Raisha menghentikan langkahnya dan membalikkan badan, dilihatnya - TopicsExpress



          

Raisha menghentikan langkahnya dan membalikkan badan, dilihatnya tubuh Zayn agak limbung. “Hei, jangan buru-buru! Aku tungguin nih”, serunya sambil tertawa geli. Zayn menggelengkan kepalanya, tersenyum pada Raisha setelah berjarak sekitar satu meter dari gadis itu. “Boleh aku mengantarmu pulang?”, dua mata Zayn memandang Raisha dengan penuh harap. Senyum Raisha menghilang mendengar kalimat Zayn. “Tidak usah. Aku baik-baik saja kok, nanti kamu dimarahi ibumu kalau terlambat sampai di rumah”, Raisha kembali melangkahkan kakinya menuruni tangga teras supermarket, sementara Zayn menjajari di sebelah kanannya. “Ayolah, sekali ini saja. Kebetulan kan aku ketemu kamu, lagian ini sudah jam setengah sembilan malam. Too much risk for a girl like you being alone”, Zayn memelankan suaranya. “It’s okay, aku bisa pulang sendirian. Terimakasih atas tawaranmu”, Raisha berhenti dan menghadapkan badannya kepada Zayn, membuat Zayn juga menghentikan langkahnya. “Aku benar-benar tidak bisa kali ini, mungkin lain kali kau baru boleh mengantarku kemana saja aku mau”, gadis itu tersenyum sambil menganggukkan kepalanya, “Aku pergi dulu, selamat malam”. Bergegas Raisha menuju jalan khusus keluar dari kawasan Townsquare Mall yang ramai oleh para pejalan kaki, tampaknya mereka juga ingin segera pulang ke rumah masing-masing setelah menghabiskan Sabtu sore di pusat kota. Sementara Zayn hanya berdiri saja, memandangi punggung Raisha yang sesaat kemudian menghilang di antara sesak orang beriringan keluar dari pusat kota. Wajah pemuda itu tertunduk lalu perlahan melangkah ke tangga yang berujung di parkir bawah tanah, kakinya seperti menyangga beban yang lebih berat dari dua kantung plastik itu terhuyung dan tertatih. Zayn tidak pernah menyangka usahanya akan gagal kali ini, gadis yang diburunya amat berbeda dengan gadis-gadis lain yang mungkin akan dengan senang hati menawarkan diri ditemani atau menemaninya. Hampir setengah sepuluh malam waktu Raisha mendengar dering telepon di ruang tengah, dengan sigap gadis itu membereskan peralatan makan yang baru digunakannya lalu menghampiri pesawat telepon dan menyambar gagangnya. “Vika? Ma’af aku baru saja datang”, Raisha menghela nafas sejenak mencoba mengusir lelah. Dipijit-pijitnya tumit kedua kakinya bergantian dengan tangan kiri, dia duduk mencangkung di atas sofa abu-abu di samping meja telepon, “Bagaimana pertemuanmu dengan gebetanmu, siapa namanya?”, lanjutnya, “Oh ya, Ferdi?”. “Tidak banyak yang terjadi, Raisha. Aku dan dia hanya sempat keluar sebentar diminta nenek membelikan obat untuk sakit kepala beliau. Tapi aku senang bisa sedikit akrab dengannya. Seperti biasa, orangnya menyenangkan”, suara Vika terdengar riang di seberang sana. “Bagus dong kalau begitu. Setidaknya sampai sekarang dia masih prince charming buatmu”, Raisha tersenyum. “Oke deh, aku bobo’ dulu ya, ngantuk banget nih. Selamat menikmati makan malam”, Vika menutup hubungan telepon sesudah Raisha menjawab salamnya. Raisha perlahan meluruskan kakinya dan tiduran di atas sofa panjang itu, merasa ragu antara ingin menceritakan pertemuannya dengan Zayn pada Vika atau membiarkan saja menjadi memori pribadinya. Tapi sudah terlambat, tidak mungkin baginya menelepon balik Vika hanya untuk menceritakan sesuatu yang konyol seperti itu, hal yang belum pernah dilakukannya sebelumnya. Bayangan wajah Male dan Zayn bergantian memenuhi kelopak matanya, lalu dengan cepat berubah menjadi wajah-wajah paman dan bibinya kemudian wajah para korbannya terpampang jelas. Gadis itu tergeragap bangun, rasanya dalam tidur singkatnya ada banyak sosok berbaju merah dengan wajah tertutup cadar mengepungnya. Mereka hendak menyerangnya dan ingin merebut trisula pendeknya lalu dia bertarung dengan mereka dan berhasil mengalahkan semuanya, hanya saja di akhir mimpi dirinya seperti berlari kencang menembus kegelapan dan melihat seberkas cahaya terang di ujung lorong, tapi dia terjatuh. Raisha mengelap peluh di dahinya dan menggelengkan kepalanya pelan, matanya menatap nanar ke arah jendela di ruang tengah. Sadar lampu-lampu ruang depan, tengah dan belakang belum dimatikannya, gadis itu segera beranjak untuk mematikan lampu-lampu itu lalu sedikit berlari ke kamar tidurnya. Setelah setengah jam mencoba menghapus kengeriannya dan memejamkan mata, Raisha akhirnya tidur dengan selimut hitam tebal. *** Kantor Laboratorium Forensik. “Aku tidak mengerti, senjata itu tidak pernah ditemukan selama dua ratus tahun. Menurut kawanku di bagian sejarah kriminal, trisula ini memang senjata khas Indonesia dan negara Asia kecil. Mungkin diilhami dari senjata Poseidon, tombak panjang bermata tiga, ampuh memerintah hewan-hewan laut dan, sangat mematikan. Seperti tongkat petir Zeus yang menakutkan”, Sersan Duki mengernyitkan dahinya, mengamati desain senjata tajam bermata tiga yang muncul di layar komputer selebar dua puluh satu inci. “Bisa jadi itu hanya imitasinya saja kan?”, Andyo memandangi gambar trisula di depannya. Dia yang berhasil mengidentifikasi benda maut itu dari informasi bagian kriminal selama sebulan ini, tapi dia tidak menyangka temuannya kali ini akan menghasilkan ‘keajaiban dunia’, ketakjuban dan kengerian pada benda istimewa itu. “Asal kau tahu saja, benda ini tidak pernah dipublikasikan atau diimitasi sebelumnya. Informasi tentang senjata ini baru resmi muncul dua tahun lalu setelah musium nasional Thailand kecurian”, Rijal membuka satu kaleng minuman ringan dan meneguknya, lalu ikut duduk di depan komputer layar datar. “Jadi, bagaimana itu bisa sampai ke sini? Apa ada turis Thailand yang menyelundupkannya?”, Indah menyusul tiga orang yang duduk mengamati trisula di layar komputer. “Hei, sedang apa kalian?”, Dokter Sumi yang baru datang dari membeli makanan untuk mereka berlima meletakkan bungkusan plastik hitam besar di atas meja metal, kemudian mendekati kumpulan ‘penonton’ yang terpesona dengan gambar di komputer. “Oh, kami seperti menemukan keajaiban dunia ke delapan”, Andyo nyengir kuda sambil menolehkan kepalanya, menyadari Dokter Sumi berdiri di belakang mereka. “Tujuh sudah ada dengan keindahannya, tapi yang satu ini dengan kemampuan membunuhnya”, tambahnya sambil beringsut dari kursinya.
Posted on: Sat, 10 Aug 2013 02:22:48 +0000

Recently Viewed Topics




© 2015