatkan lumbung pangan, berarti ada sesuatu yang tidak pada tempatnya. Semoga asosiasi pedagang bunga menyadari pula hal seperti itu.
Posted on: Fri, 27 Sep 2013 00:00:17 +0000