RAHASIA DIBALIK PERISTIWA PENYEMBELIHAN ISMAIL & PENYEMBELIHAN AL - TopicsExpress



          

RAHASIA DIBALIK PERISTIWA PENYEMBELIHAN ISMAIL & PENYEMBELIHAN AL HUSEIN DI KARBALA. Dari: Abu Zahra & Parmaji, disunting dan disusun kembali Oleh : Karavan Filsuf. Hari ini adalah hari Arafah, dan besok adalah Iedul Adha 1434 H, Hari Iedul Qurban, hari dimana umat Islam seluruh dunia akan mengingat keterkaitannya dengan kisah Nabi Ibrohim (AS) ketika diperintahkan oleh Allah Azza wa Jalla, menyembelih putranya,yaitu Ismail (AS), yang kemudian oleh Allah Azza wa Jalla digantikan dengan seekor domba. Namun tak banyak dari kita umat manusia..., yang mengetahui rahasia dibalik rahasia dari peristiwa itu, dan inilah sebuah tulisan yang telah saya temukan dari sebuah buletin yang tersia sia dan sudah kumal. Namun oleh sebab tulisan peristiwa dalam buletin ini memiliki benang merah antara peristiwa satu dengan peristiwa peristiwa lainya yang saling berkaitan dan menguatkan,maka saya menyunting dan menyusunya secara simultan sehingga lebih mirip sebagai Trilogi. Semoga para penulisnya, yang merupakan matarantai dari tulisan ini, diampuni dan dirahmatii oleh Allah Azza wa Jalla, Aamin Ya Rabb. (Karavan Filsuf). (1) ~ KISAH SEMBELIHAN YANG AGUNG ~ TANYA-JAWAB ALLAH DENGAN IBRAHIM. ( Hadis Qudsy ). Allah ‘Azza wa Jalla, “ Wahai Ibrahim, siapakah mahlukKU yang paling kamu cintai ? “Ibrahim, “ Wahai Tuhanku, tidaklah Engkau ciptakan satu mahlukpun yang paling kucintai selain kekasih-MU yang bernama Muhammad.” Allah ‘Azza wa Jalla, Apakah dia yang paling kamu cintai, ataukah diri kamu sendiri ? “ Ibrahim, “ Dia lebih aku cintai dari diriku sendiri.” Allah Azza wa Jalla, “ Apakah anaknya yang paling kamu cintai, ataukah anakmu ? “ Ibrahim, “ Bahkan anaknya. “ Allah Azza wa Jalla, Apakah penyembelihan anaknya (Husein) secara zalim oleh musuh musuhnya lebih menyakitakan hatimu, ataukah penyembelihan anakmu (Ismail) oleh tanganmu karena ketaatamu kepada-KU ?. “ Ibrahim, “Wahai Tuhanku,bahkan penyembelihan dia oleh tangan musuh musuhnya lebih menyakitkan hatiku. “ Allah Azza wa Jalla, berfirman, “ Wahai Ibrahim, akan ada sekelompok manusia yang mengaku ngaku Umat Muhammad akan membunuh Husein anaknya, sepeninggalnya secara zalim, dengan permusuhan sebagaimana domba disembelih, maka dengan perbuatannya itu, mereka akan mendapatkan murka-KU. “ Kemudian karena berita itu Ibrahim (as) bersedih dan sakit hatinya, lantas beliau menangis. Allah Azza wa Jalla, berfirman, “ Wahai Ibrahim, Aku tebus kesedihan hatimu atas putramu Ismail, seandainya kamu jadi menyembelihnya oleh tanganmu, dengan kesedihanmu atas Husein dan pembunuhan terhadapnya, dan Aku tetapkan untuk kamu derajat ahli pahala ahli musibah yang paling tinggi. “ Imam Ali Al-Ridha (as) berkata, “ Maka itulah makna Firman Allah Azza wa Jalla, Wa fadainahu bidzibhin ‘azhim ( Dan Kami tebus dia dengan sembelihan yang agung ) Wa lahaula wa la quwwata illa’ billahil ‘azhim. “ ( Ta’wil Al-Ayat Al Zhahirah hal. 486-487 dan ‘Uyun Akhbar Al-Ridha 1/209-210) HUBUNGAN YANG DEKAT ANTARA IBRAHIM (AS) DENGAN MUHAMMAD (SAW). Ada persamaan sejarah antara Ibrahim (as) dengan Muhammad (saw) beserta keluarganya, hingga keduanya diungkapkan dalam bacaan Shalawat. Mereka sama sama dijadikan Uswah Hasanah atau suri tauladan yang baik, dan sama sama diberi ujian berat. Dan Rasulullah (saw) adalah orang yang paling dekat dengan Ibrahim (as). (QS. 16/123) Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) : “ Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif .” Dan bukanlah ia termasuk orang orang yang mempersekutukan Allah. SHALAWAT Imam Ali bin Abu Thalib (as) membaca Shalawat berikut : Allahumma shalli ‘ala Muhammadin wa ‘ali Muhammad, afdhala ma shallaita wa barakta wa tarahhamta ‘ala Ibrahima wa ‘ali Ibrahim, inaka hamidun majid. Ya Allah, curahkanlah shalawat atas Muhammad dan keluarga Muhammad, berkati Muhammad dan keluarga Muhammad seutama Shalawat, berkah dan rahmat yang Engkau curahkan kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Agung. USWAH HASANAH. Dalam Al Qur’an ada dua Rasul yang disebutkan Allah sebagai Uswatun hasanah,yaitu Ibrahim (as) dan Muhammad (saw) Allah Azza wa Jalla berfirman ; Sungguh untukkamu ada uswatun hasanah pada diri Ibrahim dan orang orang yang bersamanya ketika mereka berkata kepadakaumnya, sesungguhnya kami berlepas diri dari kalian dan dari apa yang kalian ibadati selain Allah, kami menentang kalian, dan telah tampak diantara kita permusuhan dan kebencian untuk selama lamanya sehingga kalian beriman kepada Allah saja. (QS. Al -Mumtahanah ayat 4). FirmanNYA, Sungguh untuk kamu ada uswatun hasanah pada diri Rasulullah bagi orang orang yang mengharap Allah da hari akhir dan berdzikir kepada Allah dengan dzikir yang banyak. (QS. Al-Ahzab ayat 21). UJIAN IBRAHIM DAN MUHAMMAD. Didalam Al Qur’an. Allah Azza wa Jalla menyampaikan kisahnya : “Ketika dia telah baligh bersamanya, dia berkata, Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu, maka hendaknya kamu perhatikan, apa yang engkau lihat ? Dia menjawab, Wahai ayahku, laksanakanlah apa yang diperintahkan insya Allah engkau akan mendapatiku dari golongan yang sabar. Maka tatkala keduanya berserah diri dan dia diletakan pipinya (ketanah untuk menyembelihnya). Dan Kami memanggilnya,Wahai Ibrahim, Sungguh kamu telah membenarkan mimpi itu. Sungguh, demikianlah Kami balas orang orang yang berbuat kebaikan.Sesungguhnya hal itu adalah ujian yang nyata. Dan Kami tebus dia dengan sembelihan yang agung. Dan Kami tinggalkan itu pada kalangan ummat yang terakhir ( QS. Al Shafaat : 99 – 109 ).” Nabi Ibrahim (as) telah diuji keimanannya dan keikhlasannya dengan manusia manusia terbaik yang ditampilkan di akhir zaman, yaitu nabi Muhammad dan keluarganya yang suci. Allah Azza wa Jalla berfirman : “Dan ingatlah pada waktu Ibrahim diuji oleh Tuhannya dengan beberapa kalimat (nama), kemudian dia menyempurnakannya. Dia (Allah) berfirman, Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam untuk umat manusia. Dia (Ibrahim) berkata, Dan dari keturunanku (juga). Dia berfirman, JanjiKu tidak akan mencapai orang orang yang zalim. (QS. Al Baqarah : ayat 124).” Yang dimaksud dengan beberapa kalimat itu adalah, Ali, Fatimah, Hasan dan Husein. Dan Dia menyempurnakanya itu adalah dengan sembilan nama lagi dari keturunan Imam Husein (as),yaitu Ali, Muhammad, Ja’far, Musa, Ali, Muhammad, Ali, Hasan dan al Hujjah yang namanya sama dengan Rasulullah (saw). Dari Al Mufadhdhal bin Umar, dari Al Shadiq Ja’far bin Muhammad (as), dia berkata, Saya bertanya kepada beliau tentang firman Allah Azza wa Jalla, Dan ingatlah pada waktu Ibrahim diuji oleh Tuhannya dengan beberapa kalimat. Apa beberapa kalimat ini ?. Beliau berkata, “ Ia adalah kalimat yang diterima Adam dari Tuhannya , lalu Dia terima taubatnya, yaitu dia berdo”a,wahai Tuhanku aku memohon kepadaMU dengan hak Muhammad, Ali, Fatimah, Hasan dan Husein melainkan Engkau terma taubatku, kemudian Allah terima taubatnya, sesungguhnya Dia Penerima taubat lagi Maha penyayang. Saya bertanya kepadanya, wahai putra Rasulullah, apa makna Allah Azza wa Jalla dengan firmanNYA,Dia menyempurnakannya ? Beliau menjawab, “ Yaitu Dia menyempurnakannya sampai ke Al Qaim (as) dua belas imam, Sembilan dari keturunan Husein (as).” ( Ma’ana Al Akhbar, Hal. 126 ) Tentang ujian terhadap beliau, kisahnya telah disebutkan di langit dan di bumi dan telah disampaikan kepada kalangan orang-orang yang terdahulu, sebagaimana Al-Quran telah memberitakan kejadian-kejadian ummat terdahulu, maka kitab-kitab suci yang terdahulu pun telah menceritakan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi yang antara lain kisah yang akan menimpa putra Rasulullah SAW, yaitu Husain as yang di dalam Al-Quran beliau disebut sebagai salah satu putranya. (Surah Ali Imran : 61) Tentang penyembelihan Ismail as pada waktu Ibrahim as menarik pisaunya yang telah menempel pada leher putranya, dalam waktu yang sangat cepat tangannya menjadi tak bergerak dan kemudian Allah menggantinya dengan seekor domba. Ibrahim as telah lulus dari ujian yang berat itu, namun karena beliau tidak jadi menyembelih putra kesayangannya, beliau punya anggapan bahwa pahala musibah yang akan mengangkatnya ke tingkatan yang sangat tinggi telah luput darinya. Tetapi ternyata beliau diuji dengan ujian yang lebih berat lagi, berikut ini ceritanya ; Dari Al-Fadhl bin Syadzan dari Imam Ali al-Ridha as bahwa ketika Allah tabaraka wa ta’ala perintahkan Ibrahim as untuk memotong kibas (domba) yang Dia turunkan kepadanya sebagai pengganti Ismail, Ibrahim as berangan-angan terjadi memotong putranya Ismail dengan tangannya, dan bahwa dia tidak diperintahkan menyembelih kibas sebagai gantinya agar kesedihannya terpulang ke dalam hatinya, yakni ke dalam hati seorang ayah yang menyembelih anak kesayangannya dengan tangannya, dengan demikian dia berhak mendapatkan derajat yang paling tinggi pahala ahli musibah, kemudian Allah azza wa jalla mewahyukan kepadanya. Realitas dan bukti2 kebenaran dimasa kini : اَللّهُ اَكْبَرُ، اَللّهُ اَكْبَرُ، اَللّهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللّهُ اَللّهُ اَكْبَرُ، اَللّهُ اَكْبَرُ، وَلِلّهِ الْحَمْدِ, تَقَبَّلَ اللّهُ مِنَّا وَمنٌِكُمٌ صِيَامَنَا وَصِيَامَكُمٌ كُلُّ عَامٍ وَ أَنْتُمْ بِخَيْرٍ Allah berfirman di dalam surah Ash Shaafaat ayat 107 : Dan Kami tebus anak itu dengan sebuah sembelihan yang agung. Allah Yang Maha Tinggi pun berfirman dalam hadis Qudsi: Wahai Ibrahim! Kehormatan pengorbanan ini bukanlah milik anakmu. Namun, milik cucu sang Nabi terakhir yang kelak akan melakukan pengorbanan agung. Sayyidina Husain bin Ali bin Abi Thalib, cucu sang Nabi terakhir, Rasulullah Muhammad saw, di hari 10 Muharram (Asyura) melakukan pengorbanan agung di padang Karbala dengan melawan penguasa zalim demi tidak punahnya Islam.Disaat manusia manusia lain berduyun duyun berangkat untuk wukuf di Padang Arofah.., Imam Husein dan keluarganya berangkat menuju Padang Karbala untuk Syahid mengorbankan Nyawa Sucinya guna menebus Kemulyaan dan Kelestarian agama datuknya dengan Sembelihan Agung.., yang akan mengikat jiwa jiwa Mujahid Suci Islam dan memanggilnya untuk menentang segala kemungkaran & kezaliman hingga Yaumil Akhir !!! Beliau membawa anak, istri dan seluruh keluarganya beserta sahabatnya untuk mengorbankan segalanya di jalan Allah swt. Beliau pun syahid dengan disembelih perlahan-lahan oleh Syimr bin Dzil Jaushan. Syahidnya pun menggagalkan rencana musuh-musuh Islam untuk melenyapkan ajaran Islam dari muka bumi.Itulah HIkmah Sembelihan Agung ..!!! Pengorbanan Ismail (AS) yang sedianya akan disembelih terwujud oleh Husain AS). Pengorbanan jiwa dan raga untuk Allah swt semata. Itulah makna hari Idul Adha, hari Imam Husain as.. (2) PENGANGKATAN ALI SEBAGAI KHALIFAH PERTAMA. Setelah Rasulullah saw selesai menunaikan haji ang dikenal dengan haji wada’ (hijjatul wadda’), haji Islahm (hijjatul islam), haji penyampaian risalah (hijjatul balagh), haji kesempurnaan (hijjatul kamal) atau haji penyempurnaan (hijjatul Tammam). Kemudian beliau bersama rombongan yang banyak –dalam perjalaan pulang—sampai di suatu tempat bernama Ghadir Khumm, Jibril as turun kepada beliau membawa firman Allah azza wa jalla, “Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang telah diturunkan kepadamu oleh Tuhanmu, dan apabila kamu tidak menyampaikannya, berarti kamu tidak menyampaikan risalah-Nya, dan Allah menjagamu dari (kejahatan) manusia, sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang ingkar.” (Surah Al-Maidah 5/67 ) Ayat tersebut diturunkan pada hari kamis taggal 18 Dzulhijjah tahun 10 hijrah berkenaan dengan perintah pengangkatan Ali bin Abi Thalib secara terbuka sebagai khalifah atau pengganti beliau. Al-Wahidi penulis kitab Asbab Al-Nuzul berkata, Telah mengbarkan kepada kami Abu Sa’id Muhammad bin Ali Al-Shaffar, dia berkata, Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Hamdun bin Khalid, dia berkata, Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ibrahim Al-Khalwati, dia berkata, Telah menceritakan kepada kami Al-Hasan bin Hammad Sajdah, dia berkata, Telah menceritakan kepada kami Ali bin Abis dari A’masy dan Abu Hijab dari ‘Athiyah dari Abu Said Al-Khudri, dia berkata, ayat ini… diturunkan di Ghadir Khumm tentang Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu. (Asbab Al-Nuzul oleh Al-Wahidi hl. 135 cet. Dar Al-Fikr, Beirut) Muhammad Al-Razi mengatakan, Telah diturunka ayat tersebut mengenai keutamaan Ali bin Abi Thalib as, dan setelah ayat ini diturunkan beliau (Rasulullah) memegang tangannya (tangan Ali) seraya berkata, “Barang siapa yang menjadikan aku pemimpinnya, maka Ali adalah pemimpinnya. Ya Allah! Tolonglah orang yang menolongnya dan musuhilah orang yang memusuhinya.” Kemudian Umar ra menemuinya dan mengatakan (kepada Ali),”Selamat buat kamu wahai Putra Abu Thalib, kamu telah diangkat menjadi pemimpinku dan pemimpin setiap orag yang beriman laki-laki dan perempuan,” Dan yang demikian itu adalah perkataan Ibnu Abbas, Al-Barra dan Muhammad bin Ali. (Tafsir Al-Fakhr Al-Razi 12/53) Adapun teks hadist yang berhubungan dengan pengangkatan Imam Ali sebagai khalifah Nabi yang pertama antara lain: Dari sahabat Nabi yang bernama Zaid bin Arqam, dia berkata, Ketika Rasulullah pulang dari hijjatul Wadda’ dan beliau singgah di Ghadir Khumm, beliau perintahkan agar dipasangkan tenda-teda yang besar, kemudian beliau berkata, “Seakan-akan aku telah dipanggil dan aku akan memenuhi (panggilan itu), sesungguhnya aku tekah tinggalkan pada kalian dua pusaka yang amat berharga; yang pertama lebih agun dari ang lainnya yaitu Kitab Allah Yang Maha Tinggi dan (yang kedua) Itrahku Ahlulbaitku, maka perhatikanlah! Bagaimanakah kalian akan perlakukan keduanya sepeninggalku. Sesungguhnya keduanya itu tidak akan berpisah sehingga mereka dating kepadaku di telaga (Kautsar). Sesungguhnya Allah azza wa jalla adalah Maula-ku dan aku maula bagi setiap orang yang beriman.” Kemudian beliau memegan tangan Ali lalu beliau berkata, “Barang siapa yang menjadikanku pemimpinnya maka orang ini sebagai pemimpinnya. Ya Allah! Belalah orang yang membelanya dan musuhilah orang yang memusuhinya.” (Al-Mustadrak ala Al-Shahihain oleh Al-Hakim 3/109) Dari sahabat Rasulullah yang bernama Al-Barra bin Azib,dia berkata, Kami bersama Rasulullah saw dalam suatu safar, dan kami singgah di Ghadir Khumm, kemudian diserukan kepada kami untuk shalat berjamaah dan diibersihkan tempat buat Rasulullah saw di bawah kadua pohon, lalu beliau shalat zhuhur. Setelah itu beliau saw memegang lengan Ali seraya berkata, “Bukankah kalian telah mengetahui bahwa aku lebih berhak kepada orang-orang yang beriman dari diri-diri mereka sendiri?” Mereka menjawab, Tentu saja. Beliau berkata, “Bukankah kalian telah mengetahui bahwa aku lebih berhak (sebagai wali) bagi setiap orang beriman dari diri-diri mereka sendiri?” Mereka berkata, Tentu saja. Kemudian beliau memegang tangan Ali seraya berkata, “Barangsiapa yang menjadikan aku sebagai pemimpinnya, maka Ali adalah pemimpinnya. Ya Allah! Belalah orang yang membelanya dan musuhilah orang yang memusuhinya.” Kemudian setelah itu Umar menjumpainya dan dia berkata, “Selamat wahai Putra Abu Thalib! Kini kamu telah menjadi pemimpin bagi setiap orang yang beriman baik laki-laki maupun perempuan.” (Musnad Al-Imam Ahmad bin Hanbal 4/281) Dari sahabat Nabi yang bernama Abu Waqqas, dia berkata, Aku telah mendengar Rasulullah saw berkata pada hari Al-Juhfah, kemudian beliau memegang tangan Ali dan berkhotbah, dia memuji Allah dan menyanjung-Nya, kemudian beliau mengangkat tangan Ali seraya berkata, “ Inilah waliku, dia akan membayarkan hutangku dan aku akan membela orang yang memebla dia dan memusuhi orang yang memusuhi dia.” (Al-Nasai dalam Al-KHashaish Al-Alawiyyah hal. 25; Al-Bidayah wa Al-Nihaah 5/212; Al-Ghadir 1/38 dan 41) Sahabat Rasulullah saw yang lain bernama Sa’ad bin Abi Waqqash, dia berkata, Kami bersama Rasulullah saw, maka tatkala beliau sampai di Ghadir Khumm, beliau berhenti dan beliau kumpulkan orang-orang, beliau menyuruh kembali kepada orang-orang yang telah mendahuluinya dan menunggu orang-orang yang masih tertinggal di belakangna. Setelah orang-orang pada berkumpul, beliau berkata, “Wahai manusia! Siapakah pemimpin kamu?” Mereka menjawab tiga kali, Allah da Rasul-Nya. Kemudian beliau memegang tangan Ali dan mengangkatnya seraya berkata, “Barang siapa yang Allah dan Rasul-Nya sebagai pemimpinnya, maka orang ini adalah pemimpinnya. Ya Allah! Belalah orang yang membela dia dan musuhilah orang yang memusuhi dia.” (Al-Ghadir 1/38) Ada Khotbah Rasulullah saw yang diriwayatkan dari Hudzaifah bi Usaid Al-Ghifari sebagai berikut: “Wahai manusia! Sesungguhnya Tuhan Yang Maha Lembut lagi Maha Tahu telah mengabarkan kepadaku bahwa aku tidak diberi umur seorang nabi melainkan separuh dari usai nabi sebelumnya. Sesungguhnya aku mengira bahwa aku tidak akan lama lagi aku akan dipanggil, maka aku akan memenuhi-Nya. Aku akan diperiksa dan kalian juga akan diperiksa, maka apa. yang akan kalian katakan? Mereka serentak berkata, Kami beraksi bahwa engkau telah menyaampaikan dan menasehati dengan sungguh-sungguh, maka semoga saja Allah membalasnya dengan yang lebih baik. Beliau bertanya, “Bukankah kalian telah bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa aku adalah hamba dan rasul-Nya, dan bahwa surge-Nya itu benar, neraka-Nya itu benar, kematian itu benar dan hari kiamat itu akan dating tidak ada keraguan padanyaa dan bahwa Allah akan membangkitkan manusia yang ada dalam kubur?” Mereka menjawab, Ya, Kami bersaksi demikian. Beliau berkata, “Ya Allah! Saksikalah!” Kemudian beliau berkata, “Wahai manusia! Sesungguhnya Allah adalah maula-ku dan aku maula kaum yang beriman, dan aku lebih berhak sebagai pemimpin dari pada diri-diri mereka. Barangsiapa yang menjadikanku sebagai pemimpinnya, maka jadikanlah orang ini (yaitu Alli) sebagai pemimpinnya. Ya Allah! Tolonglah orang yang menolong dia dan musuhilah orang yang memusuhi dia.” Kemudian beliau berkata, “Wahai manusia! Sesungguhnya aku akan menunggu kedatangan kamu di telaga yang luasnya antara Bushra dan Shan’a, di sana terdapat cangkir dari perak sebanyak sejumlah bintang, dan aku akan bertanya kepada kalian tentang Al-Tsaqalain (Al-Quran dan Ahlulbaitku), maka perhatikanlah! Bagaimana kalian akan memperlakukan keduanya sepeninggalku: (1) Al-Tsaqal Al-Akbar, yaitu Kitab Allah azza wa jalla ibarat seutas tali yang satu ujungnya di tangan Allah dan yang satu lagi ditangan kalian. Berpeganglah kalian denganna, dan janganlah menyamarkanya dan mengubah maknanya. (2) Itrahku yakni Ahlulbaitku. Sesungguhnya Al-Lathif Al-Khabir telah mengkabarkan kepadaku bahwa keduanya tidak akan berpisah sehingga mereka datang kepadaku di telaga.” (Majma Al-Jawaiz 9/184). Itulah sebagia sahabat Rasulullah saw yang telah meriwayatkan hadist-hadst Al-Ghadir yang berkenaan dengan suksesi atau pengangkata Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifahnya yang perama. Al-Amini—rahimahulah—telah menyusun daftar para sahhabat Nabi yang meriwayatkan hadist tersebutt secara alphabetis dari huruf hamzah hingga hurif ya. Sahabat-sahabat Nabi yang telah meriwayatkan hadisdt-hadist tersebut seluruhnya ada 110 orang (Lihat Al-Ghadir 1/14-60) dan hadist Al-Ghadir adalah hadist yang diriwayatkan secara mutawatir (dari orang banyakk kepada orang banyak), namun saang kebenaran ini telah lama digelapkan oleh orang-orang yang tidak suka. Setelah selesai pelantikan Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah yang pertama. Kemudian turunlah ayat berikut: “Tahun 10 hijrah telah Ku-sempurnakan ajaran untuk kamu dan telah Ku-cukupkan nikmat-Ku atas kamu dan Aku telah rela Islam sebagai pedoman hidupmu.” (Surah Al-Maidah 5/3) Dari Abu Sa’id Al-Khudri dia berkata, Tatkala Rasulullah saw member jabatan kepada Ali pada hari Ghadir Khumm, maka beliau menyerukan wilayah untuknya, kemudian Jibril as turun kepadanya dengan membawa ayat berikut : “Pada hari ini telah Ku-sempurnakan ajaran kamu untukmu.” (Tafsir Al-Durr Al-Mantsur) Dari Abu Hurairah dia berkata, Tatkala hari Ghadir Khumm, kamis 18 Dzulhijjah, Nabi saw berkata, “Barang siapa yang menjadikan aku sebagai pemimpinnya, maka Ali adalah pemimpinnya.” Kemudian Allah menurunkan ayat : “Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untukmu ajaranmu.” (Tafsir Al-Durr Al-Mantsur 3/19) Dari Abu Hurairah dia berkata, barangsiapa yang menunaikan puasa pada tanggal 18 Dzulhijjah, maka akan dituliskan baginya pahala puasa 60 tahun, hari itu adalah hari Ghadir Khumm, yaitu ketika Nabi sa1 memegang tangan Ali bin Abi Thalib as seraya beliau berkata, “Bukankah aku sebagai pemimpin kaum mu’minin?” Mereka menjawab, Tentu saja. Beliau berkata, “Barangsiapa yang menjadikan aku pemimpinnya maka Ali adalah pemimpinnya.” Setelah itu Ummar bin Al-Khaththab berkata pada Ali bin Abi Thalib, Selamat untukmu wahai Putra Abu Thalib, sekarang kamu telah menjadi pemimpinku dan pemimpin setiap muslim.” (Tarikh Baghdad 8/290). Itulah dua ayat Al-Quran dan beberapa perkataan Rasulullah saw yang berkenaan dengan pengangkatan Imam Ali sebagai khalifah Nabi yang pertama. Tetapi banyak orang yang tidak suka dengan ini, karena kebenciannya pada Ali bin Abi Thalib dan lagi pula kalau perkara ini diangkat akan menyudutkan ketiga Khalifah sebelumnya. Di antara orang yang tisak suka kepada Ali dan tidak mau meerimanya sebagai khalifah yang pertama adalah Al-Harist bin Nu’man Al-Fihri. Sufyan bin Uyanah berkata, Ayahku telah menceritakan kepadaku dari Ja’far bin Muhammad dari ayah-ayahnya—semoga Allah rela kepada mereka—bahwa Rasulullah saw ketika sampai di Ghadir Khumm, beliau memanggil manusia, lantas mereka berkumpul, kemudian beliau memegang tangan Ali as dan berkata, “Siapa yang aku adlah pemimpinnya, maka Ali sebagai pemimpinnya.” Hadist ini tersebar ke berbagai pelosok negeri sehingga sampailah kepada Al-Harist bin Al-Nu’man Al-Fihri. Kemudian dia mendatangi Rasulullah saw dengan mengendarai unta betinanya, setibanya di tempat Nabi saw, dia derumkan untanya, lalu dia turun, kemudian dia bertanya , Wahai Muhammad! Engkau telah perintahkan kami dari Allah azza wa jalla agar kami bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa engkau utusan Allah. Ketentuan ini telah kami terima. Engkau telah perintahkan kami agar kami shalat setiap hari lima kali, ini telah kami terima. Engkau perintahkan kami agar kami mengeluarkan zakat, inni telah kami terima. Engkau perintahkan kamu untuk puasa pada bulan Ramadhan, ini telah kami terima. Dan engkau telah perintahkan kami untuk menunaikan ibadah haji, dan ini telah kami laksanakan, naming engkau tidak merasa puas dengann semuanya itu sehingga engkau angkat kedua tangan anak pamanmu dan engkau utamakan dia di atas kami semua sehingga engkau katakana, “Barang siapa ang aku adalah pemimpinnya, maka Ali adalah pemimpinnya.” Apakah ini aturan dari kamu atau dari Allah azza wa jalla? Kemudian Nabi saw berkata, “Demi yang tidak ada Tuhan selain Dia, sesungguhnya ketentuan ini dari Allah azza wa jalla.” Kemudian Al-Harist bin Al-Nu’man Al-Fihri berpaling (dari beliau) dan dia menuju untanya yang ditambatkan seraya mengucapkan sumpah serapah, “Ya Allah! Jika yang dikatakan Muhammad itu benar, turunkanlah atas kami batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami siksa yang pedih.” Sebelum dia sampai ke tempat untanya yang ditambatkan, Allah azza wa jalla melemparkan sebuah batu ke atas kepalanya hingga batu itu keluar dari duburnya, kemudian dia terkapar mati. Sehubungan dengan kasus ini, Allah azza wa jalla menurunkan ayat (yang artinya) : “Ada seorang yang minta diturunkan siksa dengan segera, tidak ada seorangpun yang dapat menolaknya untuk orang-orang yang ingkar, (siksa) dari Allah yang mempunyai tangga-tangga.” (Surah Al-Ma’arij 1-3) Kisah ini bisa dibaca dalam kitab urul Absar hal. 87 cet. Dar Al-Fikr oleh Al-Syablaji dan Faidh Al-Qadir 6/217 oleh Al-Munawi. RINGKASANNYA Hadist Ghadir Khumm : Man kuntu maulahu fa ‘Alliyyun maulahu adalah dalil terang dan tegas atas kepemimpinan Ali bin Abi Thalib as. Dan apabila kita ingin ber-maula-kan Rasulullah saw, maka kita harus terima Ali sebagai maula kita setelahnya. Kata-kata man dalam hadist tersebut adalah syarat, maka syarat ber-maula-kan Rasulullah saw adalah menerima Ali bin Abi Thalib as sebagai maula kita segera setelah Nabi saw. (3) IMAMAH YANG DIYAKINI NABI ADAM (AS). Ingatlah ketika Tuhanmu (Muhammad saw) berkata kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” (Qs al-Baqarah 30) Ayat tersebut diawali dengan kata ‘rabbuka’ (Tuhanmu) bukan ‘rabbukum’ (Tuhan kalian). Tentunya yang dimaksud dengan ‘kamu’ di sini adalah Nabi Muhammad saw. Sedangkan yang dimaksud dengan ‘kalian’ adalah manusia pada umumnya atau khsusunya kaum muslimin. Secara tersirat hal ini menunjukan bawa tidak sembarang orang dapat meemahami ayat tersebut. Hanya orang-orang yang lurus aqidahnya yang dapat memahaminya. Dalam ayat tersebut Allah bertindak sebagai khatib (pembicara), sedangkan para malaikat berperan sebagai mukhatab (orang yang diajak bicara). Kata ‘ardhi (bumi)’ diawali dengan huruf lam. Ini menunjukan bahwa baik Sang Khatib maupun sang mukhatab mengerti betul objek pembicaraan, yaitu bumi dengan segala isinya. Dalam ayat berikutnya disebutkan, “Dan IA mengajarkan kepada Adam nama-nama seluruhnya.” Banyak mufasir yang berpendapat bahwa yang dimaksud ‘nama-nama’ disitu adalah nama nama tumbuh-tumbuhan, binatang binatang dan lain-lainnya yang ada di bumi. Kalau penafsiran semacam itu benar, tentu para malaikat mampu menyebutkannya. Sebagai mukhatab mereka sudah paham betul seluk-beluk bumi. Namun ayat 32 mereka (para malaikat) tidak mampu menyebutkannya. “Mereka menjawab, ‘Maha Suci Engkau’. Tidak ada yang kami ketahui selain dari siapa yang telah Engkau ajarkan lepada kami.” Hal ini menunjukan bahwa penafsiran kebanyakan para mufasirr jauh dari kebenaran. Dalam ayat 33 berbunyi “Qala adam anbi’hum bi asma ‘ihim.” Para mufasir mengartikan, “Hai Adam, beritahukan kepada mereka (para malaikat) nama-nama benda itu.”2 Disini para mufasir melakukan dua kesalahan. Pertama, mereka menyamakan kata ‘him’ yang merupakan kata ganti orang ketiga yang sudah dikenal (ma’rifah) dengan ‘ha’ yang merupaka kata ganti untuk mahluk yang tidak bernyawa (benda). Kalau penafsiran tersebut benar, maka ayat ini akan berbunyi, “Qala ya adam abi’hum bi asma ‘iha.” Kedua, mereka (para mufasir) terjebak dalam suatu pemahaman bahwa nabi Adam as melakukan perbuatan sia-sia. Nabi Adam as memberitahukan kepada mereka (para malaikat) nama-nama benda di bumi. Padahal sebagai mukhatab, para malaikat sebelumnya sudah mengetahuinya. Tidak mungkin seorang nabi melakukan perbuatan yang sia-sia. Kalau kita cermati maka ayat tersebut berbunyi, “Qala ya adam anbi’hum bi asma ‘ihim” yang artinya, “Hai Adam, beritahukan kepada mereka (para malaikat) nama-nama mereka (para mukhlasinn).”3 Jadi Nabi Adam as menjadi mulia (karim) setelah beliau mengakui wilayah Nabi Muhammad saw dan Ahlulbaytnya as yang disucikan. Hal itu ditandai dengan perintah Allah kepada para malaikat untuk bersujud kepadanya. Dalam ayat 34 yang artinya; “Dan ingatlah ketika Kami katakan kepada para malaikat, sujudlah kalian kepada Adam. Maka bersujudlah mereka kecuali Iblis. Ia takabur dan ia tergolong kaum kafirin.” Sebetulnya kedengkian ibblis bukanlah ditujukan kepada Nabi Adam as. Namun sesungguhnya kedengkian itu ditujukan kepada Nabi Muhammad saw dan Ahlulbaytnya yang suci. Adapun kesombongan Iblis kepada beliau as hanyalah sebagai konsekuensi logis dari pengakuan Nabi Adam as atas imamah Nabi Muhammad saw, Ali, Hasan, Husain, dan Sembilan anak-cucu Husain yang maksum. Kemudian Nabi Adam as dan istrinya digelincirkan oleh setan. Mereka berdua melanggar larangan Allah. Berbeda dengan Iblis yang hanya minta kepada Allah agar diberi tangguh, Nabi Adam as bertobat setelah melakukan kesalahan. Dalam Ayat 37 disebutkan, “Kemudian Adam menerima beberapa kalimat2 dari Tuhannya. Maka Allah menerima tobatnya.” Inilah doa tawasul nabi Adam as yang sering diibaca oleh orang-orang mukmin. Mereka berkata, “Kami memohon dengan nama kelima manusia suci, agar kami dilingkupi kebaikan. Mereka adalah Al-Mustafa (Nabi Muhammad saw) dan Murtadha (Ali bin Abi Thalib as), kedua anak mereka (Hasan dan Husain) dan Fatimah.” Tobat didahului dengan pengakuan atas wilayah ahlulbait as. Hal itulah yang menjadi keengganan Iblis yang lebih menyukai penanggungan adzab daripada bertobat. Dalam QS Al-A’raf 12 Iblis berkata, “Beri tangguhlah saya hingga hari kebangkitan.” Kemudian ia berkata dalam QS Al-Hijr 39 dan 40 yang artinya; “Ya Tuhanku. Karena Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, aku akan menjadikan mereka (anak-anak Adam) memandang baik (Kedzaliman) di bumi dan aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlisin.” Pada ayat berikutnya Allah berfirman, “Mereka itulah shiratal mustaqim kepada-Ku.” Kalau kata ‘ikhlas’ berarti ‘bersih’, maka kata ‘mukhlas’ berarti ‘dibersihkan’. Jadi yang dimaksud mukhlisin dalam ayat 40 adalah mereka yang dibersihkan hatinya oleh Allah swa. Mereka itulah Ahlulbayt Nabi Muhammad saw sebagaimana yang dimaksud dalam QS Al-Ahzab 33 yang artinya, “Sesungguhnya Allah berkehendak untuk mencegah segala kenistaan dari kalian wahai Alhlubayt dan mensucikan kalian sesuci-sucinnya.” Seccara jujur Iblis mengakui bahwa ia mampu menyesatkan segenap manusia, kecuali Ahlulbayt Nabi Muhammad saw. Imamah ini juga menjadi aqidah bagi para anbiya as berikutnya. Pada nabi setelah Adam as, yaitu Nuh, Ibrahim. Musa dan Isa as serta nabi-abi yang lain juga mengakui wilayah ini. Dalam QS al-Hijr 10 disebutkan, “Dan sesungguhnya Kami mengutus para rasul sebelum kamu (Nabi Muhammad saw) kepada kaum syi’ah terdahulu.” Adalah pendapat yang salah jika aqdah syi’ah adalah produk sejarah yang muncul setelah wafatnya Nabi Muhammad saw. Catatan kaki: 1. Tafsir al-Quran oleh Departemen Agama RI halaman 13, Yayasan Penyelenggara penerjemah/Pentafsr al-Qur’an, Jakarta 1 Maret 1971. 2. Ibid halaman 14 3. Majma al-Bayan, jilid 1 halaman 89, Shaeda dan Tafsir Burhan, Jilid 1 halaman 86-88. Hadist omor 2,5,11,12,14,27. “Adam melihat nama-nama yang agung dan mulia tertulis di Arsy. Ia menanyakannya. Lalu dikatakan kepadanya bahwa itu adalah nama-nama mahluk Allah yang paling agung martabatnya di sisi Allah yaitu Muhammad, Ali, Fatimah, Hasan da Husain. 4. Thabrani dalam Mu’jam ash-Shaghir, Hakim Naisaburi dalam Mustadrak ash-Shikhah, abu Nu’aim dan baihaqi dalam Dalail An-Nubuwah, Ibn Asakir Sami dalam Tarikh-nya dan Suyuthi dalam ad-Dur al-Mantsur serta dalam Ruhul Ma’ani dari Umar bin Khaththab menukil bahwa Nabi saw yang mulis bersabda, “Ketika Adam melakukan dosa, ia menengadahkan kepalanya ke langit dan berkata, ‘Aku memohon kepada-Mu dengan hak Muhammad agar Engkau mengampuniku.’ Allah mewahyuka kepadanya, “Siapakah Muhammad?” Adam menjawab, “Ketika Engkau menciptkanku, aku mengangkat kepala kea rah Ars-Mu dan aku melihat di sana tertulis, ‘Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.’ Dan aku berkata kepada diriku bahwa tidak ada yang lebih agung daripada orang yang namanya Engkau tuliskan di samping nama-Mu. Hari Arafah, 9 Dzulhijjah 1432 H. Persembahan untuk sahabat sahabat Fb. Idem 5 November 2011 Suka · Komentari · Sunting Privasi · Sunting · Hapus ----------------------------------------Karavan Filsuf ∙اَللّهُ اَكْبَرُ، اَللّهُ اَكْبَرُ، اَللّهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللّهُ اَللّهُ اَكْبَرُ، اَللّهُ اَكْبَرُ، وَلِلّهِ الْحَمْدِ, تَقَبَّلَ اللّهُ مِنَّا وَمنٌِكُمٌ صِيَامَنَا وَصِيَامَكُمٌ كُلُّ عَامٍ وَ أَنْتُمْ بِخَيْرٍ Allah berfirman di dalam surah Ash Shaafaat ayat 107 : Dan Kami tebus anak itu dengan sebuah sembelihan yang agung. Allah Yang Maha Tinggi pun berfirman dalam hadis Qudsi: Wahai Ibrahim! Kehormatan pengorbanan ini bukanlah milik anakmu. Namun, milik cucu sang Nabi terakhir yang kelak akan melakukan pengorbanan agung. Sayyidina Husain bin Ali bin Abi Thalib, cucu sang Nabi terakhir, Rasulullah Muhammad saw, di hari 10 Muharram (Asyura) melakukan pengorbanan agung di padang Karbala dengan melawan penguasa zalim demi tidak punahnya Islam. Beliau membawa anak, istri dan seluruh keluarganya beserta sahabatnya untuk mengorbankan segalanya di jalan Allah swt. Beliau pun syahid dengan disembelih perlahan-lahan oleh Syimr bin Dzil Jaushan. Syahidnya pun menggagalkan rencana musuh-musuh Islam untuk melenyapkan ajaran Islam dari muka bumi. Pengorbanan Ismail yang sedianya akan disembelih terwujud oleh Husain. Pengorbanan jiwa dan raga untuk Allah swt semata. Itulah makna hari Idul Adha, hari Imam Husain as.. Tulis balasan... Suka · 2 · Sunting · 6 November 2011 Karavan Filsuf Ketika semua orang berangkat ke padang arafah untuk wukuf.. Imam Husein berangkat menuju padang Karbala untuk Syahid... Suka · 3 · Sunting · 7 November 2011 Karavan Filsuf Dalam syair Kalimu Husein Di antara terjemahan lirik sbb : Aduhai, Rahasia Ilahi Mengalir di Karbala Darah atau cahaya Arasy yang mengalir? Aku tidak tahu Siapa yang dicabik2 pasukan berkuda, Muhammad atau Husein ? Aku tidak tahu Siapa yang dimangsa keganasan tombak, Muhammad atau Husein ? Aku tidak tahu Siapa yang merintih di Karbala, Muhammad atau Husein ? aku tidak tahu Seakan kulihat cahaya di Nainawa jatuh terbantai dari Arasy Nampak di hadapanku dikau disembelih, engkau Muhammad atau Husein? Begitulah perkataan Musa kepada Tuhannya di Thur Sinai Suka · Sunting · 2 Maret 2012 Karavan Filsuf YEREMIA 46 :10 : ... Sebab Tuhan ALLAH semesta alam mengadakan korban penyembelihan di tanah utara, dekat sungai Efrat.
Posted on: Tue, 15 Oct 2013 00:23:59 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015