*#| Penting! Ini Etika Berfoto Saat Traveling |#* Kurang lengkap - TopicsExpress



          

*#| Penting! Ini Etika Berfoto Saat Traveling |#* Kurang lengkap rasanya, jika Anda tidak foto-foto atau narsis saat traveling ke suatu destinasi. Meski begitu, ada beberapa etika yang harus Anda tahu sebelum menjepretkan kamera. Jangan sampai kasus Borobudur terulang! Berfoto sudah menjadi kegiatan wajib para wisatawan. Objek-objek wisata seperti pantai, gunung, atau atraksi wisata berupa tari-tarian, dapat Anda abadikan sebagai kenang-kenangan di dalam kamera. Tapi ingat, ada etika-etika berfoto saat tarveling yang harus Anda perhatikan. Penulis buku Garis Batas yang sudah berkeliling Asia Tengah, Agustinus Wibowo berbincang dengan detikTravel mengenai etika berfoto saat traveling. Dia pun memberikan banyak petuah dan pengalaman-pengalaman uniknya saat berfoto-foto di suatu destinasi: 1. Cari tahu soal aturan berfoto "Pertama, cari dulu tanda larangan memotret. Kalau tidak ada tandanya, berarti Anda bebas foto-foto di situ," tutur pria yang biasa disapa Agus ini, Rabu (19/6/2013). Agus menambahkan, hal tersebut baiknya dilakukan di tempat-tempat wisata berupa candi, masjid, atau bangunan bersejarah. Sebabnya, bisa-bisa kena denda atau malah ditangkap. "Pernah saya di Turkmenistan ditangkap karena dianggap mata-mata. Sebab, saya memotret patung-patung emas yang ada di sana. Sampai mau keluar negaranya, kamera saya diperiksa lagi apakah ada foto tersebut atau tidak," ujar Agus. Selain itu, beberapa negara di dunia pun punya peraturan masing-masing tentang memotret. Untuk itu, sebaiknya Anda mempelajari destinasi tujuan terlebih dulu. "Di China tidak boleh memotret polisi, di Afghanistan tidak boleh memotret wanita, lalu jangan memotret orang sembarangan di pedalaman India karena mereka akan minta uang," ujar Agus mengingatkan. 2. Minta izin terlebih dulu Traveling tidak hanya mengunjungi tempat-tempat dengan pemandangan cantik saja. Sebagian traveler berjalan- jalan untuk bertemu suatu masyarakat yang masih memegang nilai adat dan budaya leluhurnya. Kalau mau memotret mereka, tentu ada etikanya juga. "Kita harus minta izin terlebih dulu untuk memotret," kata Agus. Meski asal jepret, hal tersebut bisa dianggap menganggu bagi sebagian orang. Traveler disarankan meminta izin dulu sebelum menjepretkan kamera. Setelah itu, bersikaplah ramah dengan mereka supaya Anda makin mudah untuk memotretnya. "Ketika memotret manusia, kita harus bisa memanusiakan manusia. Kita harus menghargai mereka dan jangan asal menyuruh berpose seperti yang kita mau," ucap Agus. 3. Lihat situasi Kasus sekelompok traveler China yang foto-foto dengan lumba-lumba terdampar pantas mendapat kecaman. Mereka mengangkat lumba-lumba tak berdaya itu ke atas air, lalu berpose dengan banyak gaya. Kemudian, lumba-lumba itu akhirnya mati. "Itu sangat tidak manusiawi," komentar Agus tentang kejaidan tersebut. Dalam posisi seperti itu, baiknya traveler menolong binatang tersebut terlebih dulu. Hubungi pihak keamanan setempat untuk ditindaklanjuti dengan tepat. Jika mungkin Anda nantinya akan bertemu binatang-binatang yang terdampar atau nyasar saat traveling, segera laporkan! "Bagaimana pun juga, binatang juga punya perasaan," imbuh Agus. Kasus lainnya yang masih membekas di pikiran adalah perayaaan Waisak di Candi Borobudur beberapa waktu lalu. Banyak traveler yang menggunakan blitz dan memotret para biksu dari dekat. Inilah tindakan yang kurang terpuji dan tidak mengerti situasi sebenanrnya. "Lihat situasinya, mereka itu sedang ibadah. Coba kembali ke diri kita sendiri, apakah saya mau saat sedang ibadah lalu orang-orang mengerumuni dan berfoto dengan blitz yang sangat menganggu," ungkap Agus.
Posted on: Wed, 19 Jun 2013 09:54:00 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015