Relis Pers Ketiga Pentas “Perempuan Di Pinggir Danau” AKAN - TopicsExpress



          

Relis Pers Ketiga Pentas “Perempuan Di Pinggir Danau” AKAN DIMAINKAN DENGAN TIGA BAHASA PLOt Siantar kembali akan melaksanakan pertunjukan keliling setelah diawali pada tahun 2007 lalu. Awal pertunjukan keliling yang dilaksanakan PLOt adalah garapan “Srikandi Boru Lopian”, “Opera Danau Toba” dan menyusul dengan “Sijonaha Penipu Ulung” serta “Mencari Sijonaha” dengan pementasannya di Samosir, Salak (Pakpak Bharat), Balige, Medan, Batam, Siantar, Lampung, dan Jakarta. Untuk tahun 2013 ini PLOt akan mengadakan pertunjukan keliling di 3 kota di Sumatera Utara, 4 kota di Pulau Jawa, dan ke kota Koeln, Jerman. “Perempuan Di Pinggir Danau” adalah judul garapan PLOt yang akan dilaksanakan pada tahun 2013 ini dengan agenda kelilingnya ke 3 kota di Sumatera Utara, 4 kota di Pulau Jawa, dan ke kota Koeln, Jerman. Garapan ini muncul dari naskah dan sutradara Lena Simanjuntak, seorang teaterawan dan aktivis perempuan yang sudah 30 tahun tinggal di Jerman. Naskah “Perempuan Di Pinggir Danau” sudah diterjemahkan ke dalam tiga bahasa, yakni: Inggris (Mikhael Bodden), Jerman (Sabine Mueller), dan Batak Toba (Thompson Hs). Ketiga hasil terjemahan ini akan diterbitkan dalam bentuk buku dengan dilengkapi dengan aksara varian Toba yang dikerjakan oleh Thompson Hs dan Manguji Nababan (Batakolog). Upaya penerjemahan “Perempuan Di Pinggir Danau” ke dalam tiga bahasa bertujuan untuk memecahkan problem bahasa yang dirasa dapat selalu mengganjal dalam garapan-garapan Opera Batak yang semakin luas jangkauan penontonnya. Dulu pada masa kejayaan Opera Batak --jauh sebelum direvitalisasi kembali-- cenderung menggunakan bahasa Batak Toba karena para pelaku Opera Batak terdahulu kebanyakan dari wilayah Samosir dan Toba Holbung. Tahun 2002 Opera Batak kembali direvitalisasi dan terbuka dengan tantangan baru ke depan dalam persoalan bahasa dengan terlibatnya generasi muda yang tidak lagi terikat dengan penguasaan bahasa yang digunakan pada garapan Opera Batak terdahulu. Problem bahasa ini sesungguhnya mulai terasa ketika pertunjukan keliling awal melalui garapan “Srikandi Boru Lopian”. Dalam garapan tersebut penggunaan tiga bahasa (Indonesia, Toba, Pakpak) dicoba digunakan karena tuntutan tema yang terkait dengan perang gerilya pada masa perjuangan Sisingamangaraja XII yang mengungsi ke wilayah Pakpak. Jadi sesungguhnya juga, tidak ada alasan PLOt menggunakan bahasa tertentu dalam setiap garapannya karena ingin pentas ke wilayah bahasa yang dimaksud. Demikian dengan garapan “Sijonaha Penipu Ulung” yang menggunakan bahasa Karo, Simalungun, Toba, dan Indonesia. Alasan penggunaan keempat bahasa itu terkait dengan sumber referensi cerita tokoh Sijonaha yang jejaknya dapat ditemukan di berbagai wilayah. Sesungguhnya juga tokoh Sijonaha hampir sama dengan cerita Pak Belalang di dunia Melayu dan Owlgless dari Inggris. Ketidakpuasan dalam garapan “Sijonaha Penipu Ulung” kemudian dilanjutkan dengan “Mencari Sijonaha” dengan menambahkan penggunaan Bahasa Pakpak dan kemudian mengabaikan semua bahasa daerah ketika pementaan di Lampung dan Jakarta 2011. Kompromi bahasa kelihatannya menjadi salah satu dalam setiap konfirmasi garapan PLOt. Demikian dengan “Perempuan Di Pinggir Danau” yang ditetapkan pementasannya akan menggunakan 3 bahasa, yakni: Toba, Indonesia, dan Jerman. Pertunjukan awal di Gedung Utama Taman Budaya Sumatera Utara akan berlangsung dengan variasi bahasa Batak Toba dan Indonesia. Sementara untuk pertunjukan selama di Pulau Jawa diputuskan akan menggunakan bahasa Indonesia. Terakhir di Jerman menggunakan Indonesia dan bahasa Jerman. Anda dapat juga nanti membaca buku “Perempuan Di Pinggir Danau” dalam empat bahasa dan transliterasi aksara bervarian Toba dengan syarat memesannya lebih awal pada setiap pertunjukan. Sementara kontak untuk pertunjukan dapat melalui nomor 085372342218. (Relis Pers)
Posted on: Sun, 25 Aug 2013 18:46:20 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015