NABI MUHAMMAD SAW DAN SANG BUDDHA GOTAMA PRAKTIK DAN AJARAN - TopicsExpress



          

NABI MUHAMMAD SAW DAN SANG BUDDHA GOTAMA PRAKTIK DAN AJARAN TOLERANSI DARI KEDUA TOKOH TERSEBUT 1). NABI MUHAMMAD SAW Islam didirikan Nabi Muhammad bertolak dari sebuah premis bahwa praktik-praktik keagamaan yang ada di Makkah/Arab adalah SALAH. Nabi Muhammad bermaksud mengenyahkan semua praktik keagamaan yang dianggap Beliau sebagai Musyrik,Kafir,Sesat, dan berkeinginan Menundukkan semua manusia dalam Islam dan hanya menyembah Allah semata. Bangsa Arab sendiri, kala itu SUDAH menyembah Allah, hanya saja menyekutukannya dengan berbagai Dewa-Dewa/Perantara.Menurut Nabi Muhammad, bila bangsa Arab mau menyembah Allah saja, maka mereka dapat menundukkan seluruh Jazirah Arab dan Bangsa-Bangsa Non-Arab akan membayar pajak pada mereka ( mungkin karena istilah Allah SWT itu sendiri dianggap Khas Arab semata,sehingga menyembahnya berarti pula tunduk kepada bangsa Arab). Konstelasi politik di Arab waktu itu terbagi dalam berbagai Kabilah. Antar Kabilah memiliki rasa kesukuan yang tinggi. Menyakiti salah satu anggota Kabilah berarti menantang berperang seluruh Kabilah tersebut. Itu sebabnya, Nabi Muhammad meskipun dibenci Kaum Quraisy karena mencela agama-agama kaum Quraisy dan berniat meng-Islamkan seluruh jazirah Arab, namun selama pamannya, Abu Thalib masih hidup, maka Nabi Muhammad aman dalam perlindungannya,tidak mungkin ada Kaum Quraisy yang berani menyakitinya,sebab itu akan menimbulkan peperangan besar antar Kabilah. Toleransi dalam ajaran Islam, yang sering diperkenalkan ummat Islam kepada masyarakat adalah sebagaimana yang tercantum dalam Surah Al-Kafirun,Agamamu agamamu, agamaku agamaku. Namun sesungguhnya Surah Al-Kafirun lebih merupakan Piagam Penolakan berdamai dengan kaum Kafir,atau Pernyataan Tiadanya Toleransi dalam Berkeyakinan; jadi justru bukan merupakan piagam Toleransi kehidupan beragama. KISAH WANITA YAHUDI BUTA Akhir-akhir ini kita sering mendengar kisah seorang wanita buta (Yahudi) yang selalu menjelekkan Nabi Muhammad,menyebut Nabi Muhammad sebagai orang gila,pembohong,dan lain-lainnya. Dikisahkan bahwa ternyata setiap harinya Nabi Muhammad selalu menyuapi wanita Yahudi buta itu tanpa disadari wanita itu. Wanita buta Yahudi itu baru menyadari setelah wafatnya Nabi Muhammad, dan kemudian membuat orang buta tersebut menyesal selama ini telah mencaci Nabi Muhammad. Ternyata, kisah tersebut tidak ada dalam kitab hadith manapun dari seluruh 9 kitab hadith yang ada. Tapi,kisah itu baru muncul abad ke-19 dalam buku Hayatu Assahabah, karangan ulama India Maulana Yusuf Kandalavi (1917-1965). Kisah ini dikarang / muncul sekitar 1.300an tahun sesudah masa kehidupan Nabi Muhammad,tanpa dasar Hadith manapun juga. Jadi,kisah tersebut bukanlah riwayat hidup Nabi Muhammad (dalam Sirah Nabawiyah pun tidak ada kisah/bagian hidup Muhammad SAW yang seperti itu). Sesungguhnya, seperti apakah toleransi yang diajarkan Nabi Muhammad? Apakah ada toleransi dalam ajaran Nabi Muhammad? Ulasan berikut ini akan menjelaskannya : [Tetapi dakwah Islam sejak semula dimaksudkan UNTUK MENGENYAHKAN kehidupan Jahiliyah yang BODOH dan aturan-aturan yang semena-mena. TUJUAN LAIN yang FUNDAMENTAL dari Dakwah Islam ialah MENYEBARKAN PENGARUH DI BUMI DAN MENGUASAI SEKTOR POLITIK DALAM KEHIDUPAN DUNIA, untuk menuntun manusia dan masyarakat kepada keridhaan Allah dan mengeluarkan mereka dari penyembahan terhadap hamba kepada penyembahan terhadap Allah. (Sirah Nabawiyah (penulis : Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri,Penerbut : Darus Salam,Riyadh, Cetakan : Pertama, 1414 H, Edisi Indonesia,penerjemah : Kathur Suhardi, Editor : Yasir Maqosid, penerbit : Al Kautsar) , hal.132).] [Dalam lafazh lain disebutkan, beliau (Nabi Muhammad) bersabda kepada Abu Thalib,Aku ingin agar mereka sudi mengucapkan satu kata saja, yang dengan kata-kata itu SEMUA BANGSA ARAB AKAN TUNDUK KEPADA MEREKA DAN ORANG-ORANG NON ARAB AKAN MENYERAHKAN PAJAK KEPADA MEREKA. Engkau hendak menyuruh mereka kepada apa? tanya Abu Thalib. Aku hendak mengajak mereka agar mengucapkan satu kata saja yang dengan kata itu SELURUH BANGSA ARAB AKAN TUNDUK KEPADA MEREKA DAN MEREKA BISA MERAJAI ORANG-ORANG NON-ARAB. Dalam lafazh riwayat Ibnu Ishaq disebutkan,Satu kata saja yang kalian ucapkan,maka kalian akan MERAJAI SELURUH BANGSA ARAB DAN MENUNDUKKAN ORANG-ORANG NON-ARAB. Apa satu kata yang engkau maksudkan itu? tanya Abu Jahal,demi bapakmu, kami pun bisa memberikan kepadamu sepuluh kali lipatnya. Beliau bersabda,Kalian harus mengucapkan,La Ilaha Illallah (tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah SWT),dan meninggalkan apa yang kalian sembah selain Dia. (Sirah An-Nabawiyah,Ibnu Hisyam, 1/417-419; Tifhimul-Quran, 4/316-318, Mukhtashar Siratir-Rasul, hal.91)] ----------------------------------------------- AL-KAFIRUN (Orang-Orang Kafir) Makkiyah;Surah ke-109; 6 ayat Bismillahir rahmanir rahim (Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang) TIDAK ADA TOLERANSI DALAM HAL KEIMANAN DAN PERIBADATAN 1. Qul ya ayyuhal-kafirun(a) (Katakanlah (Muhammad),Wahai orang-orang Kafir! 2.La abudu ma tabudun(a). (Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah,) 3.Wa la antum abiduna ma abud(u). (dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah,) 4.Wa la ana abidum ma abatum. (dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah.) 5.Wa la antum abiduna ma abud(u). (dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah. 6.Lakum dinukum wa liya din(I). (Untukmu agamamu, dan untukku agama-ku. Surah Al Kafirun turun menanggapi tawaran perdamaian dari kaum Quraisy supaya dapat hidup berdampingan; pada masa dimana Nabi Muhammad secara terang-terangan menyerang keyakinan / agama-agama kaum Quraisy dengan menyebutnya sebagai syirik/musyrik,menyebut kaum Quraisy dan nenek moyangnya sebagai orang-orang sesat, dan kaum Quraisy merasa terusik karenanya. Ditengah-tengah gesekan/pertentangan itulah,mereka (Kaum Quraisy) menawarkan sebuah solusi perdamaian kepada Nabi Muhammad. Ada riwayat Ibnu Jarir dan Ath-Thabrani yang menyebutkan bahwa orang-orang musyrik menawarkan kepada Rasulullah SAW, agar beliau menyembah sesembahan mereka selama setahun dan mereka menyembah Rabb beliau selama setahun kemudian. Riwayat lain menutur Abd bin Humaid menyebutkan bahwa mereka berkata,Andaikan engkau mau menerima sesembahan kami,kami pun mau menyembah sesembahanmu. Atas tawaran solusi damai ini, Nabi Muhammad menolak tegas,dan turunlah Surat Al-Kafirun tersebut diatas. LATAR BELAKANG TURUNNYA SURAT AL-KAFIRUN Setelah periode dimana Nabi Muhammad menyatakan dirinya bertemu Malaikat Jibril (Gabriel) di gua Hira, Nabi Muhammad mulai melakukan dakwah hingga secara terang-terangan melakukan seruan-seruan kepada kaum Quraisy untuk datang kepada (memeluk) Islam dan meninggalkan agama-agama nenek moyang mereka. (Catatan : Periode awal setelah pertemuan Nabi Muhammad dengan Jibril, NABI MUHAMMAD BEBERAPA KALI INGIN BUNUH DIRI : (1).Riwayat Ath-Thabari menyebutkan sekilas tentang sebab keluarnya beliau dari gua Hira : Rasulullah SAW bersabda,Tidak ada makhluk Allah yang paling kubenci selain dari penyair atau orang yang tidak waras. Aku tidak kuat untuk memandang keduanya. Beliau juga bersabda,Yang paling ingin kujauhi adalah penyair atau orang yang tidak waras. Sebab orang-orang Quraisy senantiasa berbicara tentang diriku dengan syair itu. Rasanya ingin aku mendaki gunung yang tinggi, lalu menerjunkan diri dari sana AGAR AKU MATI SAJA, sehingga aku bisa istirahat dengan tenang. Beliau bersabda lagi,Maka aku pun pergi dan hendak melakukan hal itu. Namun di tengah gunung, tiba-tiba kudengar SUARA yang datangnya dari langit,berkata,Wahai Muhammad,engkau adalah Rasul Allah, dan aku Jibril. Aku mendongkakkan kepala ke arah langit, yang ternyata disana ada Jibril dalam rupa seorang laki-laki dengan wajah berseri, kedua telapak kakinya menginjak ufuk langit,seraya berkata,Wahai Muhammad, engkau adalah Rasul Allah dan aku Jibril. Aku berdiam diri sambil memandangnya,bingung apa yang hendak kukerjakan, tidak berani melangkah maju atau mundur. Aku memalingkan wajah dari arah yang ditempati Jibril di ufuk langit. Tetapi setiap kali aku memandang arah langit yang lain, disana tetap ada Jibril seperti yang kulihat. [...]. Kemudian Jibril pergi dariku dan aku pun pulang kembali menemui keluargaku. Sesampainya di rumah AKU LANGSUNG DUDUK DI ATAS PAHA KHADIJAH SAMBIL BERSANDAR KEPADANYA. (Sirah Nabawiyah (penulis : Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri,Penerbut : Darus Salam,Riyadh, Cetakan : Pertama, 1414 H, Edisi Indonesia,penerjemah : Kathur Suhardi, Editor : Yasir Maqosid, penerbit : Al Kautsar) , hal.60-61). (2).Nabi Muhammad mengalami masa-masa dimana Ia tidak lagi mendapatkan wahyu atau terputusnya wahyu dari Jibril (Ibnu Sad meriwayatkan dari Ibnu Abbas, menjelaskan jangka waktunya adalah beberapa hari, sementara ada pendapat lain yang menyatakan jangka waktunya adalah tiga atau dua setengah tahun). Al Bukhari meriwayatkan di dalam Kitabut-Ta-bir, yang isinya sebagai berikut : Wahyu terputus selang beberapa waktu, hingga Nabi SAW dirundung kedukaan seperti halnya diri kita yang sedang berduka. Beberapa kali beliau sudah mencapai puncak gunung agar mati saja disana. Tetapi setiap kali beliau sudah mencapai puncaknya dan terbersit keinginan untuk terjun dari sana,muncul bayangan Jibril yang berkata kepada beliau,Wahai Muhammad, engkau adalah benar-benar Rasul Allah. Dengan begitu hari dan jiwa beliau menjadi tenang kembali. Setelah itu beliau pulang kembali. Jika kevakuman wahyu itu berselang lagi, maka beliau melakukan hal yang sama. Namun selagi sudah tiba di puncak gunung, tiba-tiba muncul bayangan Jibril dan mengatakan hal yang sama. (Sirah Nabawiyah (penulis : Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri,Penerbut : Darus Salam,Riyadh, Cetakan : Pertama, 1414 H, Edisi Indonesia,penerjemah : Kathur Suhardi, Editor : Yasir Maqosid, penerbit : Al Kautsar) , hal. 62). Sebelum dilakukannya dakwah menyeru kaum Quraisy untuk masuk Islam secara terang-terangan,dalam masa tiga (3) tahun dakwah secara sembunyi-sembunyi, dakwah Islam sudah didengar orang orang Quraisy pada tahapan ini, sekalipun dakwah itu masih dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan perorangan. Namun MEREKA TIDAK AMBIL PEDULI (Catatan penulis : bagian ini secara tegas memperlihatkan,bahwa masa dakwah yang mula-mula ini belum menimbulkan reaksi kaum Quraisy). Muhammad Al-Ghazali menuturkan, kabar tentang dakwah Islam ini sudah mulai menyebar di kalangan orang-orang Quraisy,NAMUN MEREKA TIDAK AMBIL PEDULI. Sebab mereka mengira bahwa Muhammad hanya salah seorang di antara mereka yang peduli terhadap urusan agama, yang suka berbicara tentang masalah ketuhanan dan hak-haknya, seperti yang biasa dilakukan Umayyah bin Ash Shallat, Qus bin Saidah, Amr bin Nufail dan orang-orang yang lain. Tapi lama-kelamaan ada pula perasaan khawatir yang mulai menghantui mereka karena pengaruh tindakan beliau. Oleh karena itu, mereka mulai menaruh perhatian terhadap dakwah beliau. (Sirah Nabawiyah (penulis : Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri,Penerbut : Darus Salam,Riyadh, Cetakan : Pertama, 1414 H, Edisi Indonesia,penerjemah : Kathur Suhardi, Editor : Yasir Maqosid, penerbit : Al Kautsar), hal.73-74 ). MUNCULNYA PERTENTANGAN ANTARA NABI MUHAMMAD DENGAN KAUM QURAISY YANG PERTAMA KALINYA Dalam periode dakwah secara terang-terangan, turunlah firman Allah : Dan, berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang dekat. (Asy-Syuara : 214). Langkah pertama yang dilakukan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam setelah turun ayat diatas ialah mengundang Bani Hasyim (Hasyim adalah nama Kakek Buyut Nabi Muhammad. Bani Hasyim yang dimaksud menunjuk pada keluarga besar keturunan/kerabat Hasyim tersebut,dimana Nabi Muhammad merupakan salah satu anggautanya). Mereka memenuhi undangan ini, yaitu beberapa orang dari Bani al-Muththalib bin Abdi Manaf, yang jumlahnya ada empat puluh lima (45) orang. Sebelum beliau berbicara, Abu Lahab sudah mendahului angkat bicara,Mereka yang hadir disini adalah paman-pamanmu sendiri dan anak-anaknya. Maka bicaralah jika ingin berbicara dan tidak perlu bersikap kekanak-kanakan. Ketahuilah bahwa tidak ada orang Arab yang berani mengernyitkan dahi terhadap kaummu. Dengan begitu aku berhak menghukummu. Biarkanlah urusan Bani bapakmu. Jika engkau tetap bertahan pada urusanmu ini, maka itu lebih mudah bagi mereka daripada seluruh kabilah Quraisy menerkammu dan semua bangsa Arab ikut campur tangan. Engkau tidak pernah melihat seorang pun dari Bani bapaknya yang pernah berbuat macam-macam seperti engkau perbuat saat ini. Mendengar itu, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam hanya diam dan sama sekali tidak berbicara dalam pertemuan itu. Kemudian beliau mengundang mereka untuk kedua kalinya, dan dalam pertemuan itu beliau bersabda, [...] . Sesungguhnya seorang pemandu itu tidak akan mendustakan keluarganya. Demi Allah yang tidak ada Illah selain Dia, Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian secara khusus dan kepada manusia secara umum. Demi Allah, kalian benar-benar akan mati layaknya sedang tidur nyenyak dan akan dibangkitkan lagi layaknya bangun tidur. Kalian benar-benar akan dihisab terhadap apa pun yang kalian perbuat, lalu di sana ada surga yang abadi dan neraka yang abadi pula. Abu Thalib (Paman Nabi Muhammad) berkata,Kami tidak suka menolongmu,menjadi penasihatmu dan membenarkan perkataanmu. Orang-orang yang menjadi Bani bapakmu. ini sudah bersepakat. Aku hanyalah segelintir orang di antara mereka. Namun akulah orang yang pertama kali mendukung apa yang engkau sukai. Maka lanjutkanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Demi Allah, aku senantiasa akan menjaga dan melindungimu, namun aku tidak mempunyai pilihan lain untuk meninggalkan agama Bani Abdul-Muththalib. (Catatan : Abu Thalib adalah Paman Nabi Muhammad,yang mengasuhnya sejak masih kecil sepeninggal Ibunda Nabi Muhammad. Hingga meninggal dunia, Abu Thalib tidak pernah masuk Islam --dalam kalimat pernyataannya diatas pun ditutupnya dengan penegasan itu, bahwa Abu Thalib akan selalu melindungi Nabi Muhammad yang telah diasuhnya sejak kecil,tapi ia tidak akan/tidak bisa meninggalkan agama keluarganya yang sudah turun-temurun--.) Abu Lahab berkata,Demi Allah, ini adalah kabar buruk. Ambillah tindakan terhadap dirinya sebelum orang lain yang melakukannya. Abu Thalib menimpali,Demi Allah, kami tetap akan melindungi selagi kami masih hidup. (Sirah Nabawiyah (penulis : Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri,Penerbut : Darus Salam,Riyadh, Cetakan : Pertama, 1414 H, Edisi Indonesia,penerjemah : Kathur Suhardi, Editor : Yasir Maqosid, penerbit : Al Kautsar) ,hal.75-76). MENYERANG AGAMA-AGAMA KAUM QURAISY SECARA TERANG-TERANGAN Seruan beliau terus bergema di seantero Makkah, hingga kemudian turun ayat,Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. (Al-Hijr: 94) Maka Rasulullah SAW langsung bangkit menyerang keyakinan agama-agama kaum Quraisy, menyebutkan kedudukan berhala dan hakikatnya yang sama sekali tidak memiliki nilai. Makkah berpijar dengan api kemarahan, bergolak dengan keanehan dan pengingkaran mendengar seruan-seruan dan serangan-serangan Nabi Muhammad terhadap keyakinan kaum Quraisy. Suara itu seakan-akan petir yang membelah awan,berkilau,menggelegar,dan mengguncang udara yang tadinya tenang. Orang-orang Quraisy bangkit untuk menghadang revolusi yang datang secara tak terduga ini,dan yang dikhawatirkan akan merusak tradisi warisan mereka. Mereka bangkit karena menyadari bahwa makna iman yang beliau serukan adalah penafian terhadap uluhiyah selain Allah, bahwa makna iman kepada risalah dan Hari Akhirat adalah ketundukan dan kepasrahan secara total,sehingga mereka tidak lagi mempunyai pilihan terhadap diri dan harta mereka, terlebih lagi terhadap orang lain. (Sirah Nabawiyah (penulis : Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri,Penerbut : Darus Salam,Riyadh, Cetakan : Pertama, 1414 H, Edisi Indonesia,penerjemah : Kathur Suhardi, Editor : Yasir Maqosid, penerbit : Al Kautsar) , hal.77-78). UPAYA PERSUASIF I KAUM QURAISY Menanggapi seruan-seruan Nabi Muhammad yang menyerang keyakinan kaum Quraisy, yang menyulut bara api kemarahan kaum Quraisy di Makkah, kaum Quraisy berupaya melakukan pendekatan/upaya persuasif. Ibnu Ishaq menuturkan,beberapa pemuka Quraisy pergi ke tempat Abu Thalib, lalu berkata,Wahai Abu Thalib, sesungguhnya ANAK SAUDARAMU TELAH MENCACI MAKI SESEMBAHAN KAMI, MENCELA AGAMA KAMI, MEMBODOHKAn HARAPAN-HARAPAN KAMI DAN MENYESATKAN NENEK MOYANG KAMI. Engkau boleh mencegahnya AGAR TIDAK MENGGANGGU KAMI, atau biarkan antara dia dan kami, toh engkau juga seperti kami, marilah menentangnya sehingga kita bisa mencegahnya. Dengan perkataan yang halus dan penolakan yang lembut Abu Thalib menolak permintaan mereka. (Sirah Nabawiyah (penulis : Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri,Penerbut : Darus Salam,Riyadh, Cetakan : Pertama, 1414 H, Edisi Indonesia,penerjemah : Kathur Suhardi, Editor : Yasir Maqosid, penerbit : Al Kautsar) , hal.79). UPAYA MENGHADANG SERUAN NABI SETELAH GAGALNYA UPAYA PERSUASIF PERTAMA Setelah diplomasi kaum Quraisy ditolak Abu Thalib,paman Muhammad SAW, kaum Quraisy berkumpul dan berpikir serta merumuskan berbagai tindakan yang dapat mereka lakukan untuk menghadang dakwah Islam yang dilakukan oleh Nabi Muhammad yang bersifat menyerang keyakinan-keyakinan yang sudah turun temurun ada dan dipeluk kaum Quraisy. (1). Melalui ejekan : Jika ada rekan-rekan Rasulullah SAW yang duduk di sekitar beliau, maka mereka mengolok-olok dan berkata,Inilah rekan-rekannya. (2).Menyatakan bahwa Al Quran hanyalah dongengan orang-orang terdahulu. Hal ini disebutkan pula dalam Al Quran : Dongengan-dongengan orang-orang dahulu,dimintanya supaya dituliskan. Maka dibacakanlah dongengan itu kepadanya setiap pagi dan petang. (Al-Furqan : 5). Al Quran ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan oleh Muhammad dan dia dibantu oleh kaum yang lain... [...] (Al Furqan : 4). (3). Menyodorkan beberapa bentuk penawaran demi sebuah solusi yang saling menguntungkan (win win solution). Hal ini diisyaratkan juga dalam Al Quran,Maka mereka menginginkan supaya kamu bersikap lunak lalu mereka bersikap lunak (pula kepadamu). (Al-Qalam : 9). Dengan latar belakang itulah turun Surah Al-Kafirun tersebut diatas. UPAYA PERSUASIF KEDUA DARI KAUM QURAISY Karena Nabi Muhammad tidak menghentikan seruannya yang mencela agama-agama kaum Quraisy,meskipun kaum Quraisy telah melakukan berbagai upaya baik yang sifatnya diplomasi (menemui paman Nabi Muhammad, Abu Thalib) maupun melalui kampanye-kampanye Anti Seruan Nabi Muhammad, maka kaum Quraisy kemudian melalukan upaya persuasifnya yang kedua. Para pembesar Quraisy mendatangi Abu Thalib untuk kedua kalinya,kali ini lebih keras dan disertai ancaman, dan mereka berkata kepadanya,Wahai Abu Thalib, engkau adalah orang yang paling tua,terhormat,dan berkedudukan di tengah kami. Kami sudah pernah memintamu untuk menghentikan anak saudaramu, namun engkau tidak melakukannya. Demi Allah, kami sudah tidak sabar lagi menghadapi masalah ini. SIAPA YANG MENGUMPAT BAPAK-BAPAK KAMI,MEMBODOHKAN HARAPAN-HARAPAN KAMI DAN MENCELA SESEMBAHAN KAMI, MAKA HENTIKANLAH DIA, atau kami menganggapmu dalam pihak dia, hingga salah satu dari kedua belah pihak di antara kita binasa. Ancaman ini cukup menggetarkan Abu Thalib. Maka dia mengirim utusan untuk menemui Rasulullah SAW yang berkata kepada beliau,Wahai anak saudaraku, sesungguhnya kaummu telah mendatangiku, lalu mereka berkata begini dan begitu kepadaku. Maka hentikanlah demi diriku dan dirimu sendiri. JANGANLAH ENGKAU MEMBEBANIKU SESUATU DILUAR KESANGGUPANKU. Rasulullah SAW mengira pamannya akan menelantarkan dan sudah tidak mau lagi mendukungnya. Maka beliau bersabda,Wahai pamanku,demi Allah, andaikan mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, agar aku meninggalkan agama ini, hingga Allah MEMENANGKANNYA atau aku binasa karenanya, maka aku tidak akan meninggalkannya. Mendengar itu mata Abu Thalib MENGUCURKAN AIR MATA lalu bangkit. Tatkala beliau hendak beranjak, Abu Thalib memanggil beliau, lalu berkata,Pergilah wahai anak saudaraku, dan katakanlah apa pun yang engkau sukai. Demi Allah, aku tidak akan menyerahkan dirimu kepada siapapun. (Sirah Nabawiyah (penulis : Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri,Penerbut : Darus Salam,Riyadh, Cetakan : Pertama, 1414 H, Edisi Indonesia,penerjemah : Kathur Suhardi, Editor : Yasir Maqosid, penerbit : Al Kautsar) , hal.99-100). QURAISY MENDATANGI ABU THALIB KETIGA KALINYA Tatkala Quraisy melihat Rasulullah SAW tetap menjalankan aktivitasnya dan mereka tahu bahwa Abu Thalib tidak mau menelantarkan beliau,maka mereka mendatangi Abu Thalib sekali lagi, sambil membawa Ammarah bin Al-Walid bin Al-Mughirah, dan menawarkan barter : Quraisy menyerahkan Ammarah bin Al-Walid kepada Abu Thalib (sebagai ganti Muhammad untuk dijadikan anak oleh Abu Thalib) dan Abu Thalib menyerahkan Nabi Muhammad kepada Quraisy. Abu Thalib menolak ini dengan tegas. Karena upaya pendekatan/diplomasi kepada Abu Thalib selalu menemui kegagalan, maka Quraisy mulai melakukan berbagai upaya, diantaranya : (1).Ide untuk menghabisi Nabi Muhammad. (2).Pemboikotan secara menyeluruh oleh Kaum Quraisy kepada Bani Hasyim dan Bani Al-Muththalib (keluarga besar Nabi Muhammad), yang meliputi : Larangan menikah,berjual beli, berteman, berkumpul, memasuki rumah, berbicara dengan mereka, kecuali jika secara suka rela mereka menyerahkan Muhammad untuk dibunuh. (Sirah Nabawiyah (penulis : Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri,Penerbut : Darus Salam,Riyadh, Cetakan : Pertama, 1414 H, Edisi Indonesia,penerjemah : Kathur Suhardi, Editor : Yasir Maqosid, penerbit : Al Kautsar) , hal.113). UTUSAN QURAISY TERAKHIR YANG MENEMUI ABU THALIB DAN TERUNGKAPNYA TUJUAN NABI MUHAMMAD MENDIRIKAN AGAMA ISLAM UNTUK MENUNDUKKAN SELURUH BANGSA ARAB DAN SUPAYA BANGSA NON ARAB MEMBAYAR PAJAK PADA MEREKA Setelah pemboikotan terhadap Bani Hasyim dan Bani Al-Muththalib (keluarga besar Nabi Muhammad) berakhir, tibalah dimana Abu Thalib, paman Nabi Muhammad, karena usia yang sudah udzur, yaitu lebih dari delapan puluh tahun, jatuh sakit. Orang-orang Quraisy mengirim utusan terakhir kalinya menemui Abu Thalib. Ibnu Ishaq dan lain-lainnya menuturkan, tatkala Abu Thalib sakit dan orang-orang Quraisy mengkhawatirkan keadaannyan mereka pun saling kasak-kusuk,Sesungguhnya Hamzah dan Umar sudah masuk Islam. Sementara masalah Muhammad sudah menyebar di seluruh kabilah Quraisy. Kirimlah utusan kepada Abu Thalib, agar bisa menerima imbalan tertentu dari anak saudaranya dan dia bisa harus menyerahkan dirinya kepada kita. Demi Allah, kita tidak akan merasa aman jika urusannya mencundangi kita. Para utusan itu mendatangi tempat Abu Thalib dan berdialog dengannya. Mereka terdiri dari pada pemuka kaumnya, seperti Utbah bin Rabiah, Syaibah bin Rabiah,Abu Jahal bin Hisyam, Umayyah bin Khalaf, Abu Sufyan bin Harb dan masih banyak lainnya yang jumlahnya kira-kira dua puluh lima orang. Wahai Abu Thalib, kami tahu kedudukanmu di tengah kami, dan engkau juga tahu mengapa kami datang kali ini. Keadaanmu membuat kami cemas. Engkau juga tahu apa yang terjadi di antara kami dan anak saudaramu. Panggilah dia, AMBIL APAPUN DARI KAMI UNTUK DIBERIKAN KEPADANYA dan engkau harus menyerahkan urusan dirinya kepada kami, AGAR DIA BERHENTI MENGGANGU KAMI DAN KAMI BISA MENGHENTIKAN TINDAKANNYA, MEMBIARKAN KAMI DAN AGAMA KAMI. Maka Abu Thalib mengirim utusan memanggil Rasulullah SAW. Setelah beliau tiba, Abu Thalib berkata,Wahai anak saudaraku, mereka ini adalah para pemuka kaummu. Mereka berkumpul karenamu. Mereka hendak memberi sesuatu kepadamu dan mereka hendak mengambil yang lain darimu. Lalu Abu Thalib memberitahukan kepada beliau apa yang mereka tawarkan, tanpa ada pemihakan kepada salah satu pihak. Beliau (Muhammad) bersabda kepada mereka,Apa pendapat kalian,jika aku menyampaikan satu kata saja yang kalian ucapkan, NISCAYA KALIAN AKAN MERAJAI BANGSA ARB DAN NON-ARAB PUN AKAN TUNDUK KEPADA KALIAN? Dalam lafazh lain disebutkan, beliau bersabda kepada Abu Thalib,Aku ingin agar mereka sudi mengucapkan satu kata saja, yang dengan kata-kata itu SEMUA BANGSA ARAB AKAN TUNDUK KEPADA MEREKA DAN ORANG-ORANG NON ARAB AKAN MENYERAHKAN PAJAK KEPADA MEREKA. Engkau hendak menyuruh mereka kepada apa? tanya Abu Thalib. Aku hendak mengajak mereka agar mengucapkan satu kata saja yang dengan kata itu SELURUH BANGSA ARAB AKAN TUNdUK KEPADA MEREKA DAN MEREKA BISA MERAJAI ORANG-ORANG NON-ARAB. Dalam lafazh riwayat Ibnu Ishaq disebutkan,Satu kata saja yang kalian ucapkan,maka kalian akan MERAJAI SELURUH BANGSA ARAB DAN MENUNDUKKAN ORANG-ORANG NON-ARAB. Apa satu kata yang engkau maksudkan itu? tanya Abu Jahal,demi bapakmu, kami pun bisa memberikan kepadamu sepuluh kali lipatnya. Belia bersabda,Kalian harus mengucapkan,La Ilaha Illallah,dan meninggalkan apa yang kalian sembah selain Dia. Mereka tepuk tangan setelah mendengarnya, lalu berkata,Wahai Muhammad, apakah engkau ingin menjadikan sesembahan itu hanya satu? Sesungguhnya agamamu benar-benar aneh. Akhirnya mereka hanya bisa saling kasak-kusuk,Demi Allah, orang ini (Muhammad SAW yang dimaksud) TIDAK MAU MEMBERIKAN sedikit pun dari apa yang kalian kehendaki. Silakan pergi dan pertahankan agama leluhur kalian,hingga Allah membuat keputusan antara diri kalian dan dirinya. Setelah itu mereka pergi secara berpencar.(Sirah An-Nabawiyah,Ibnu Hisyam, 1/417-419; Tifhimul-Quran, 4/316-318, Mukhtashar Siratir-Rasul, hal.91). KEMATIAN ABU THALIB (PAMAN MUHAMMAD) TETAP DALAM KEKAFIRAN Didalam Ash-Shahih disebutkan dari Al-Musayyab, bahwa tatkala ajal menghampiri Abu Thalib (paman Nabi Muhammad SAW yang selalu melindungi Nabi dari dendam kaum Quraisy atas celaan dan cacian Nabi kepada agama-agama kaum Quraisy), Nabi Muhammad SAW menemuinya, yang saat itu di sisinya ada Abu Jahal. Wahai paman,ucapkanlah la ilaha illallah (tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah SWT), satu kalimat yang dapat engkau jadikan hujjah di sisi Allah,sabda beliau. Abu Jahal dan Abdullah bin Abu Umayyah menyela,Wahai Abu Thalib, apakah engkau tidak menyukai agama Abdul-Muththalib (Ayah Abu Thalib, Kakek Nabi Muhammad)? Keduanya tak pernah berhenti mengucapkan kata-kata ini, hingga pernyataan terakhir yang diucapkan Abu Thalib,TETAP BERADA PADA AGAMA ABDUL-MUTHTHALIB. Beliau (Nabi Muhammad) bersabda,Aku benar-benar akan memohon ampunan bagimu wahai paman selagi aku tidak dilarang melakukannya. Lalu turun ayat,Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik,WALAUPUN orang-orang musyrik itu adalah KAUM KERABAT (NYA), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam. (At-Taubah : 113). DAKWAH NABI MUHAMMAD SEPENINGGAL ABU THALIB Setelah Abu Thalib, paman Nabi Muhammad,meninggal dunia, istri pertama Nabi Muhammad, Khadijah juga meninggal dunia. Namun Nabi Muhammad tidak pernah menyurutkan langkahnya. Beliau terus melakukan dakwah supaya semua bangsa Arab masuk memeluk Islam. Jika musim haji tiba beliau berdiri di hadapan orang-orang di pasar Ukazh, Majannah, dan Dzil-Majaz untuk menyampaikan seruan Islam, dan beliau menyatakannya secara gamblang,Wahai sekalian manusia, ucapkanlah la ilaha ilallah (tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah SWT), niscaya kalian akan beruntung, DAPAT MENGUASAI BANGSA ARAB DAN ORANG-ORANG NON-ARAB PUN AKAN TUNDUK KEPADA KALIAN. Jika kalian mati, maka KALIAN AKAN MENJADI RAJA DI SURGA. Keinginan dan tujuan Nabi Muhammad ini diketahui orang-orang Quraisy. Sehingga Al-Aswad bin Al-Muththalib dan teman-temannya mengobrol suka menyindir para sahabat Nabi SAW yang berjalan di dekat mereka, dengan berkata,RAJA-RAJA DUNIA SEDANG MENGHAMPIRI KALIAN. MEREKA AKAN MENGALAHKAN RAJA-RAJA KISRA DAN KAISAR. Setelah itu mereka bersiul-siul dan bertepuk tangan mengejek. (Sirah Nabawiyah (penulis : Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri,Penerbut : Darus Salam,Riyadh, Cetakan : Pertama, 1414 H, Edisi Indonesia,penerjemah : Kathur Suhardi, Editor : Yasir Maqosid, penerbit : Al Kautsar) , hal.135). Tak pernah padamnya perselisihan dan pertentangan antara Nabi Muhammad dan ummat Islam dengan kaum Quraisy ini,ketidakrukunan dan ketidakharmonisan ini, pada akhirnya nanti berujung pada berbagai peperangan yang tercatat menghiasi perjalanan penyebaran agama Islam : (A).Perang Badr Kubra (B).Perang Uhud (C).Perang Ahzab atau Khandaq (D).Perang Bani Quraizhah (E).Perang Bani Mushthaliq atau Perang Al-Muraisi (F).Perang Khaibar dan Wadil-Qura (G).Perang Mutah (H).Perang dan Penaklukkan Makkah (I).Perang Hunain (J).Perang Tabuk --------------------------------------------------- (2). SANG BUDDHA GOTAMA Bagaimana Sang Buddha mengajarkan toleransi dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat, tercermin dalam berbagai peristiwa kehidupan yang dilalui Sang Buddha. Uraian berikut ini akan menjelaskannya : SANG BUDDHA TIDAK BERMINAT MENCARI PENGIKUT Suatu ketika, Sang Buddha sedang menetap di Puncak Nasar. Pada saat itu, Pengembara Nigrodha sedang menetap di perkemahan Udumbarika yang disediakan bagi para pengembara beserta tiga ratus pengembara. Dan suatu pagi, perumah tangga Sandhana datang ke Rajagaha untuk menemui Sang Buddha, namun saat itu bukan waktu yang tepat untuk menemui Sang Buddha, Beliau sedang bermeditasi; saat itu juga bukan waktu yang tepat untuk menemui para Bhikkhu yang sedang bermeditasi. Oleh sebab itu, Sandhana pergi ke perkemahan Udumbarika untuk menemui para pengembara dan mengunjungi Nigrodha. Sandhana terlibat percakapan serius dengan Nigrodha, dimana Nigrodha menyatakan hal-hal yang tidak baik tentang Sang Buddha. Dengan kemampuan Telinga-Dewa-Nya, Sang Buddha mendengar percakapan antara Sandhana dan Nigrodha.Lalu Sang Buddha menuruni Puncak Nasar,pergi ke tempat memberi makan merak di sebelah Kolam Sumagadha, dan sengaja berjalan mondar-mandir disana di ruang terbuka. Nigrodha melihat Beliau dan terjadilah serangkaian dialog tanya-jawab antara Sang Buddha dan Nigrodha. Sang Buddha kemudian berhasil melenyapkan pandangan salah Nigrodha dan sekumpulan petapa tersebut. Kemudian Buddha berkata: “Nigrodha, engkau mungkin berpikir: ‘Petapa Gotama mengatakan hal ini untuk mendapatkan murid.’ Namun jangan engkau beranggapan demikian. Biarlah ia yang menjadi gurumu tetap menjadi gurumu. Atau engkau mungkin berpikir: ‘Beliau ingin kami meninggalkan peraturan-peraturan kami.’ Namun jangan engkau beranggapan demikian. Biarlah peraturanmu tetap berlaku seperti apa adanya. Atau engkau mungkin berpikir: ‘Beliau ingin kami meninggalkan gaya hidup kami.’ Namun jangan engkau beranggapan demikian. Biarlah gaya hidupmu tetap seperti apa adanya. Atau engkau mungkin berpikir: ‘Beliau ingin kami mengukuhkan kami dalam melakukan hal-hal yang menurut ajaran kami adalah salah, dan yang dianggap demikian oleh kami.’ Namun jangan engkau beranggapan demikian. Biarlah hal-hal yang kalian anggap salah tetap dianggap demikian. Atau engkau mungkin berpikir: ‘Beliau ingin menarik kami dari hal-hal yang menurut ajaran kami adalah baik, dan yang dianggap demikian oleh kami.’ Namun jangan engkau beranggapan demikian. Biarlah hal-hal yang kalian anggap baik tetap dianggap demikian. Nigrodha, Aku tidak berbicara karena alasan-alasan ini.” “Ada, Nigrodha, hal-hal tidak baik yang belum ditinggalkan, ternoda, mendukung kelahiran kembali, menakutkan, menghasilkan akibat menyakitkan di masa depan, berhubungan dengan kelahiran, kerusakan, dan kematian. Adalah untuk meninggalkan hal-hal ini, maka Aku mengajarkan Dhamma. Jika engkau mempraktikkan dengan benar, hal-hal ternoda ini akan ditinggalkan, dan hal-hal yang memurnikan akan tumbuh dan berkembang dan engkau akan mencapai dan berdiam,dalam kehidupan ini,dengan pandangan terang dan pencapaianmu sendiri, kesempurnaan kebijaksanaan sepenuhnya.”. (Digha Nikaya 25 : Udumbarika-Sihanada Sutta) BUDDHA MENGAJARKAN JANGAN MENGIKUTI AJARAN KARENA IMAN BUTA DAN LALU MELUPAKAN GURU AGAMA SEBELUMNYA Dalam suatu kesempatan jutawan Upali, seorang pengikut Nigantha Nataputta, mendekati Sang Buddha dan begitu senang dengan penjelasan Dhamma yang rinci dari Sang Buddha sehingga ia dengan segera menyatakan keinginannya untuk menjadi seorang pengikut Sang Buddha. Ia berkata 15. Yang Mulia, saya merasa puas dan senang dengan perumpamaan pertama Yang Terberkahi. Walaupun demikian, tadinya saya pikir saya akan melawan Yang Terberkahi demikian karena saya ingin mendengar Yang Terberkahi memberikan berbagai solusi bagi persoalan itu. Luar biasa, Guru Gotama! Luar biasa, Guru Gotama! Guru Gotama telah membuat Dhamma menjadi jelas dengan banyak cara, seakan-akan Beliau menegakkan kembali apa yang tadinya terjungkir-balik, mengungkapkan apa yang tadinya tersembunyi, menunjukkan jalan bagi orang yang tersesat, atau memberikan penerangan di dalam kegelapan bagi mereka yang mempunyai mata sehingga dapat melihat bentuk. Saya eprgi pada Guru Gotama untuk perlindungan dan pada Dhamma dan pada Sangha para Bhikkhu. Sejak hari ini, biarlah Guru Gotama menerima saya sebagai umat yang telah pergi kepada Beliau untuk perlindungan sepanjang hidup saya. Tetapi Sang Buddha menasihatinya, dengan berkata : 16. Dari suatu kebenaran, O Perumah Tangga, adakan suatu penyelidikan yang teliti. Adalah baik bagi seorang terhormat seperti Anda untuk mengadakan suatu penyelidikan yang teliti. Upali, yang diliputi kegembiraan yang meluap-luap atas kata-kata Sang Buddha yang tak terduga ini, berkata: Yang Mulia, saya bahkan merasa lebih puas dan senang dengan Yang Terberkahi karena memberitahukan hal itu kepada saya. Yang Mulia,dalam kelompok-kelompok sekte lain, ketika memperoleh saya sebagai siswa mereka, mereka akan membawa spanduk ke seluruh Nalanda dan mengumumkan : Perumah tangga Upali, seorang jutawan, telah melepaskan agamanya yang dahulu dan kini telah menjadi siswa di bawah kami. Tetapi sebaliknya, Yang Terberkahi memberitahukan saya : Dari suatu kebenaran, O Perumah Tangga, adakan suatu penyelidikan yang teliti. Adalah baik bagi seorang terhormat seperti Anda untuk mengadakan suatu penyelidikan yang teliti. Maka, untuk kedua kalinya, Yang Mulia, saya pergi pada Guru Gotama untuk perlindungan dan pada Dhamma dan pada Sangha para Bhikkhu. Sejak hari ini biarlah Guru Gotama menerima saya sebagai ummat yang telah pergi kepada Beliau untuk perlindungan hidup saya. Kemudian Sang Buddha mengingatkan Upali untuk tetap menghormati Gurunya yang selama ini telah mengajarnya & tetap melakukan kebiasaan-kebiasaan yang sudah-sudah : 17. Perumah-tangga, keluargamu sudah lama menopang para Nigantha dan engkau harus mempertimbangkan bahwa dana makanan harus diberikan kepada mereka bila mereka datang. Yang Mulia, saya bahkan merasa lebih puas dan senang dengan Yang Terberkahi karena memberitahukan hal itu kepada saya. [...] Yang Terberkahi bahkan mendorong saya untuk memberikan pemberian kepada para Nigantha. Tetapi, kami akan mengetahui waktu untuk hal itu, Yang Mulia. Maka untuk ketiga kalinya, Yang Mulia, saya pergi pada Guru Gotama untuk perlindungan dan pada Dhamma dan pada Sangha para bhikkhu. Sejak hari ini biarlah Guru Gotama menerima saya sebagai umat yang telah pergi kepada Beliau untuk perlindungan sepanjang hidup saya. (Sutta Pitaka Majjhima Nikaya III, Upali Sutta). BUDDHA MENGAJARKAN JANGAN MARAH BILA AGAMA KITA DIKRITIK/DICELA 1.5 Para bhikkhu, jika seseorang menghina-Ku, Dhamma, atau Sangha, [3] kalian tidak boleh marah, tersinggung, atau terganggu akan hal itu. Jika kalian marah atau tidak senang akan penghinaan itu, maka itu akan menjadi rintangan bagi kalian. Karena jika orang lain menghina-Ku, Dhamma, atau Sangha, dan kalian marah atau tidak senang, dapatkah kalian mengetahui apakah yang mereka katakan itu benar atau salah? Tidak, Bhagava. Jika orang lain menghina-Ku, Dhamma, atau Sangha, maka kalian harus menjelaskan apa yang tidak benar sebagai tidak benar, dengan mengatakan : Itu tidak benar, itu salah, itu bukan jalan kami, (3) itu tidak ada pada kami. 1.6. Jika orang lain memuji-Ku, Dhamma, atau Sangha, kalian tidak boleh gembira, bahagia, atau senang akan hal itu. Jika kalian gembira, bahagia, atau senang akan pujian itu, maka itu akan menjadi rintangan bagi kalian. Jika orang lain memuji-Ku, Dhamma, atau Sangha, kalian harus mengakui Kebenaran sebagai Kebenaran, dengan mengatakan : Itu benar, itu tepat sekali, itu adalah jalan kami, itu ada pada kami. (Digha Nikaya 1 : Brahmajala Sutta, Jaring Tertinggi Apa yang Bukan Ajaran) JANGAN MEMBALAS CACI MAKI DENGAN CACI MAKI Pada suatu ketika Yang Terberkahi berdiam di Rajagaha di Hutan Bambu, Suaka Tupai. Brahmana Akkosaka Bharadvaja, Bharadvaja si Pencaci-maki, mendengar(1) : Dikatakan bahwa seorang brahmana dari kelompok Bharadvaja telah meninggalkan kehidupan berumah-tangga menuju kehidupan tak-berumah di bawah petapa Gotama. Dengan marah dan tidak senang, dia menghampiri Yang Terberkahi dan [162] mencaci-maki serta mencerca Beliau dengan kata-kata kasar dan tidak sopan. Setelah dia selesai berbicara, Yang Terberkahi berkata kepadanya: Bagaimana pendapatmu, brahmana? Apakah para sahabat dan rekan, sanak saudara dan keluarga, serta juga para tamu datang mengunjungimu? Kadang-kadang mereka datang berkunjung, Guru Gotama. Apakah kemudian kau memberikan makanan atau jamuan makan atau makanan kecil? Kadang-kadang, Guru Gotama. Tetapi jika mereka tidak mau menerimanya darimu, maka makanan itu menjadi milik siapa? Jika mereka tidak mau menerimanya dariku, maka makanan itu masih tetap menjadi milik kami. Demikian juga, Brahmana, kami-yang tidak mencaci-maki seorang pun, yang tidak mencemooh seorang pun, yang tidak mencerca seorang pun-menolak menerima caci-maki, cemooh, dan cercaan yang kau berikan kepada kami. Semuanya masih menjadi milikmu, Brahmana! Semuanya masih menjadi milikmu, Brahmana! Brahmana, seseorang yang mencaci-maki si pencacinya,yang mencemooh si pencemoohnya,yang mencerca si pencercanya - dia dikatakan mengambil bagian pada jamuan makan itu, dia ikut dalam pertukaran ini. Tetapi kami tidak mengambil bagian pada jamuan makanmu, kami tidak ikut dalam pertukaran ini. Semuanya masih menjadi milikmu, brahmana! semuanya masih menjadi milikmu, brahmana! Sang Raja dan rombongannya menganggap bahwa petapa Gotama adalah seorang Arahat, tetapi petapa Gotama masih bisa marah. (2). [Yang Terberkahi:] 615 Bagaimana kemarahan bisa muncul pada orang yang tanpa-kemarahan,pada orang yang telah jikan karena kehidupan yang benar, pada orang yang telah terbebas melalui pengetahuan sempurna, pada yang mantap yang berdiam dalam kedamaian? (3). 616 Orang yang membayar seseorang yang marah dengan kemarahan, akan memperburuk masalah bagi dirinya sendiri. Tidak membayar seseorang yang marah dengan kemarahan, dia memenangkan pertempuran yang sulit dimenangkan. 617 Dia berlatih untuk kesejahteraan keduanya-dirinya sendiri dan orang lain-Ketika mengetahui bahwa musuhnya marah, dia dengan waspada tetap menjaga kedamaiannya. 618 Ketika dia telah memperoleh obat bagi keduanya-dirinya sendiri dan orang lain- orang-orang yang menganggapnya tolol, berarti tidak terlatih didalam Dhamma.(3) [163] Ketika hal ini dikatakan, Brahmana Akkosaka Bharadvaja itu berkata kepada Yang Terberkahi : Luar biasa, Guru Gotama! ... Saya pergi berlindung kepada Guru Gotama, dan kepada Dhamma, dan kepada Bhikkhu Sangha. Bolehkah saya meninggalkan kehidupan berumah-tangga dibawah Guru Gotama, bolehkah saya menerima pentahbisa yang lebih tinggi? Kemudian brahmana dari kelompok Bharadvaja itu meninggalkan kehidupan berumah-tangga dibawah Yang Terberkahi, dia menerima pentahbisan yang lebih tinggi. Dan tak lama setelah pentahbisannya,ketia berdiam sendirian .... ... Y.M. Bharadvaja menjadi salah satu Arahat. (Samyutta Nikaya, II.Sub-Bab Kedua (Kelompok Lima Brahma), 2(2) Caci Maki) BUDDHA MENGAJARKAN ADA KEBENARAN DALAM AGAMA LAIN Di sebuah kota kecil bernama Kusinara. Saat itu seorang pertapa pengembara bernama Subhadda mendekati Buddha yang sedang menjelang Parinibbana-Nya (wafat-Nya) dan bertanya mengenai kebenaran berbagai ajaran agama yang ada saat itu. Tanpa mengatakan bahwa hanya ajaran Beliau-lah yang paling benar dan tanpa menyerukan supaya siapapun mengikuti-Nya, Sang Buddha menjawab : Cukup, Subhadda, jangan pikirkan apakah mereka semua, atau tidak seorang pun, atau sebagian dari mereka telah menembus kebenaran. Aku akan mengajarkan Dhamma kepadamu. Dengarkan dan perhatikan baik-baik… . Dalam ajaran dan disiplin mana pun, Subhadda, di mana tidak terdapat Jalan Arya Beruas Delapan, maka tidak akan mungkin ditemukan para pertapa yang telah mencapai kesucian pertama (Sotapanna), kesucian kedua (Sakadagami), kesucian ketiga (Anagami), dan kesucian keempat (Arahat). Tetapi dalam ajaran dan disiplin mana pun di mana terdapat Jalan Arya Beruas Delapan, maka di sana dapat ditemukan para pertapa yang telah mencapai kesucian pertama, kedua, ketiga, dan keempat. (Mahaparinibbana Sutta) Dengan ini, Sang Buddha mengatakan bahwa ajaran mana pun yang mengajarkan Jalan Arya Beruas Delapan merupakan ajaran yang dapat mengantarkan kepada kesucian; oleh karena itu, ajaran tersebut adalah ajaran yang benar. Jalan Arya Beruas Delapan dalam ajaran Buddha bila diringkas akan menghasilkan tiga kelompok/tiga ruas Jalan, yaitu disiplin moralitas (Sila), pemurnian batin-konsentrasi-dan pengembangan pandangan terang dalam batin (Samadhi), dan yang ketiga, penembusan kebijaksanaan spiritual (Panna). Menurut Sang Buddha, agama mana pun yang mengajarkan ketiga hal ini adalah agama yang benar dan dapat menghasilkan buah dan jalan kesucian bagi yang mempraktikkannya. ------------------------------------- Demikianlah Ajaran Toleransi dalam kehidupan beragama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad dan Sang Buddha Gottama. Semoga kita semua dapat memetik pelajaran berharga dari uraian tersebut diatas. Semoga Semua Makhluk Telah Tiba Saatnya Mencapai Penerangan Batin :) _/\_ :)
Posted on: Thu, 24 Oct 2013 17:33:52 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015