Penyetrum Ikan Kembali - TopicsExpress



          

Penyetrum Ikan Kembali Terdeteksi ________________________________ BARABAI, — Gerak gerik pelaku penyetrum dan meracun ikan air tawar di rawa mulai dipersempit. Apalagi memasuki musim kemarau, dimana wilayah tangkapan menyempit, sangat rentan terjadi konflik berkepanjangan sesama nelayan, pelaku illegal fishing, dan warga setempat yang tetap mempertahankan menangkap ikan dengan cara tradisional. Kendati selama razia untuk memperketat ruang gerak dan wilayah illegal fishing belum menemukan pelaku, operasi gabungan antara Dinas Perikanan dan Peternakan, Polres HST, Kodim 1002 Barabai, kecamatan tetap dilanjutkan. Empat belas petugas lapangan tetap menyisir wilayah yang diduga kuat jadi kawasan tangkapan seperti Kecamatan Pandawan, Labuan Amas Utara, dan sebagian Labuan Amas Selatan. “Patroli penyetruman ikan kembali diaktifkan khusus menyisir air rawa di Pandawan dan Labuan Amas Utara,” kata Kepala Bidang Perikanan, Kepala Bidang (Kabid) Perikanan, Dinas Peternakan dan Perikanan HST, Sunar Wiwarni, kemarin (18/10) pagi. Selain patroli, ujarnya, pihaknya terus menerima laporan warga terkait aktivitas penyetruman kembali mencuat dalam skala yang masih kecil. Pasalnya, nelayan mulai kehabisan lokasi tangkapan ikan, sehingga mereka mencari lokasi baru yang berair dalam dengan potensi ikan banyak. Bahkan, dua hari sebelumnya, ada dua warga dari Batang Alai Selatan sempat diamankan sebentar oleh Polsek Batang Alai Selatan karena dilaporkan masyarakat mencari ikan dengan cara menebar racun. Terpisah, Kapolres HST AKBP Iwan Sonjaya memaparkan, musim kemarau saat wilayah tangkapan ikan air tawar makin sempit waktu paling rentan terjadinya konflik sosial, beberapa kali kejadian, selalu bertepatan kemarau. Ia mengakui, aktivitas penyetruman kembali terpantau di beberapa titik. “Patroli saat kemarau jadi agenda terpenting di wilayah yang air rawanya mulai kering. Semua harus waspada, wajib mendeteksi sejak dini,” terang Iwan Sonjaya. Potensi konflik sosial akibat menyetrum ikan, jelasnya, termasuk paling rawan konflik di HST. Bahkan, wanti-wanti itu telah disampaikan oleh Kapolda Kalsel, terutama di perbatasan Hulu Sungai Tengah dan Hulu Sungai Selatan serta antar Kecamatan Labuan Amas Utara dan Pandawan. Aktivitas penyetruman saat kemarau adalah gejala biasa saat wilayah tangkapan berkurang. Dari penuturan warga ke Radar Banjarmasin tinggal di Labuan Amas Utara dan Pandawan membenarkan isu tersebut. Warga yang enggan disebutkan namanya itu takut, terjadi perkelahian yang mengakibatkan korban tewas seperti tahun sebelumnya karena memperebutkan wilayah tangkapan. RADAR BANJARMASIN
Posted on: Sat, 19 Oct 2013 08:01:51 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015