Runner-Up, Cukupkah Arema ????????????? Indonesia, tempat dimana - TopicsExpress



          

Runner-Up, Cukupkah Arema ????????????? Indonesia, tempat dimana setiap kegagalan penuh dengan permakluman, tempat dimana setiap ketidak berhasilan dianggap sebagai rencana Tuhan, yang penting berusaha, dan mensyukuri apa yang sudah di dapat, bersyukur, percaya atau tidak itulah yang membuat rakyat Indonesia mampu bertahan dari segala terpaan kerasnya hidup. Bisa tetap tersenyum ramah meskipun tidak tau besok akan makan apa, bahkan kadang cukup berani dengan sangat pasrah menyatakan "Keadaan Bos" untuk semua kesusahan hidup yang dijalani. Namun, budaya bersyukur ini juga memiliki efek buruk kalau dalam pandangan saya, kita selalu berbangga diri dengan cukup hampir menjadi juara, tetap senang meskipun kalah dengan catatan sudah bermain bagus, meskipun kadang apa yang kita miliki seharusnya membuat kita berada di garis depan, membuat kita menjadi pemenang, menjadi JUARA !!. Lihatlah sebentar kepada tim kebanggaan kita, Arema Indonesia (ooh maafkan atau sudah jadi Arema Cronus sekarang?), ah entahlah saya sebut saja Arema tanpa embel-embel Indonesia ataupun Cronus apalagi dengan embel-embel ISL atau IPL. Arema yang bermain di kompetisi ISL ini merupakan Tim Bertabur Bintang, mulai dari penjaga gawang sampai penggedor gawang lawan adalah jaminan mutu Tim Nasional Indonesia. Dari segi kualitas pemain, kita punya segala syarat untuk menjadi juara ISL 2012/2013, masih ada pemain-pemain dari sisa-sisa kedahsyatan Arema Indonesia saat menjuarai ISL di bawah asuhan meneer Belanda - yang namanya haram bagi saya, karena hanya akan membuat saya menoleh ke belakang pada sosok yang sangat kita hormati bersama ini dan tentu saja akan membandingkan semua pelatih Arema dengan meneer ini dan itu tidak adil menurut saya -, ada Kurnia Meiga yang dengan segala puja-puji saya kepadanya, saya memberikan julukan Meiga Mind kepadanya, Purwaka Yudhi, Beny Wahyudi, Dendy Santoso, Sunarto. Belum lagi sosok loyalis sejati yang bahkan sang Meneer Belanda itu -pun tak mau menyingkirkannya, Joko Susilo. Lalu ada nama Kayamba Gumbs, Victor Igbonefo, Thiery Gattuesi, Christian Gonzales, Beto Goncalves, dan tentu saja sang head coach Rahmad Darmawan, nama-nama itu adalah nama-nama yang memiliki pengalaman menjadi Juara di masa lalu, dan tentu saja, nama-nama itu harusnya memiliki mental yang bagus dalam setiap pertandingan, bermental Juara. Bermental Juara, saya jadi ingat perkataan Meneer Belanda itu ketika diwawancara oleh gadis cantik bernama Ida Ayu Dewi di Match Terakhir melawan Persija Jakarta yang kita menangkan dengan skor 1-5, sang meneer Belanda-itu berkata "as the Champion we must play as Champion" yang artinya kurang lebih "sebagai Juara, maka kita harus bermain selayaknya Juara". Dan untuk kasus Arema pada musim kompetisi ini, entah bagian mana yang salah, yang jelas kita tidak benar-benar bermain seperti juara, kita selalu terburu-buru ketika tertinggal dari lawan, padahal salah satu bentuk adanya mental juara adalah bermain dengan tetap tenang dan tidak terburu-buru apapun yang terjadi. Lihat bagaimana Liverpool berhasil mengalahkan AC Milan di final liga Champions Eropa saat mereka sudah tertinggal 3 gol tanpa balas dari klub milik Silvio Berlusconi ini, pemain Liverpool tetap tenang, bermain penuh dengan semangat dan determinasi pada babak kedua, hasilnya, kita semua tau bagaimana hasil akhirnya. Begitu pula Juventus yang kembali berhasil menguasai Italy setelah hancur lebur pasca kasus calciopoli, dan salah satu faktor penting yang banyak diakui oleh Juventini sebagai penyebab kesuksesan Juventus dua musim terakhir adalah kembalinya Lo Spirito Juventus atau dalam pemaknaan umumnya adalah kembalinya Mental Juara Juventus. Berkaca dari kasus Juventus, nampaknya inilah yang sedang terjadi dalam tubuh Arema, perombakan besar setelah dihantam badai perpecahan, dengan mendatangkan pemain-pemain bintang ke Arema, namun sayangnya beberapa pemain bermain dengan ego individualitas kebintangan mereka yang besar, padahal sepakbola adalah permainan Tim. Nampaknya manajemen lupa, mental Juara tidaklah bisa di beli, mental juara itu terbentuk, dari sikap mental yang tidak mau kalah dan penuh determinasi tinggi. Saya menyukai pemain bengal macam Wayne Rooney, Gennaro Gattuso, Edgar Davids, Roy Keane, Eric Cantona, Paolo Montero, Kuncoro, Putu Gede, dan tentu saja Kurnia Meiga, pemain semacam ini memiliki mental yang kuat, hanya perlu tangan pelatih yang tepat agar kebengalan mereka bisa bermanfaat bagi tim, dan itulah yang sukses dilakukan oleh Sir Alex Ferguson, Marcello Lippi, Carlo Ancelotti, dan tentu saja si Meneer Belanda itu. Musim ini, nampaknya Rahmad Darmawan kurang berhasil menumbuhkan mental juara dalam hati dan pikiran semua Pemain Arema, sehingga pemain cenderung mudah frustasi ketika gagal segera mencetak gol, yang akhirnya berujung pada keputus asaan dan berakhir pada sebuah pertandingan yang seringkali monoton dan berujung kekalahan atau hasil seri. Beruntung Arema masih bisa menempati posisi 2 di klasemen akhir ISL pada akhirnya, meskipun dengan pemain yang lebih mentereng dari Persipura, kita harusnya benar-benar layak juara, namun jika melihat pola permainan dan apa yang terjadi di lapangan, saya dengan lapang dada mengatakan memang Persipura lebih baik dari kita, dan mereka layak juara. Lalu, cukupkah gelar runner-up ini untuk Arema?. Saya secara pribadi menyatakan tidak, entah rekan-rekan Aremania yang lain, kita layak mendapat lebih dengan kondisi skuad yang ada, kita harusnya tampil lebih baik dari ini, jauh lebih baik dari ini. Buat saya runner-up bukanlah gelar, itu adalah sebentuk penghinaan secara halus untuk menyatakan bahwa kita tidak Juara, bahwa kita kalah. Lalu bagaimana, bukankah semua yang sudah Tuhan berikan ke kita harus kita syukuri ? Iya, itu benar, mensyukuri nikmat Tuhan bukan hanya dengan kemudian hanya berucap Alhamdulillah, atau "terima kasih Tuhan, kami masih bisa peringkat dua", mensyukuri nikmat Tuhan, berarti kita harus menjadi lebih baik, bukan hanya secara permainan, namun juga secara mental, mental tidak mau kalah dan ingin selalu jadi juara. Seperti yang lagi-lagi dikatakan oleh meneer Belanda-itu "winning is our habbit" artinya kurang lebih "menang adalah kebiasaan kita", mental ini yang harus ditumbuhkan dalam setiap diri pemain Arema, dengan tetap mengedepankan kekompakan tim, perduli setan dengan nama besar dan status bintang, Klub (tim) itu lebih besar dari pemain, nama klub (tim) yang harus dijaga, bukan nama kebintangan pribadi yang akhirnya membuat pemain bermain secara individualis. Di akhir tulisan ini, tidak perlulah saya membahas tentang Arema yang berlaga di IPL, peringkatnya jauh lebih buruk daripada Arema yang bermain di ISL, jadi tentu akan lebih banyak caci-maki dari saya untuk mereka. Tak perlu juga saya mengucapkan selamat dan merayakan keberhasilan Arema berada di peringkat dua di ISL musim ini, toh peringkat dua bukanlah apa-apa dalam sepakbola, seperti yang dikatakan oleh Jose Mourinho "Dunia hanya akan mengenal sang juara, nomor dua adalah pecundang" atau kata sang Manajer legendaris Liverpool Bill Shankly yang dengan tegas menyatakan "if you are first, you first, if you are second, you are nothing".
Posted on: Wed, 18 Sep 2013 02:19:28 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015