Pertumbuhan Ekonomi yang semu itu artinya se-olah2 terlihat maju. Berkaca dari dunia musik bisa menjadi satu contoh yang mudah untuk dipahami secara awam. Industri musik [pop] di Indonesia adalah industri yang sakit. Dari mulai industri rekamannya hingga menyentuh industri hiburan di panggung. Industri rekaman porak poranda bukan karena kasus pembajakan yang semakin merajalela dan kini teramat mudah dilakukan sebab ada tehnologi digital / internet dan lain2 . Namun memang karena pada dasarnya industri rekaman musik tersebut telah dikuasai oleh investasi asing dimana pada akhirnya bermuara pada daya beli masyarakat yang tak mampu menjangkau , serta biaya produksi yang selalu empiris dengan fluktuasi mata uang dollar sebagai acuannya. Semua pengusaha/pemusik kini beralih konsentrasi ke bisnis musik di sektor panggung2 , bisnis rekaman cukup dianggap sebagai sarana untuk promosi. Lewat berbagai fasilitas sosial media sampai youtube , digratiskan bila perlu. Namun , sepertinya semua orang lupa! bahwa yang disebut industri musik dalam kegiatan ekonomi yang sehat , dng logika primitif saja bisa dimaknai sebagai : ada penjual yang sehat dan ada kelompok pembeli yang sehat. Industri panggung musik sehat??? , bagaimana bisa disebut sehat wong itu semua adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan lewat mekanisme subsidi. Lihat saja nanti , ketika semakin menurun kemampuan2 berbagai perusahaan2 untuk mengeluarkan biaya promosi , sesuatu yang takkan mungkin bisa dihindari. Kegiatan ekonomi [konser musik] yang disebut sehat itu : orang datang dengan sadar untuk membayar/membeli tiket dengan biaya yang setara dengan biaya produksi yang telah dikeluarkan oleh produser/industri ybs. Industri musik seperti sekarang ini lebih mirip dengan BLT ataupun BLSM
Posted on: Fri, 19 Jul 2013 11:46:21 +0000
Trending Topics
Recently Viewed Topics
© 2015