Persaingan Tunggal Putri Semakin Terbuka BM/02/09- Berakhirnya even kejuaraan dunia 2013 di Guangzhou, China, menandakan bahwa persaingan di sektor tunggal putri semakin banyak persaingan. Betapa tidak, Li Xuerui wakil China yang merupakan favorit juara dan diunggulkan di posisi teratas mampu ditaklukkan pemain muda asal Thailand, Ratchanok Intanon. Intanon, yang merupakan pemain berperingkat kelima dan diunggulkan di posisi keempat saat itu, mampu menyuguhkan permainan dan semangat yang gemilang di antara ribuan pendukung tuan rumah. Persaingan tunggal putri di WBC bisa dilihat pada babak semifinal dengan menghadirkan empat pemain yang berbeda negara. Biasanya para pemain China sangat tangguh bahkan sering terjadi final sesama tunggal putri China. Peta kekuatan sudah semakin merata, tidak selalu didominasi oleh salah satu negara dan ini menjadikan badminton semakin menarik. Ada tiga pebulutangkis tunggal putri muda ranking sepuluh besar yang menunjukkan progres bagus ke depannya. Mereka adalah sang juara WBC, Ratchanok Intanon yang kini berhasil mengatrol rankingnya membuntuti Li Xuerui dari China yang berada di peringkat satu dunia. Ratchanok melihat dari permainannya sudah semakin matang, dengan footwork yang bagus serta mengandalkan pukulan-pukulan tajamnya. Apalagi sekarang kepercayaan dirinya semakin meningkat pasca WBC, bahkan sebelumnya, juara Thailand GPG ini lebih dulu mengantongi gelar superseries pertamanya di India Open dengan mengalahkan ratu Eropa, Juliane Schenk di partai puncak. Pukulan stroke serta netingnya juga semakin bagus dan senjata andalan smes silang serta overheadnya. Intanon semakin komplit karena pemain 18 tahun ini bisa bermain sesuai dengan tipe yang dia inginkan. Sanggup meladeni rally-rally panjang yang diakhiri smes silang serta bermain taktis dengan placing-placing pun Intanon menguasai dengan nyaris sempurna. Berikutnya ada pemain China Taipei yang berpostur 162cm, Tai Tzu Ying. Penampilannya mencuri perhatian saat berhasil masuk final Singapore Open Superseries 2010. Walau kalah dari Saina Nehwal,namun di tahun 2012 berhasil mengantongi gelar superseries pertamanya di Japan Open dengan mengalahkan Eriko Hirose. Gelar Tai Tzu Ying bukan hanya di ajang superseries, di Taipei GPG juga berhasil membuat para pendukungnya serta kedua orang tuanya bangga dengan mengalahkan Lindaweni Fanetri di partai puncak, 21-19 20-22 22-20. Berlanjut di tahun 2013, Tai Tzu Ying melengkapi gelar superseries yang kedua di Malaysia Open dengan mengalahkan pelapis China, Yao Xue. Sama-sama memiliki "footwork" yang bagus seperti Ratchanok Intanon, perempatfinalis WBC 2013 ini juga memiliki tehnik pukulan flick dan placing yang aduhai, dan biasanya pukulan-pukulan seperti itu dimiliki oleh pemain-pemain putra seperti Lee Chong Wei, Lin Dan. Tatapan dan ekspresi yang khas membuat Tai Tzu Ying lengkap dalam kemasan membalut permainannya di lapangan. Yang ketiga, India juga sudah melahirkan pemain muda yang bagus dengan mengantongi gelar Malaysia Open GPG 2013. Wanita dari negeri sungai Gangga ini di Kejuaraan Dunia berhasil meraih medali perunggu. Beberapa pemain hebat sudah pernah dia kalahkan, diantaranya, Wang Yihan, Wang Shixian, Li Xuerui. Dengan postur yang tinggi, Sindhu Pusarla Venkata mengandalkan power sebagi andalan dengan pukulan-pukulan tajamnya. Di Kejuaraan Dunia, Sindhu menyelamatkan wajah bulutangkis India, dimana Saina Nehwal yang difavoritkan meraih medali malah lebih dulu tumbang dari tangan Bae Yeon Ju di perempatfinal. Ketiga pemain di atas masih sangat muda, ke depannya jalan panjang masih harus dilewati bahkan ketiga nama yang disebutkan di atas bisa juga disalip oleh beberapa pemain muda lainnya seperti, Busanan Ongbumrungpan, Sayaka Takahashi, Carolina Marin Martin, Nozomi Okuhara, Sun Yu. Untuk tunggal putri Indonesia, pasti tidak hanya menonton kesuksesan mereka. Para pemain,pelatih dan semuanya tentu sudah memiliki program,target dan cara untuk mengejar ketertinggalan sektor ini.
Posted on: Mon, 02 Sep 2013 04:10:26 +0000
Trending Topics
Recently Viewed Topics
© 2015